Bakau minyak
Bakau minyak atau bakau lelaki ( Rhizophora apiculata ) adalah sejenis pohon bakau yang dalam famili Rhizophoraceae . R. apiculata tersebar di seluruh Australia ( Queensland dan Northern Territory ), Guam, India, Indonesia, Malaysia, Mikronesia, Kaledonia Baru, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Kepulauan Solomon, Sri Lanka, Taiwan, Maladewa, Thailand, Vanuatu, dan Vietnam . Anatomi dan TaksonomiKeteranganRhizophora apiculata termasuk dalam kingdom Plantae dalam famili Rhizophoraceae. Ukuran semak tergantung pada faktor geografis (khususnya iklim dan tanah). Rata-rata semak R. apiculata dewasa tingginya mencapai antara 5 – 8 meter meskipun berpotensi mencapai 30 – 40 meter.[2] Ukuran rantingDimensi ranting dan cabang tergantung pada umur tanaman. Saat dewasa diameternya mencapai 50 cm, dan biasanya berwarna abu-abu tua.[3] Ukuran batang sangat bergantung pada unsur hara di dalam tanah karena unsur hara tersebut akan menjadi faktor yang mendasari pertumbuhan karena air biasanya bukan merupakan faktor pembatas di habitatnya. Variasi dalam spesiesDaunBukaan yang dibuat oleh kutil gabus memungkinkan adanya jalur bagi udara untuk terperangkap di dalam aerenkim yang kemudian disimpan. Udara setelah disimpan dipanaskan oleh sinar matahari sehingga menyebabkan udara mengembang dan memperbesar daun. Aerenkim pada tanaman merupakan bagian integral untuk pertumbuhan dan fungsionalitas serta memungkinkan akar berfungsi dalam substrat yang 'kekurangan oksigen' ( anoksik ).[4] Karena perbedaan morfologi antara R. apiculata dengan dan tanpa kutil gabus, efek tambahan terlihat berkontribusi terhadap berkurangnya jumlah asupan cahaya karena penampang klorofil akan terbatas. Hal ini secara keseluruhan akan membatasi potensi pertumbuhan antara R. apiculata dengan vs. tanpa kutil gabus, seolah-olah lingkungan terkendali maka akan terjadi penurunan potensi pertumbuhan.[5] Ini awalnya dianggap eksklusif untuk R. apiculata namun R. racemosa juga menunjukkan sifat yang sama berkembang.[2] Distribusi R. apiculata berperan dalam menentukan apakah adaptasi ini akan terjadi atau tidak, dimana wilayah utara dan barat pesisir New Guinea memiliki sifat ini sedangkan wilayah selatan dan timur pantai New Guinea tidak memiliki sifat ini.[2] Kehadiran adaptasi ini berhubungan langsung dengan lingkungan tempatnya berada sebagai substrat anoksik kemungkinan besar akan memiliki karakteristik ini karena mendukung kemampuan bertahan hidup. AkarR. apiculata juga memiliki dua jenis akar tambahan ; akar udara dan akar sangga . Kedua jenis akar tersebut merupakan adaptasi yang dilakukan karena faktor lingkungan, dirancang untuk bertahan/melawan; gelombang besar, gelombang besar, angin kencang, dan badai tropis.[6] Akar juga mempunyai dua kekuatan utama yang mengatur besarnya potensi serapan air. Ini termasuk hidrostatik (yang mendistribusikan air yang diambil oleh akar ke masing-masing organnya) dan gaya osmotik (menggunakan tekanan air negatif pada akar untuk menyedot air dari tanah).[7] Ultra-filtrasiProses akar menyerap air dan nutrisi merupakan proses mendasar yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan, namun karena lingkungan tempat tumbuhnya R. apiculata memiliki kadar garam yang tinggi.[2] Akar menjalani proses yang disebut ultra-filtrasi untuk menghilangkan garam yang masuk ke dalam tanaman, namun garam yang diserap akan disimpan di daun tua yang pada akhirnya akan rontok dan mati menghilangkan kapasitas garam di dalam tanaman. Penggunaan komersialKegunaan umumTanaman ini dulunya dan masih merupakan tanaman aspek integral yang telah dieksploitasi karena ketersediaan dan kualitas kayunya. Saat ini sudah ada perkebunan yang memungkinkan R. apiculata dibudidayakan dan diubah menjadi arang; menghasilkan energi terbarukan dan sumber pendapatan potensial.[8] Di antara kegunaan fisik yang terkait dengan kayu R. apiculata, kulit kayunya sendiri juga kaya akan bahan kimia Tanin yang biasa digunakan untuk memperkuat tali pancing, tali dan jaring. Di antaranya kulit kayunya juga berperan sebagai penyamakan kulit dan penawar disentri (radang usus). Tujuan pengobatanKarena R. apiculata kaya akan tanin, ekstrak kimia dari kulit kayu, akar dan daun secara alami menghambat berbagai infeksi jamur; misalnya ekstrak etanol dari R. apiculata menghambat Candida albicans, sejenis infeksi jamur yang umum.[9] Seperti yang terlihat dalam Baishya dkk. (2020) prosedur ekstraksi meliputi pengeringan, segera dilanjutkan dengan penggilingan kulit kayu, daun dan akar, pelarut organik akan digunakan dalam ekstraksi kasar yang dilanjutkan dengan rotor evaporator. Praktik-praktik pribumiKarena faktor-faktor ini, ada hipotesis bahwa penyebaran spesies ke timur dibantu oleh masyarakat adat. Aborigin menggunakan R. apiculata untuk makanan; memanen cacing bakau secara medis; untuk mengobati luka dan untuk ban lengan upacara namun karena komposisi kimiawi kulit kayunya juga digunakan sebagai kayu bakar.[10] Referensi
|