Badai Jangmi (2008)
Badai Jangmi (Pengucapan Korea: [tɕaŋ.mi]), atau dikenal sebagai Badai Ofel di Filipina, merupakan siklon tropis paling kuat di Samudra Pasifik Barat Laut pada periode 2000-an, bersama dengan Badai Nida pada tahun 2009, dan juga merupakan silklon tropis terkuat di dunia pada tahun 2008.[1] Nama "Jangmi" berasal dari kata untuk bunga mawar dalam bahasa Korea. Badai ini terbentuk di daerah dengan udara bertekanan rendah di sekitar selatan Guam pada 22 September. Daerah bertekanan rendah ini kemudian menjadi sebuah Pusat Pusaran Angin Hangat. Setelah itu, dikarenakan proses yang sama, badai ini membentuk badai tropis pada 24 September. Badai ini kemudian mengalami intensifikasi kecepatan pada September 26–27 sehingga menjadi badai tipe Taifun atau kategori 5 saat memasuki wilayah Filipina dan diberi nama sebagai Ofel. Pada keesokan harinya, jalur badai Jangmi melewati Taiwan dan menyebabkan ribuan warga dievakuasi, curah hujan sampai 994mm, dan dan ribuan are sawah rusak. Badai Jangmi kemudian melemah dikarenakan tubrukan dengan Taiwan, sehingga menjadi badai kelas tropis setelah meninggalkan Taiwan pada 29 September. Kemudian badai ini mengalami transisitas ekstratropikal dan menjadi skala badai rendah pada 1 Oktober, kemudian bergerak pelan menuju ke timur laut sampai menghilang didekat Iwo Jima pada 5 Oktober. Badai Jangmi menewaskan 2 orang dan menyebabkan kerusakan sebesar $77.8 juta (2008 USD) di Taiwan, selain itu, badai ini menyebabkan operasi Gondola Maokong dihentikan untuk sementara waktu sampai dibuka kembali pada 30 Maret 2010 dikarenakan adanya erosi pada sekitaran pilar penyangga.[2][3] Selain itu, badai ini menyebabkan kerusakan sekitae $9.9 juta (2008 USD) dan menewaskan 4 orang di Jepang saat badai ini sudah masuk dalam fase transisi.[4] Sejarah meteorologisBadai ini diawali dari terbentuknya daerah bertekanan rendah di selatan Guam pada 22 September.[5] Kemudian pada keesokan harinya, Joint Typhoon Warning Center (JTWC) mengeluarkan Peringatan Pembentukan Siklon Tropis pada sistemnya. Badai ini mengalami proses perubahan yang cepat dari pusat sirkulasi tingkat-rendah (LLCC) menjadi depresi tropikal pada hari yang sama dan menyebabkan JTWC meningkatkan skala badai.[6] Pada awal 24 September, JTWC meningkatkan sistem badai menjadi badai tropis; tetapi, menurut RSMC Best Track Data, sistem tersebut meningkat menjadi depresi tropis pada saat yang bersamaan. Pada siang hari, selain itu, Badan Meteorologi Jepang (JMA) meningkatkan sistem menjadi badai tropis dan menamakannya Jangmi, ketika sedang melacak badai ke arah barat laut di bawah pengaruh lajur punggungan subtropis di timur laut .[7] Beberapa jam kemudian, badai Jangmi memasuki area wewenang Filipina dan mendapatkan nama Ofel dari Layanan Administrasi Atmosfer, Geofisika, dan Astronomi Filipina (PAGAS).[8] Beberapa waktu setelah JMA menaikkan status Jangmi menjadi badai dahsyat pada awal 25 September, JTWC menaikkan statusnya menjadi taifun karena peningkatan mata siklon, selain itu, menurut RSMC Best Track Data, badai Jangmi mengalami peningkatan intensitas secara terus-menerus menjadi taifun.[9] Selain itu, badai Jangmi membentuk mata badai cirrus dan cenderung ambigu pada pusatnya saat topan berangsur-angsur meningkat karena aliran keluar radial yang kuat yang disebabkan oleh skala meso antisiklon yang tinggi dsn bertahan ke dalam sel palung troposfer diatas tropis di timur pada 26 September. Selain itu, adanya kelemahan geografis di punggungan subtropis yang disebabkan oleh palung lintang yang terbentang dari bagian tengah sampai ke timur laut, menyebabkan hal ini terjadi.[10] Pada posisi 00Z tanggal 27 September, JTWC meningkatkan status badai Jangmi menjadi taifun super dengan mata badai sekitar 28 mil laut (52 km; 32 mi) dengan inti simetrik dan kuat yang membuat pusaran konvektif dapat terjadi secara merata pada semua kuadran.[11] Enam jam kemudian, badai ini telah masuk dalam kekuatan kategori 5 dalam skala angin Saffir-Simson. Kemudian pada posisi 12Z, badai Jangmi mencapai puncak intensitas pada satuan sepuluh menit dengan keceparan angin maksimum mencapai 115 knots (215 km/h, 130 mph) dan tekanan atmosferik turun menjadi 905 hPa (26,7 inHg). Badai ini menjadi siklon tropis paling kuat di Samudra Pasifik bagian Barat Laut dalam satuan sepuluh menit sejak Angela pada 1995, dan disusul oleh Nida pada tahun selajutnya, sampai Megi mengalahkan rekor sebelumya pada 2010. Jangmi melemah secara bertahap karena interaksi darat dengan Taiwan pada awal 28 September. Setelah JTWC menurunkan Jangmi menjadi topan, badai ini mendarat di Nan'ao di Yilan , Taiwan pada 15:40 TST (07:40 UTC) dengan kecepatan angin maksimum dalam satuan sepuluh menit dengan kecepatan 100 knot (185 km/h, 115 mph) dan tekanan atmosfer sebesar 925 hPa (27,3 inHg).[2] Karena efek gesekan dan interaksi dengan tanah, topan ini kemudian mengalami gerakan trocoidal di darat, dan secara tak terduga bergeser ke arah barat daya dalam waktu singkat. Badai Jangmi melemah secara signifikan dikarenakan oleh medan pegunungan Taiwan, oleh karena itu, badai kehilangan sebagian besar sistem konveksi dalam. Di bawah pengaruh kemudi oleh punggungan subtropis timur, sistem aliran mulai bergerak ke utara menuju celah yang terletak di timur Shanghai, dataran Tiongkok, dan melalui Selat Taiwan dari Taoyuan County (sekarang Kota Taoyuan) pada 04:20 TST tanggal 29 September (20:20 UTC pada 28 September).[12][2] Pada awal 29 September, badai Jangmi melemah menjadi badai tropis di Laut Tiongkok Timur oleh JTWC. Meskipun tidak memiliki konveksi dalam yang signifikan, badai masih memiliki aliran keluar radial yang baik, terutama aliran keluar kutub yang mengarah ke lintang tengah yang kuat di barat daya. Saat JMA menurunkan status Jangmi menjadi badai tropis pada siang hari, sistem mulai melacak arah badai bergerak ke arah timur laut di sepanjang jari barat punggungan subtropis yang melemah.[13] Kemudian, badai Jangmi mengalami transisi ekstratropis saat berakselerasi ke timur laut bagian timur dan kemudian ke arah timur pada tanggal 30 September, serta angin barat di lapisan atas menggeser konveksi yang tersisa ke timur dan ke arah selatan dari pusat sirkulasi tingkat rendah dengan fitur depan. Di hari yang sama, JTWC melaporkan bahwa Jangmi menjadi ekstratropis dan mengeluarkan peringatan terakhir karena tidak begitu berbahaya.[14] JMA melaporkan bahwa Jangmi berubah menjadi siklon ekstratropis di dekat Kepulauan Ōsumi pada awal 1 Oktober, dan sistem aliran terus bergerak ke timur dengan cepat selama hari itu. Angin ini tetap pada kondisi lemah dan dangkal dan mulai melayang ke timur-tenggara perlahan-lahan pada awal tanggal 2 Oktober. Sejak siang hari pada hari yang sama, sistem berbelok ke selatan dengan sangat lambat. Itu akhirnya menghilang di dekat Iwo Jima pada 5 Oktober. DampakTaiwanTopan Jangmi membawa hujan deras ke seluruh pegunungan di Taiwan pada 27–29 September, yang juga telah terkena dampak parah Topan Sinlaku pada awal September. Terdadi presipitasi sebesad 1.134 mm (44,6 in) yabg tercatat di Gunung Taiping di Datong, Yilan. Jangmi juga membawa sebesar 994 mm (39,1 in) do Zhuqi, Chiayi dan 857 mm (33,7 in) di Beitou, Taipei. Sekitar 3.661 orang dievakuasi, dan 1.040.880 penduduk di Taiwan kehilangan aliran listrik karena badai ini.[15] Topan tersebut menyebabkan 2 korban jiwa dan 61 orang luka-luka di Taiwan, sedangkan 2 orang masih hilang. Korban-korban ini terjadi di Jalan Raya Nasional No. 5 di Su'ao, Yilan, sebuah bus tertiup angin kencang, melukai 36 penumpang di dalamnya. Kemudian, di Qingshui, Taichung, seorang wanita berusia 18 tahun tercekik kabel koaksial televisi kabel yang jatuh saat mengendarai sepeda motor sampai meninggal. Selain itu di Wuqi, Taichung, seorang pria berusia 82 tahun tewas tertiup angin ke sawah yang tergenang saat mengendarai sepeda.[15]
Hujan deras yang dibawa oleh Topan Jangmi menyebabkan tanah longsor di lereng gunung dekat Menara No.16 di distrik Gondola Maokong pada 28 September. Mempertimbangkan kekhawatiran penduduk setempat, Pada 1 Oktober, Pemerintah Kota Taipei mengumumkan bahwa Gondola Maokong akan menghentikan layanan untuk sementara dan melakukan penilaian kerusakan lebih lanjut. Selain itu, berdasarkan saran yang dibuat oleh konstruksi, perlindungan lingkungan, dan asosiasi geologi, diputuskan bahwa penetap di Menara No. 16 harus dipindahkan.[3] Kantor Pembangunan Baru Pemerintah Kota Taipei menyelesaikan pekerjaan pemindahan pangkalan menara T16 dan pemasangan kembali kabel pada tanggal 31 Januari 2010. Setelah pemeriksaan simulasi operasional oleh TRTC, sistem-sistem memenuhi persyaratan dengan pemeriksaan panitia pada 4 Maret 2010. Gondola Maokong akhirnya kembali beroperasi normal pada 30 Maret 2010.[3] JepangTopan Jangmi membawa angin kencang dan hujan lebat ke Okinawa, dengan puncaknya pada 162 in (4.100 mm) ke pulau-pulau sekitar pada 27–29 September.[16] Dampak paling parah dirasakan di Pulau Ishigaki setelah tanggul runtuh dan membanjiri daerah sekitarnya.[17] Sebagian besar prefektur diputus aliran listriknya karena angin berhembus hingga 110 km/jam (70 mph).[18] Di seluruh prefektur, empat orang tewas dan enam lainnya terluka, dua di antaranya menderita luka parah.[17][19][20] Kerusakan akibat badai mencapai 65,2 juta yen (US$746.670).[17] Pada 1 Oktober, sisa-sisa Jangmi membawa hujan lebat dan angin kencang ke Kyūshū. Total curah hujan tertinggi diukur di Satsumakashiwabaru, di Prefektur Kagoshima, sebesar 380 mm (15 in).[16] Di prefektur tersebut, hujan ini memicu 42 tanah longsor dan membanjiri tujuh rumah, tiga di antaranya mengalami kerusakan parah. Total 334 hektar lahan pertanian rusak akibat badai Jangmi, menyebabkan kerugian 15,4 juta yen (US$176,360).[21] Sementara, di Prefektur Miyazaki, satu orang terluka dan tiga rumah rusak setelah lereng bukit runtuh.[22] Referensi
|