Api-api boak (Avicennia alba) adalah sejenis pohon mangrove dari suku Acanthaceae. Menyebar luas mulai dari anakbenua India, Asia Tenggara, Nusantara, Australia, hingga Oseania, pohon ini dijumpai tumbuh di habitat pesisir dan muara sungai. Dalam bahasa lokal dikenal juga sebagai boak, moak ataupun mangi-mangi putih.[5]
Pemerian
Perdu atau pohon dengan tajuk lebat yang rendah dan sering bercabang di dekat pangkal batang; tinggi hingga 10, kadang-kadang mencapai 25, m. Perakarannya dangkal mendatar, dengan sejumlah besar pneumatofor seperti batang pensil yang padat berjejal-jejal, luarnya tertutupi oleh banyak lentisel.[5] Akar udara ini membantu pertukaran gas dan juga berperan penting dalam mengeluarkan garam dari sistem pembuluh tanaman.
Gemang batangnya mencapai 50 cm pada ketinggian dada. Pepagannya keabu-abuan atau kecokelatan, halus atau berbintil-bintil.[5]
Daunnya terletak berhadapan, berwarna hijau mengkilap di sisi atas dan sangat pucat di sisi bawah, jorong lonjong atau lanset dengan ujung runcing, 16 cm (6 in) panjang dan 5 cm (2 in) lebar. Bunga kecil berwarna kuning hingga jingga, dengan empat kelopak dan diameter sekitar 3-4 mm (0,16 in) ketika mekar. Bunga-bunga tersusun dalam malai sepanjang 1,5–3 cm, berisi 10-30 kuntum. Buah kotak (capsula) hingga 4 cm (1,6 in) panjangnya, berwarna hijau keabu-abuan atau kekuningan, berbentuk kerucut dengan paruh memanjang di ujungnya. Masing-masing berisi satu biji.[5][6]
Ekologi
Api-api boak merupakan jenis mangrove sejati, sekaligus merupakan jenis pionir di habitatnya itu. Pohon ini acap tumbuh di bagian yang berkadar garam tinggi, sepanjang tepian muara sungai dan juga di sepanjang pantai yang berhadapan dengan laut. Perakarannya dilaporkan membantu proses akumulasi lumpur dan mempercepat pembentukan lahan-lahan baru.[5]
Api-api ini berbunga di sepanjang tahun.[5] Karena sulit bagi bibit untuk tumbuh subur di habitat berlumpur yang tersapu air pasang, A. alba dapat menunjukkan kemampuan kriptovivipar. Embrionya mulai berkembang dan menembus lapisan biji sebelum buah terbelah untuk melepaskan bijinya. Dalam beberapa kasus, tumbuhan ini juga bersifat vivipar, yakni tunasnya tumbuh menembus kapsul buah sementara buahnya masih menggantung di pohonnya.[5][7] Semainya mempunyai rambut-rambut halus yang bengkok berkait dan sering terlihat tumbuh dalam kelompok yang kusut.[8]
Kayu dari A. alba tidak dapat dijadikan kayu bakar atau arang yang baik, namun digunakan untuk mengasapi karet dan ikan. Ekstrak inti kayunya digunakan dalam pengobatan herbal untuk membuat tonik, dan resinnya telah digunakan dalam pengendalian kelahiran. Bijinya direbus dan dimakan sebagai sayuran dan terkadang tersedia di pasar lokal.