Antonius Gunardi Prayitna

R.P.

Antonius Gunardi Prayitna

Imam Biarawan MSF
GerejaKatolik Roma
KeuskupanAgung Semarang
Imamat
Tahbisan imam
6 Januari 1982
(42 tahun, 354 hari)
oleh Mgr. Wilhelmus Joannes Demarteau, M.S.F. di gereja Keluarga Kudus Banteng, Yogyakarta.
Informasi pribadi
Nama lahirAntonius Gunardi Prayitna
Lahir26 Mei 1954 (umur 70)
Indonesia Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Kewarganegaraan Indonesia
DenominasiKatolik Roma
KediamanGereja Santo Jusup Pati
Jl. Kamandowo No.3, Pati Kidul, Kec. Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah 59114
Orang tuaAyah: Yohanes Tan Swie Hong (almarhum)
Ibu: Veronica Lie Soen Nio (almarhumah)

R.P Antonius Gunardi Prayitna M.S.F adalah seorang biarawan Katolik dari Ordo Misionaris Keluarga Kudus (MSF). Pernah menjabat sebagai pastor kepala di berbagai paroki, saat ini beliau bertugas di Gereja Santo Jusuf, Paroki Pati.

Kisah Hidup

Antonius Gunardi Prayitna lahir pada 26 Mei 1954 dari keluarga Tionghoa-Katolik pasangan Yohanes Tan Swie Hong dan Veronica Lie Soen Nio. Di usianya ke-7, sang nenek memperkenalkan padanya sebuah jubah imam yang dihadiahkan sebagai hadiah ulang tahunnya. Sang nenek ingin cucunya kelak menjadi imam.

Harapan sang nenek berproses bersamaan dengan berjalannya waktu. Anton kecil saat itu juga aktif sebagai putera altar di Paroki St. Familia Atmodirono, Semarang. Liku-liku menggapai panggilan ia rasakan ketika itu. Masa kecilnya tetap ia lewatkan bersama teman-temannya, meski saat SD ia sempat merasa malu mengaku jika dirinya berniat menjadi imam.

Hingga selanjutnya bimbingan panggilan ia dapatkan saat berada di kelas II SMA De Britto. Pastor Anton mengenal retret untuk pertama kalinya, dengan pembimbing pastor pamong, Pastor G. Koelman, SJ. Ia merasa, mimpi menjadi imam muncul kembali setelah sekian lama tersimpan.

Pilihan itupun jatuh ke Misionaris Keluarga Kudus

Dari iklan di sebuah majalah religi, ia mengenal Tarekat MSF. Ia pun mulai membuat surat meminta informasi tentang tarekat ini. Saat itu, direkturnya adalah Pastor M. Hastawidjaja, MSF. Gayung pun bersambut, tanggapan yang cepat membuatnya semakin bersemangat. Ia mulai berpikir bagaimana menyampaikan rencananya untuk masuk seminari pada orang tuanya.

Hingga selepas ujian SMA, saat pendaftaran ke Universitas sudah dibuka, ia memberanikan dirinya mendaftar ke Seminari Berthinianum, tetapi ia terlambat karena hari untuk tes sudah lewat. Bersamaan dengan itu, kabar buruk tentang 2 orang imam di parokinya yang meninggalkan jalan imamat, sempat membuat umat di sana pesimis terhadap panggilan imamat. Orang tua Pastor Anton juga semakin tidak suka jika ia masuk seminari.

Namun, tak ada yang bisa menghalangi jika Tuhan berencana. Pada akhirnya ia diterima di Seminari Berthinianum tanpa tes! Ini terjadi setelah ia menghadap Pastor FX. Prajasuta, MSF yang akhirnya menjadi Uskup Keuskupan Banjarmasin, dan Pastor Wim vd. Weiden, MSF di Wisma Nazareth. Pada tahun ajaran 1973, ia memulai hidupnya sebagai seminaris di Wisma Betania Ungaran. Hal itu terjadi karena di Berthinianum muridnya hanya tiga orang, termasuk dirinya dan 2 calon yang lain. Dengan jumlah murid 3 dan sekitar 6-7 orang guru, maka MSF memutuskan memindahkan Berthinianum ke Wisma Nazareth Yogyakarta.

Babak selanjutnya dimulai saat ia diterima di Novisiat MSF Salatiga (sekarang menjadi Wisma Kana). Ketika itu, ada 22 novis yang merupakan gabungan dengan kelas yang dipimpin Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka, MSF. Setelah tahun novisiat berakhir, ia mengikrarkan kaul pertama di Gereja Keluarga Kudus, Wisma Nazareth, 31 Januari 1975. Hidupnya sebagai biarawan MSF semakin diasah dalam studi di IFT dan dalam komunitas. Proses perjalanan menggapai imamat berlanjut dengan aktivitas TOP (Tahun Orientasi Pastoral) tahun 1978 di Keuskupan Banjarmasin.

Hingga pada 6 Januari 1982 ia ditahbiskan menjadi Imam biarawan MSF bersama 4 orang rekannya yang lain, yaitu Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF, Romo Niko Antosaputra, MSF, Romo PMY Sunarkowiharjo, MSF, dan Romo Tarcisius Dwija Iswara, MSF yang sudah beristirahat dalam damai Tuhan, dengan Uskup penahbis, Mgr. Wilhelmus Joannes Demarteau, MSF, Uskup Keuskupan Banjarmasin saat itu di Gereja Keluarga Kudus, Banteng, Yogyakarta. Mimpi itu menjadi kenyataan. Masa studi dengan suka dan duka di Wisma Nazareth berakhir.

Diutus untuk Domba Ia mendapat tugas pertama sebagai pastor pembantu di Paroki St. Yusuf, Pati, tahun 1982-1983. Saat ia bertugas di paroki ini, umat yang ada berjumlah 2500 jiwa. Paroki ini berbatasan dengan Keuskupan Surabaya, dan terletak di area Pantura (Pantai Utara Jawa). Saat berada di paroki ini, ia bertugas memimpin Misa Kudus, mengunjungi umat, dan mendampingi orang muda.

Tugas selanjutnya adalah sebagai pastor pembantu di Paroki Keluarga Kudus, Banteng, Yogyakarta, tahun 1983-1986. Saat bertugas di paroki ini, Pastor Anton juga merangkap tugas sebagai Ekonom Skolastikat MSF. Sebagai pastor pembantu, ia terlibat dalam tugas parokial, seperti memimpin Misa.

Langkah selanjutnya adalah saat bertugas sebagai Pastor Kepala Paroki Santo Petrus dan Paulus Temanggung, 1986-1990. Wilayah paroki ini meliputi: Paroki Adm. Keluarga Kudus, Parakan, Paroki Rawaseneng, dan Paroki Santo Petrus dan Paulus. Saat bertugas di Temanggung, ia mendapat pengalaman berkesan berelasi bersama para petinggi pemerintahan, dengan Bapak Bupati serta para pendeta. Kerja sama yang baik juga terjadi antar para religius PBHK di Parakan, OCSO, dan OP di Rawaseneng, serta PI di Temanggung. Hal ini semakin memperkuat panggilannya.

Selanjutnya Pastor Anton kembali berkarya sebagai Pastor Kepala di Paroki Santo Yohanes Evangelista, Kudus, dan Paroki Stella Maris, Jepara, tahun 1990-1992. Saat bertugas sebagai pastor kepala di paroki ini, ada 2 wilayah besar yaitu Kudus dan Jepara, serta beberapa stasi. Meski merupakan paroki kecil, wilayah Kudus tergolong dinamis, karena kegiatan umat hidup. Selain itu, kota ini terkenal sebagai kota industri rokok.

Hingga pada Januari 1992, Kapitel Provinsi MSF memilih Pastor Anton menjadi Asisten III Depimprof dan ia juga dipercaya menjadi menjadi ekonom Provinsi MSF Jawa. Bulan Agustus 1992, ia dipindahkan ke markas MSF di Jl.Guntur 20 menemani Pastor F. Suryaprawata, MSF sebagai Provinsial. Masa tugas ini diwarnai dengan kepergian ayah Pastor Anton dalam usia 72 tahun pada bulan November 1992.

Saat bertugas di markas MSF, pengembangan pelayanan misi MSF bertambah ke Jawa, Flores, Papua Nugini, dsb. Pada Januari 1995, Kapitel Provinsi MSF memilih Pastor Anton sebagai Asisten III Depimprof dan ia pun masih tetap menjabat sebagai ekonom. Tugas itu pun ditambah dengan menjadi Prokurator Misi I MSF. Saat itu yang menjadi Provinsialnya adalah Pastor Harjosusanto, MSF (yang akhirnya menjadi Uskup di Keuskupan Agung Samarinda). Selama menjabat sebagai Prokurator Misi, ia sempat mengunjungi konfrater di Papua Nugini dan juga ke Flores.

Babak baru ia jalani setelah 5,5 tahun tinggal di Guntur 20. Pada 4 Maret 1998, ia mendapat tugas baru menjadi Pastor Kepala di Paroki Keluarga Kudus Rawamangun, Jakarta Timur, tahun 1998-2003.

Rute tugas pun bergulir kembali selepas bertugas di Rawamangun. Pada 4 September 2003, ia bertugas sebagai Pastor Kepala Paroki Ratu Rosari Jagakarsa. Paroki yang resmi pada Mei 1994 ini hingga sekarang belum memiliki gedung gereja paroki, karena proses perizinan yang rumit dan sulit, maka inisiatif pelebaran Kapel Desa Putera menjadi alternatif untuk sarana ibadah umat. Saat ini, para umat di Paroki Jagakarsa merayakan Ekaristi di Kapel Desa Putera (Depe) dan Bahtera Kasih, juga di Gereja Katolik yang berada di seputar area Paroki Jagakarsa.

Karya dalam Karismatik Pastor Anton terlibat di Karismatik sejak tahun 1983. Saat ini ia menjabat sebagai Ko-Moderator BPN sejak tahun 2001–2009. Ia bertugas mendampingi Pengurus BPN dalam melaksanakan pelayanan, agar dari sudut iman dan moral, PKK mewujudkan semangat Alkitab dan Gereja Katolik. Selain itu juga membantu komunikasi BPN dengan Penasihat Episkopal dan Sekretaris Komisi KWI untuk kerasulan awam. Ko-moderator juga menghadiri sidang Pengurus Harian BPN, Pengurus Inti, Pleno Kecil dan Besar, serta konvensi tingkat daerah, nasional, dan pertemuan internasional PKK.

Aktivitas dan Organisasi

Romo Anton menjabat sebagai Moderator Badan Pelayanan Nasional Pembaharuan Karismatik Katolik (BPN PKKI) periode 2018-2021.

Pendidikan

Riwayat Paroki

  • Paroki Santo Jusup Pati, Jawa Tengah
  • Paroki Keluarga Kudus, Banteng, Yogyakarta
  • Paroki Santo Petrus & Paulus, Temanggung, Jawa Tengah
  • Gereja Katolik Keluarga Kudus- Paroki Rawamangun, Jakarta
  • Gereja Katolik Ratu Rosari- Paroki Jagakarsa, Jakarta
  • Gereja Santo Yakobus- Paroki Kelapa Gading Jakarta
  • Gereja Santo Petrus Paulus- Paroki Minomartani, Yogyakarta
  • Paroki Santo Jusup Pati, Jawa Tengah

Karya Pelayanan

Gereja Santo Yakobus, Kelapa Gading (2007-2018)

Pada 4 September 2007, Romo Anton resmi ditugaskan oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo untuk berkarya di Gereja Santo Yakobus- Paroki Kelapa Gading, sebagai pastor kepala. Ini merupakan pertama kalinya Gereja Yakobus dipimpin oleh seorang imam MSF, dimana biasanya dipimpin oleh imam Projo Jakarta.

Pemugaran dan pembaharuan gereja sangat terasa pada saat kepemimpinan Romo Anton. Di tahun 2009, Gereja Yakobus melakukan renovasi total bangunan gereja dengan mengedepankan kapasitas dan kenyamanan gereja, dengan menambah kapasitas hingga 2.000 umat dan juga dipasangnya pendingin ruangan. Setelah renovasi, Gereja Yakobus menjelma menjadi salah satu gereja dengan kapasitas terbesar di Jakarta. Rekor MURI juga berhasil diraih pada masa renovasi ini dengan pemasangan kaca patri santo-santa terbanyak 72 buah, yang dikerjakan oleh perusahaan kaca patri terkemuka, Eztu Glass.

Salah satu stasi yang dimiliki oleh Gereja Yakobus, yakni Kapel Santo Andreas Kim-Tae Gon juga dilakukan renovasi dengan mendirikan bangunan baru yang berada di seberang lokasi lama dengan kapasitas 1.500 umat. Status kapel pun meningkat menjadi gereja.

Gereja Petrus Paulus Minomartani, Yogyakarta (2018-2022)

Seusai puluhan tahun berkarya di Keuskupan Agung Jakarta dengan melakukan revitalisasi dan modernisasi pada setiap paroki tempatnya bertugas, Romo Anton 'dipanggil pulang' oleh keuskupannya, Keuskupan Agung Semarang, dan didapuk untuk memimpin Gereja Petrus & Paulus Minomartani sebuah gereja yang terletak bersebelahan dengan Gereja Kristen Jawa Minomartani, tepatnya di "perumahan sehat" Minomartani, Yogyakarta bersama dengan Romo Andrianus Sulistyono MSF.

Hal pertama yang disorot oleh Romo Anton sesaat sebelum berkarya di Minomartani adalah kondisi mimbar yang telah dimakan usia. Sehingga perubahan atas altar dan mimbar dilakukan pada awal kedatangannya. Selanjutnya lonceng gereja yang mengalami kerusakan juga dilakukan perbaikan dan juga diotomatisasi, dengan bantuan donasi dari relasi Romo Anton di Jakarta (dikutip dari situs resmi Paroki Minomartani). Persoalan listrik yang kerapkali menjadi momok Paroki Minomartani juga teratasi dengan baik berkat bantuan donasi genset 15 KVA yang kembali dipersembahkan oleh relasi Romo Anton.

Pada masa pandemi Covid-19, dimana gereja melaksanakan misa secara daring (online), Paroki Minomartani membuat channel khusus dan meminta bantuan dari segenap umat untuk subscribe, agar dapat melakukan live streaming. Subscriber dengan cepat diraih, dengan sebagian banyak adalah umat Romo Anton di Jakarta. Kualitas tayangan serta penampilan visual yang disajikan oleh Komsos Paroki Minomartani dikemas secara apik, sehingga banyak umat dari luar yang berpartisipasi untuk mengikuti misa, dan dapat dikatakan merupakan salah satu live streaming gereja katolik terbaik di Indonesia.