Anita Hill
Anita Faye Hill (lahir 30 Juli 1956) adalah seorang pengacara dan akademisi Amerika Serikat.[2] Dia adalah profesor untuk kebijakan sosial, hukum, dan kajian perempuan di Universitas Brandeis dan staf pengajar di Heller School for Social Policy and Management.[3] Dia menjadi tokoh nasional pada 1991, ketika dia menuduh calon Mahkamah Agung, Clarence Thomas, melakukan pelecehan seksual. Pada saat itu Thomas adalah atasannya di Departemen Pendidikan Amerika Serikat dan Equal Employment Opportunity Commission.[4] Kehidupan awalAnita Hill lahir dari keluarga petani di Lone Tree, Oklahoma. Ia merupakan anak bungsu dari 13 bersaudara, dengan orang tua bernama Albert Hill dan Emma Hill.[5] Keluarganya berasal dari Arkansas, di mana kakek dari pihak ibunya, Henry Eliot, dan semua kakek-nenek buyutnya dilahirkan dalam perbudakan.[6] Hill dibesarkan dalam Gereja Baptis. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Morris di Oklahoma, ia kemudian mendaftar diri ke Oklahoma State University. Dimana ia menerima gelar sarjana psikologi pada 1977. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Yale Law School dan memperoleh gelar Juris Doctor dengan pujian pada 1980.[7] Dia diterima di District of Columbia Bar pada 1980 dan memulai karier hukumnya sebagai associate di perusahaan Wald, Harkrader & Ross yang berlokasi di Washington, D.C. Kemudian pada 1981, ia menjadi penasihat pengacara untuk Clarence Thomas, yang saat itu adalah Assistant Secretary untuk Office for Civil Rights yang merupakan bagian dari Departemen Pendidikan AS. Ketika Thomas menjadi ketua Komisi Kesempatan Kerja Setara Amerika Serikat (EEOC) pada 1982, Hill ikut melayani sebagai asistennya, meninggalkan pekerjaannya di Wald, Harkrader & Ross pada 1983.[2] Hill kemudian menjadi asisten profesor di O. W. Coburn School of Law yang merupakan bagian dari Oral Roberts University di mana ia mengajar dari 1983 hingga 1986.[8] Selanjutnya pada 1986, ia bergabung dengan Fakultas Hukum di Universitas Oklahoma (OU) di mana ia mengajar hukum dan kontrak komersial.[9][10] Tuduhan pelecehan seksual terhadap Clarence ThomasPada 1991, Presiden George H. W. Bush mencalonkan Clarence Thomas, seorang Hakim Sirkuit federal, untuk menggantikan Hakim Mahkamah Agung Thurgood Marshall yang akan pensiun. Karakter Thomas yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilannya mendapatkan konfirmasi awal oleh Senat dikarenakan ia baru saja menjadi hakim untuk satu tahun lebih.[11][12] Proses pencalonan Thomas dan konfirmasinya berjalan mulus sampai adanya sebuah laporan FBI yang dibocorkan ke pers.[13] Laporan tersebut berisi wawancara Hill. Setelah itu Hill dipanngil untuk bersaksi mengenai laporan tersebut.[14] Hill mengatakan pada 11 Oktober 1991 bahwa Thomas telah melecehkannya secara seksual ketika dia menjadi atasannya di Departemen Pendidikan dan EEOC.[15] Ketika ditanya mengapa dia mengikuti Thomas ke pekerjaan kedua setelah dia diduga melecehkannya, dia mengatakan bekerja di posisi yang memiliki reputasi baik di bidang hak-hak sipil adalah ambisinya. Hill mengatakan bahwa dia baru menyadari kemudian dalam hidupnya bahwa pilihan itu mewakili penilaian yang buruk dari pihaknya. Kesaksiannya tersebut ditayangkan di televisi dan mendapatkan banyak perhatian.[16] Menurut Hill, Thomas mengajaknya keluar secara sosial beberapa kali selama dua tahun iabekerja sebagai asistennya. Setelah Hill menolak permintaannya, ia menggunakan situasi kerja untuk membahas masalah seksual. "Dia berbicara tentang ... masalah-masalah seperti wanita berhubungan seks dengan binatang dan film yang menunjukkan adegan seks kelompok atau pemerkosaan," katanya, menambahkan bahwa pada beberapa kesempatan Thomas menggambarkan dengan jelas "kecakapan seksualnya " dan rincian anatominya. Hill juga menceritakan sebuah contoh di mana Thomas memeriksa sekaleng Coke di mejanya dan bertanya, "Siapa yang menaruh rambut kemaluan di Coke saya?" Selama sidang, Senator Republik Orrin Hatch menyiratkan bahwa "Hill bekerja bersama-sama dengan "Pengacara licik" dan kelompok yang kepentingan untuk menghancurkan peluang Thomas sebagai Makamah Agung." Thomas mengatakan bahwa dia menganggap Hill seorang teman yang telah dia bantu, jadi ketika tuduhan pelecehan datang darinya, dia menyatakan bahwa itu sangat menyakitkan.[5][7] Empat saksi wanita dilaporkan menunggu untuk mendukung kredibilitas Hill, tetapi mereka tidak dipanggil untuk bersaksi,[17] karena apa yang dinyatakan di Los Angeles Times sebagai kesepakatan, kompromi antara Partai Republik dan Ketua Komite Kehakiman Senat, Joe Biden (Demokrat).[18] Hill setuju untuk mengikuti tes poligraf. Sementara senator dan otoritas lainnya mencatat bahwa hasil poligraf tidak dapat diandalkan dan tidak dapat diterima di pengadilan, hasil Hill mendukung pernyataannya.[19] Thomas tidak mengikuti tes poligraf. Dia mengatakan bahwa dia menjadi sasaran oleh liberal kulit putih yang berusaha untuk mencegah seorang konservatif kulit hitam untuk memiliki kursi di Mahkamah Agung.[20][21] Setelah perdebatan panjang, Senat Amerika Serikat mengonfirmasi Thomas untuk menjadi Mahkamah Agung dengan suara 52-48, margin terkecil sejak abad ke-19.[22] Pendukung Thomas mempertanyakan kredibilitas Hill. Mereka mempertanyakan penundaan waktu selama sepuluh tahun untuk mngajukan tuduhan tersebut. Keputusannya untuk mengikuti Thomas ke pekerjaan keduanya juga dipertanyakan.[23] Hill membalas bahwa dia bersaksi karena dia merasa berkewajiban untuk berbagi informasi tentang karakter dan tindakan seseorang yang sedang dipertimbangkan untuk menjadi Mahkamah Agung. Dia bersaksi bahwa setelah meninggalkan EEOC, dia memiliki dua percakapan telepon "tidak penting" dengan Thomas, dan telah bertemu secara langsung pada dua kesempatan, satu kali untuk mendapatkan referensi pekerjaan dan kedua kalinya ketika dia membuat penampilan publik di Oklahoma di mana dia mengajar.[14] Setelah Thomas menjabat sebagai Makamah Agung, kesaksian Hill terus dipertanyakan. David Brock seorang penulis dari The American Spectator menuliskan buku berjudul The Real Anita Hill pada 1993, meskipun ia kemudian menarik kembali klaim yang telah ia buat, dan meminta maaf kepada Hill.[24][25] Setelah mewawancarai sejumlah wanita yang menuduh bahwa Thomas sering menjadikan mereka subjek seksual, wartawan Wall Street Journal, Jane Mayer dan Jill Abramson menulis Strange Justice: The Sales of Clarence Thomas, sebuah buku yang menyimpulkan bahwa Thomas berbohong selama proses konfirmasi.[26] Kemudian pada 2007, Kevin Merida, mengatakan bahwa apa yang terjadi antara Thomas dan Hill "pada akhirnya tidak diketahui" oleh orang lain, tetapi jelas bahwa "salah satu dari mereka berbohong, titik."[27][28][29] Pada 2007, Thomas menerbitkan otobiografinya dengan judul My Grandfather's Son, di mana ia menyebut Hill sebagai "musuh yang pengkhianat." Ia juga menyatakan bahwa para liberal pro-choice takut bahwa ia akan memilih untuk membatalkan Roe v. Wade jika ia menjabat di Mahkamah Agung dan menggunakan skandal tersebut untuk melawannya. Dia menggambarkan Hill sebagai orang yang sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan, dan kinerjanya di EEOC sebagai biasa-biasa saja. Dia mengakui bahwa tiga mantan karyawan EEOC lainnya telah mendukung Hill, tetapi mengatakan bahwa mereka semua behenti bekerja dengan kondisi yang tidak baik.[30] Dia juga menulis bahwa Hill "adalah seorang sayap kiri yang tidak pernah mengungkapkan sentimen keagamaan apa pun... dan satu-satunya alasan ia mendapatkan pekerjaan di saat pemerintahan Reagan adalah karena saya memberikannya kepadanya."[31] Hill membantah tuduhan dalam sebuah op-ed di The New York Times mengatakan bahwa dia tidak akan "berdiri diam dan membiarkan [Hakim Thomas], dalam kemarahannya, mendefinisikan saya."[32][33] Pada Oktober 2010, istri Thomas yang bermana Virginia dan seorang aktivis konservatif, meninggalkan pesan suara di kantor Hill dan meminta Hill meminta maaf atas kesaksiannya pada 1991. Hill awalnya percaya bahwa panggilan itu bohong dan merujuk masalah tersebut ke polisi kampus Universitas Brandeis yang kemudian memberi tahu FBI.[34] Setelah diberi tahu bahwa telepon itu memang dari Virginia Thomas, Hill mengatakan kepada media bahwa dia tidak percaya bahwa pesan bersifat mendamaikan dan berkata, "Saya bersaksi dengan jujur tentang pengalaman saya dan saya mendukung kesaksian itu." Virginia Thomas menjawab bahwa panggilan itu dimaksudkan sebagai "olive branch". ImplikasiTak lama setelah konfirmasi Thomas sebagai Makamah Agung, Presiden George H. W. Bush menyatakan bahwa ia menentang undang-undang yang memberi korban pelecehan hak untuk menuntut yang disahkan oleh Kongres.[35] Satu tahun kemudian, kasus pelecehan yang diajukan terhadap EEOC naik 50 persen dan opini publik berubah mendukung Hill. Perusahaan swasta kemudian juga memulai program pelatihan untuk mencegah pelecehan seksual. Ketika wartawan, Cinny Kennard, bertanya kepada Hill pada 1991 apakah dia akan bersaksi melawan Thomas lagi, Hill menjawab, "Saya tidak yakin apakah saya bisa hidup dengan diri saya sendiri jika saya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara berbeda."[36] Banyak politisi dan pengacara perempuan yang marah karena cara Komite Kehakiman Senat memperlakukan tuduhan pelecehan seksual oleh Hill. Menurut Delegasi Kongres Eleanor Holmes Norton, perlakuan yang diberikan kepada Hill adalah faktor penting yang mengakibatkan banyaknya wanita yang terpilih menjadi anggota Kongres pada 1992.[37] Dalam buku berjudul All the Women Are White, All the Blacks Are Men, but Some of Us Are Brave, editor Gloria T. Hull, Patricia Bell-Scott, dan Barbara Smith menggambarkan kontroversi ini menjadi pergerakan feminis kulit hitam.[38] Pada 1992, sebuah kelompok feminis memulai kampanye untuk penggalangan dana nasional dan kemudian memperoleh dana untuk posisi di Fakultas Hukum Universitas Oklahoma untuk menghormati Hill. Legislator negara bagian Oklahoma yang konservatif bereaksi dengan menuntut pengunduran diri Hill dari universitas, kemudian memperkenalkan undang-undang untuk melarang universitas menerima sumbangan dari penduduk di luar negara bagian, dan berusaha untuk mengesahkan undang-undang untuk menutup sekolah hukum tersebut. Elmer Zinn Million, seorang aktivis lokal, membandingkan Hill dengan Lee Harvey Oswald, pembunuh Presiden Kennedy.[39] Beberapa pejabat di universitas berusaha untuk mencabut Hill dari posisinya.[40] Setelah lima tahun, Hill akhirnya mengundurkan diri, posisinya tidak pernah diisi oleh orang lain.[41] Pada 25 April 2019, tim kampanye kepresidenan Amerika Serikat untuk Joe Biden untuk 2020 mengungkapkan bahwa dia telah memanggil Ms. Hill untuk menyatakan "penyesalannya atas apa yang dia alami" 28 tahun yang lalu.[42][43] Pada 13 Juni 2019, Hill mengklarifikasi bahwa masih ada kemungkinan ia akan memilih Biden dalam pemungutan suara untuk pemilihan presiden.[44] KarierHill kemudian menerima posisi sebagai tamu pengajar di Institute for Study of Social Change di University of California, Berkeley pada Januari 1997.[45] Tak lama setelah itu ia bergabung dengan fakultas kajian perempuan di Brandeis University, kemudian pindah ke Heller School for Social Policy and Management. Pada 2011, ia juga mengambil posisi sebagai penasihat di firma hukum Cohen Milstein Sellers & Toll. Hill telah memberikan komentar tentang masalah gender dan ras pada program televisi nasional, termasuk 60 Minutes, Face the Nation, dan Meet the Press. Dia juga telah menjadi pembicara untuk topik hukum komersial serta ras dan hak-hak perempuan. Dia juga penulis artikel yang telah diterbitkan di The New York Times dan Newsweek dan telah berkontribusi pada banyak publikasi ilmiah dan hukum di bidang hukum komersial internasional, kebangkrutan, dan hak-hak sipil.[46] Pada 1995, Hill menjadi salah satu editor untuk Race, Gender and Power in America: The Legacy of the Hill-Thomas Hearings.[47] Kemudian pada 1997 Hill menerbitkan otobiografinya berjudul Speaking Truth to Power,[48] di mana ia mencatat perannya dalam kontroversi konfirmasi Clarence Thomas dan menyatakan bahwa berkata jujur telah membantu menciptakan masyarakat yang lebih baik telah menjadi motivasi dalam hidupnya.[49] Karyanya yang berjudul "The Nature of the Beast: Sexual Harassment" merupakan salah satu kontributor untuk kumpulan cerita berjudul Sisterhood Is Forever: The Women's Anthology for a New Millennium yang diedit oleh Robin Morgan.[50] Kemudian pada 2011, Hill menerbitkan buku keduanya berjudul Reimagining Equality: Stories of Gender, Race, and Finding Home.[51] Pada 26 Maret 2015, Dewan Pengawas Brandeis mengangkatnya menjadi Professor University. Gelar Profesor Universitas adalah salah satu penghargaan akademik paling bergengsi di Brandeis yang diberikan kepada anggota fakultas dengan kinerja yang luar biasa.[52] Pada 16 Desember 2017, Komisi Pelecehan Seksual dan Memajukan Kesetaraan di Tempat Kerja dibentuk, sebuah inisiatif yang dipelopori oleh Maria Eitel, Freada Kapor Klein, Kathleen Kennedy, dan Nina Shaw, yang kemudian dipimpin oleh Hill. Dengan misi resmi organisasi “memimpin industri hiburan ke masa depan yang kuat dan adil dengan mendefinisikan dan menerapkan praktik terbaik yang menghilangkan pelecehan dan bias seksual untuk semua pekerja, terutama masyarakat yang terpinggirkan, dan dengan secara aktif mempromosikan budaya akuntabilitas, rasa hormat, dan kesetaraan.”[53][54] Pada September 2018, Hill menulis op-ed di The New York Times tentang tuduhan kekerasan seksual oleh Christine Blasey Ford selama nominasi Mahkamah Agung Brett Kavanaugh.[55] Pada 8 November 2018, Anita Hill berbicara di acara oleh USC Dornsife, "Dari Gerakan Sosial ke Dampak Sosial: Mengakhiri Pelecehan Seksual di Tempat Kerja".[56][57] Referensi
|