Ani Idrus (25 November 1918 – 9 Januari 1999) adalah seorang wartawati senior yang mendirikan Harian Waspada bersama suaminya H. Mohamad Said pada tahun 1947.
Ani Idrus dimakamkan di Pemakaman Umum Jalan Thamrin, Medan. Terakhir ia menjabat Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Harian Waspada dan Majalah Dunia Wanita di Medan.
Selain berkecimpung dalam dunia jurnalistik, ia juga mendirikan dan memimpin lembaga pendidikan yang bernaung dalam Yayasan Pendidikan Ani Idrus. Pada akhir hayatnya, ia juga menjabat Ketua Umum Sekolah Sepak Bola WASPADA, Medan, Direktur PT Prakarsa Abadi Press, Medan, dan Ketua Yayasan Asma Cabang Sumatera Utara.
Awal kehidupan
Ani Idrus lahir di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat pada tanggal 25 November 1918.[1] Dia merupakan anak dari pasangan Siti Djalisah dan Sidi Idrus, tetapi Ani Idrus hidup bersama ayah tirinya yang bernama Misan.[2] Dia merupakan anak kedua dari pasangan tersebut. Ayahnya bekerja sebagai juru tulis untuk sebuah kantor pertambangan batu baraOmbilin, sedangkan ibunya adalah istri kedua dari ayahnya yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pertengkaran demi pertengkaran berujung perceraian ayah dan ibunya yang disaksikannya inilah yang meberikannya pandangan terhadap pernikahan yang tidak ideal. Dia melihat bahwa para suami di tempatnya suka berlaku seenaknya dan juga kebiasaannya menambah istri [3]
DIa menyelesaikan pendidikan dasar di tempat lahirnya dan melanjutkan pendidikannya di madrasah untuk meningkatkan pengetahuannya tentang agama Islam.[1]
Pendidikan
Setelah perceraian ayah dan ibunya, Ani bersama ibu dan adiknya pindah ke medan pada tahun 1929 ia pindah ke Medan.[3] Dia melanjutkan sekolahnya ke sekolah madrasah di Jalan Antara Ujung, dan melanjutkan sekolah di Methodist English School.[4]
Ia memulai profesi sebagai wartawan tahun 1930 dengan mulai menulis di majalah Panji Pustaka Jakarta. Kemudian, tahun 1936 bekerja pada Sinar Deli Medan sebagai pembantu pada majalah Politik Penyedar. Selanjutnya, tahun 1938 ia menerbitkan majalah politikSeruan Kita bersama-sama H. Moh. Said dan 1947 menerbitkan Harian Waspada juga bersama H. Moh. Said. Dua tahun kemudian, 1949, menerbitkan majalah 'Dunia Wanita'.
Ia menjabat Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Harian Umum Nasional 'Waspada', Majalah 'Dunia Wanita' dan edisi Koran Masuk Desa (KMD, dan Koran Masuk Sekolah) sejak tahun 1969 sampai 1999. Pada tahun 1988 ia menerima anugrah 'Satya Penegak Pers Pancasila dari Menteri Penerangan R.I. (H. Harmoko), di Jakarta, dimana hanya diberikan pada 12 tokoh pers nasional. Selain itu, tahun 1990, ia juga menerima penghargaan dari Menteri Penerangan R.I. sebagai wartawan yang masih aktif mengabdikan diri di atas 70 thn di Ujung Pandang.
Pada tahun 1990 ia menyampaikan makalah pada seminar Peranan Surat Kabar Sebagai Pers Pembangunan di Daerah yang di selenggarakan oleh FISIPOL UISU dan diikuti mahasiswa/i dari berbagai perguruan tinggi, dengan pembanding malah Bapak H. Yoesoef Sou'yb.
Sebagai wartawati senior, ia juga ikut mendirikan dan membina organisasi PWI. Tahun 1951 turut mendirikan organisasi P.W.I. Medan, dan menjadi pengurus. Tahun 1953-1963, berturut-turut menjabat sebagai Ketua PWI Kring Medan. Tahun 1959 mendirikan 'Yayasan Balai Wartawan' Cabang Medan, dan dipilih sebagai Ketua, selanjutnya mendirikan 'Yayasan Akademi Pers Indonesia' (A.P.I.) dan menjabat sebagai Wakil Ketua.
Tahun 1959 ia mendapat penghargaan dari PWI Cabang Sumut/Medan di Grand Hotel, karena telah berkecimpung dalam dunia pers selama kurang lebih 25 tahun. Ia mengambil alih kepemimpinan di Harian Waspada Medan tahun 1969 setelah H. Moh. Said mengundurkan diri.
Pada 1979 ia menerima piagam Pembina Penataran Tingkat Nasional dari BP7 Jakarta. Kemudian, tahun 1984, bersamaan dengan hari Pers Nasional menjadi anggota KPB (Kantor Perwakilan Bersama) di Jakarta dari tujuh Surat kabar terbesar di daerah.
Ia banyak melakukan perjalanan Jurnalistik ke Luar Negeri. Tahun 1953 ia mengunjungi Jepang sebagai wartawan Waspada bersama rombongan missi dagang 'Fact Finding' Pemerintah R.I. yang diketuai oleh Dr Sudarsono untuk merundingkan pembayaran Pampasan Perang. Tahun 1954 mengunjungi Republik Rakyat Tiongkok.
Tahun berikutnya, 1955 mengunjungi Belanda, Belgia, Prancis,Italia meliputi perundingan Tunku Abdul Rahman dengan Ching Peng, pimpinan Komunis Malaya, di Baling Malaysia. Tahun 1956 mengunjungi Amerika Serikat, Mesir, Turki, Jepang, Hongkong, dan Thailand. Kemudian, tahun 1961 dan 1962 mengunjungi Inggris dan Jerman Barat serta Paris. Lalu tahun 1963 mengikuti rombongan Menteri Luar Negeri Subandrio ke Manila, Filipina dan mengikuti perjalan Presiden R.I. ke Irian Jaya dalam rangka penyerahan Irian Barat kepangkuan Republik Indonesia. Selanjutnya, tahun 1976 mengikuti rombongan Adam Malik menghadiri KTT Non-Blok di Srilangka.
Ia juga mempunyai banyak pengalaman di bidang politik. Tahun 1934 ia memasuki organisasi 'Indonesia Muda', wadah perjuangan pergerakan pemuda, dan pernah duduk sebagai Wakil Ketua. Tahun 1937 menjadi anggota partai 'Gerakan Rakyat Indonesia' (GERINDO) di Medan. Kemudianj 1949, menjadi anggota 'Partai Nasional Indonesia' (PNI), beberapa kali menjabat sebagai Ketua Penerangan, dan pernah menjadi anggota Pleno Pusat PNI di Jakarta.
Ia juga menghadiri Kongres Wanita Pertama di Jogya. Lalu, tahun 1950, ia mendirikan 'Front Wanita Sumatera Utara' menjabat sebagai Ketua. Kemudian menjabat Ketua Keuangan Kongres Rakyat seluruh Sumatera Utara, menuntut pembubaran Negara Bagian 'Negara Sumatra Timur' (NST). Selanjutnya menjadi anggota Angkatan-45 tingkat Pusat Jakarta. Ia juga mendirikan 'Wanita Marhaeinis' dan menjadi C.P. (Komisaris Provinsi) 'Wanita Demokrat'.
1960-1967 ia menjadi anggota DPRGR Tingkat-I Provinsi Sumatera Utara dari Golongan Wanita. Tahun 1961 menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jendral 'Front Nasional Sumatera Utara' yang dibentuk Pemerintah R.I. Tahun 1967-1970 menjadi anggota DPRGR Tingkat-I Sumatera Utara untuk Golongan Karya (Wartawan). Selanjutnya, 1984 diangkat sebagai Penasehat 'Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia'.
Selain menggumuli dunia jurnalistik dan politik, ia juga berkecimpung dalam dunia pendidikan. Tahun 1953 mendirikan 'Taman Indria' berlokasi di Jl. S.M. Raja 84, Medan khusus untuk Balai Penitipan Anak, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
Pada tahun itu juga sempat mendirikan Bank Pasar Wanita selama dua tahun berkantor di Pusat Pasar 125, Medan. Tahun 1960 mendirikan 'Yayasan Pendidikan Democratic' di Medan dengan tujuan mengembangkan dunia pendidikan dengan mendirikan: Democratic English School di Jl. S.M. Raja 195, Medan (kemudian dibubarkan karena adanya larangan sekolah berbahasa asing).
Kemudian ia mendirikan S.D. Swasta 'Katlia', di Jl. S.M. Raja 84, Medan. S.D. 'Katlia' ini kemudian menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi 'Pembangunan'. Tahun 1978 mendirikan 'Yayasan Pendidikan Democratic' dengan membuka: - T.K., SD, SMP 'Perguruan Eria' di Jl. S.M. Raja 195. Selanjutnya, 1984 mendirikan Sekolah Pendidikan Agama Islam setingkat S.D. yaitu Madrasah Ibtidaiyah 'Rohaniah' di Jl. Selamat Ujung Simpang Limun, serta membangun masjid disampingnya. Kemudian, 1987 mendirikan 'Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan' (STIKP) dan mendirikan 'Kursus Komputer Komunikasi' (K-3) di Gedung Kampus STIKP.