Republik Texas melepaskan diri dari Meksiko dan mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 2 Maret 1836 dengan Samuel Houston sebagai presiden dan Mirabeau B. Lamar sebagai wakil presiden pertamanya. Walaupun kemerdekaan Texas tertulis dalam Perjanjian Velasco yang ditandatangani oleh presiden Meksiko, Antonio López de Santa Anna, pemerintah Meksiko tidak pernah mengakui kemerdekaan Texas.[2][3][4]
Republik Texas mengajukan proposal aneksasi kepada Amerika Serikat tidak lama setelah memproklamasikan kemerdekaannya. Namun terlepas sambutan hangat Amerika terhadap perjuangan Texas, Presiden Andrew Jackson menolak memberikan pernyataan sehubungan dengan kemerdekaan Texas saat itu dan baru mengakuinya pada tanggal 3 Maret 1837.[4][5][6][7]
Presiden pertama Texas, Samuel "Sam" Houston dan sebagian besar masyarakat Texas yang adalah emigran dari Amerika menginginkan untuk bergabung dengan negara asal mereka. Dari segi politis, aneksasi Texas berarti perlindungan politik dari kemungkinan konfrontasi dengan Meksiko yang tidak pernah mengakui kemerdekaan Texas. Secara ekonomi, aneksasi juga berarti perbaikan fasilitas publik, sistem pemerintahan dan peningkatan kesejahteraan. Namun bagi warga Texas keinginan ini didasari hal yang sangat sederhana, mereka tidak pernah berhenti menjadi warga Amerika.[8][9]
Respons Amerika terhadap aneksasi terbagi dalam dua kubu. Kubu yang pertama menentang aneksasi dengan alasan Texas adalah wilayah yang mendukung perbudakan dan bergabungnya Texas dapat memicu perang dengan Meksiko. Kubu yang kedua mendukung aneksasi dengan pertimbangan sebagian besar warga Texas adalah warga Amerika. Isu aneksasi Texas ini menjadi pembahasan politik paling penting saat pemilihan presiden tahun 1844.[8][9][10][11][12]
Setelah permintaan aneksasi Texas ditolak, Sam Houston membuka kesempatan untuk meminta perlindungan dari Inggris. Saat Houston digantikan oleh Mirabeau B. Lamar, dan presiden Andrew Jackson diganti oleh Martin Van Buren, kemungkinan aneksasi tertutup sama sekali. Presiden Lamar tidak ingin Texas bergantung kepada negara manapun. Sedangkan Presiden Van Buren adalah tokoh anti perbudakan yang menganggap tidak ada urgensi bagi Texas sebagai negara yang mendukung perbudakan untuk masuk menjadi bagian Amerika.[11][13]
Saat Sam Houston kembali menjadi presiden menggantikan Lamar, Texas di ambang kebangkrutan, yang membuatnya kembali mengajukan kemungkinan aneksasi melalui perwakilannya, Isaac Van Zandt dan James Reily. Baru pada akhir tahun 1843, Sekretaris Negara Amerika Serikat Abel Upshur membicarakan aneksasi atas permintaan Presiden John Tyler. Presiden Houston meresponnya dengan meminta diplomat kawakan James Pinckney Henderson untuk mendampingi Van Zandt. Pada tanggal 22 April 1844, perjanjian aneksasi dibawa ke Dewan Senat Amerika. Pada tanggal 8 Juni 1844, Senat Amerika menolak perjanjian aneksasi.[2][10]
Di akhir masa jabatannya, Presiden Tyler menandatangani pengajuan Resolusi Brown yang disetujui oleh Senat untuk dibawa ke Dewan Senat Texas. Pada bulan Desember 1845, Dewan Perwakilan dan Dewan Senat Amerika menyetujui aneksasi Texas. Tanggal 29 Desember 1845, Presiden Polk menandatangani undang-undang aneksasi dan Texas resmi bergabung dengan Amerika sebagai negara bagian ke-28.[2][3][10]
Latar belakang
Sejarah awal
Nenek moyang daerah Texas dihuni oleh suku asli Amerika, suku Indian. Mereka menempati daerah ini sebelum emigran Eropa Robert Cavelier, Sieur de la Salle, menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Texas pada tanggal 7 April 1682. Sieur de la Salle adalah ksatria Raja Louis XIV dari Prancis. Sebelum kedatangan la Salle, Hernando De Soto pada tahun 1541 telah lebih dulu tiba di daerah Texas namun tidak berhasil menemukan muara Sungai Mississippi. De Soto tidak menyeberangi sungainya, hanya menyebutnya Rio Grande karena ukurannya yang besar. Selain itu ada Jacques Marquette, seorang misionaris dari Kanada yang hanya melintasi sungai besar tersebut pada tahun 1678. Setelah menyatakan klaimnya atas wilayah yang kemudian dinamai Louisiana di sepanjang Sungai Mississippi tersebut untuk Raja Louis XIV, la Salle kembali ke Prancis. Raja Louis XIV memberinya kewenangan untuk mendirikan koloni di daerah tersebut. Sieur de la Salle kembali dengan armada yang terdiri dari empat kapal, tiga kapal bersenjata lengkap dan satu kapal kecil, serta lebih dari 300 orang rombongan dan mendarat di sisi barat dekat Teluk Matagorda pada tanggal 18 Februari 1685. Spanyol yang memiliki koloni di Amerika Tengah dan Amerika Selatan juga membuat kolonisasi di daerah Texas untuk mempertahankan tambang perak dan perdagangan di Santa Fe. Pada tahun 1716, Spanyol membuat benteng di sepanjang Sungai San Antonio. Misi dikenal dengan nama Alamo dan menjadi cikal bakal daerah Spanyol yang paling penting di Texas, San Antonio de Bexar.[10][14][15][16][17][18][19]
Pada tahun 1820 Moses Austin, warga negara Amerika asal Virginia membuka permukiman yang terdiri dari 300 keluarga di atas daerah seluas 81.000 hektar dengan seizin pemerintahan Spanyol. Austin membangun permukimannya di Tejas. Saat Meksiko merdeka dari Spanyol pada tahun 1821, Stephen Austin, anak Moses Austin memperoleh hibah atas tanah tersebut. Dia memimpin kelompok pemukim pertamanya di sepanjang Sungai Brazos dan Colorado. Pada tahun 1832, koloni-koloni bentukan Austin memiliki 8.000 penduduk. Keberhasilannya membangun permukiman menarik banyak warga Amerika. Namun Meksiko yang khawatir kehilangan kontrol terhadap Texas karena dominasi emigran dari Amerika, pada tanggal 6 April 1830 mengeluarkan larangan imigrasi dari Amerika namun mendorong imigrasi dari Eropa. Larangan ini menimbulkan protes warga Texas dan mengawali pergerakan untuk memiliki pemerintahan sendiri. Saat bergolak kerusuhan di Meksiko pada tahun 1833, Antonio Lopez de Santa Anna menjadi presiden Meksiko dan memberikan janji tidak akan memerintah dengan sewenang-wenang dan akan mengentaskan kemiskinan dan kebodohan. Namun yang terjadi, Meksiko terlilit utang, banyak kebijakan Santa Anna terhadap kaum pemukim yang dianggap semakin merugikan dan Santa Anna adalah seorang diktator. Hal ini menimbulkan gelombang aksi dari kaum pemukim. Jawaban terhadap aksi protes berupa tindakan kekerasan inilah yang kemudian memicu keinginan Texas untuk memisahkan diri dari Meksiko.[3][8][10][13][16][19][22][24][25][26]
Revolusi Texas
Pada tahun 1834 Stephen Austin ditahan atas tuduhan mendukung pemberontakan terhadap negara karena tidak menyetujui beberapa kebijakan pemerintahan dan baru dibebaskan tahun 1835. Revolusi Texas pecah pada tanggal 2 Oktober 1835 dalam Pertempuran Gonzales dan pada tanggal 7 November 1835 warga Texas membentuk pemerintahan sementara. Pada bulan Maret 1836, Texas mengeluarkan deklarasi kemerdekaan di Washington-on the-Brazos dengan David G. Burnet sebagai presiden sementara, Sam Houston sebagai komandan militer dan Austin sebagai komisioner untuk Amerika Serikat dengan misi menjamin bantuan strategis dan perekrutan sukarelawan.[2][13][16][22][24][25][27][28]
Pertempuran Alamo yang terkenal di San Antonio berlangsung dari tanggal 23 Februari hingga 6 Maret 1836. Semua pasukan Texas gugur dalam pengepungan ini termasuk James Bowie dan Davy Crockett. Pada tanggal 21 April Sam Houston memimpin serangan dadakan terhadap pasukan Meksiko di Sungai San Jacinto. Dalam Pertempuran San Jacinto itu, Houston berhasil menahan Presiden Santa Anna dan memaksanya mengakui kemerdekaan Texas. Presiden resmi Republik Texas yang pertama adalah Sam Houston, Mirabeau B. Lamar sebagai wakilnya dan Stephen Austin sebagai sekretaris negara. Pemerintah Meksiko tidak mengakui kemerdekaan Texas walaupun pada tanggal 14 Mei 1836 telah ditandatangani Perjanjian Velasco antara Republik Texas dan Santa Anna mewakili Meksiko. Ini membuat Texas sebagai negara baru masih berada di bawah ancaman Meksiko yang sewaktu-waktu dapat merebut kembali wilayahnya. Hal inilah yang mendasari keputusan Texas untuk bergabung dengan Amerika Serikat. Apalagi kemudian terbukti, selama periode 1836 hingga 1843 pemerintah Meksiko terus menerus memblokade pelabuhan dagang Texas dan mematikan perdagangannya. Walaupun Texas juga melakukan perlawanan dengan membentuk angkatan laut untuk merusak jalur perdagangan di Teluk Meksiko serta membantu gerakan revolusionis di Yucatan.[2][3][8][10][13][16][22][29][30][31]
Tahun 1836 - tahun 1838
Pemerintahan Andrew Jackson
Masyarakat Amerika Serikat mengikuti perjuangan Texas meraih kemerdekaannya dari Meksiko melalui surat kabar. Terlebih setelah Stephen F. Austin dan komisioner Branch Archer serta William Wharton melakukan kunjungan ke Amerika pada musim semi 1836 tidak lama setelah Texas merdeka. Sambutan positif publik Amerika, dukungan Andrew Jackson di Gedung Putih, dan Partai Demokrat di Dewan Senat, membuat Austin merasa akan mendapatkan dukungan politik dari Amerika. Sayangnya Presiden Andrew Jackson mengambil sikap bijaksana dan berhati-hati sebelum mengakui kedaulatan Texas. Jackson memutuskan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang pemerintahan Texas sebelum memberikan pernyataan politiknya. Jackson bahkan mengirimkan agen rahasianya pada musim panas tahun 1836 ke Texas. Jackson pribadi menginginkan Texas bergabung dengan Amerika, tetapi sebagai kepala negara banyak hal yang harus dipertimbangkan. Apalagi anggota Partai Demokrat yang menentang perbudakan, mempertanyakan perlunya menambahkan satu lagi wilayah pendukung perbudakan menjadi bagian Amerika. Pemilihan pertama di Texas yang diadakan pada bulan September 1936 memilih Samuel Houston sebagai presiden pertamanya dan memilih "iya" untuk pertanyaan aneksasi Texas ke Amerika.[32]
Sam Houston adalah seorang pemimpin militer dan politisi berpengalaman. Dia sepenuhnya menyadari mengapa Presiden Jackson tidak segera memberikan dukungan politiknya. Begitu juga dengan kekhawatiran Dewan Senat Amerika bila Texas bergabung dengan Amerika. Namun Houston masih berharap ada jalan untuk mewujudkan keinginan mayoritas warga Texas. Houston mengirimkan perwakilannya ke Washington, yaitu William Wharton dan komisioner Fairfax Catlett dan Memucan Hunt dan meminta mereka mencari kemungkinan aneksasi tapi tetap berpesan untuk tidak terlalu banyak berharap.[4][33]
Pernyataan sikap Amerika terhadap keinginan Texas untuk bergabung membuat Houston membuka jalan untuk bernegosiasi dengan Inggris. Pihak Meksiko juga tidak dalam posisi kuat untuk memulai agresi militer merebut kembali Texas namun tidak menginginkan Texas bergabung dengan Amerika. Meksiko bahkan menawarkan untuk menjual Texas kepada Inggris. Satu bukti bahwa Meksiko masih menganggap Texas adalah wilayahnya dan sama sekali tidak mengakui kemerdekaan Texas. Pertimbangan Houston untuk bersekutu dengan Inggris adalah keuntungan yang bisa didapatkan untuk Texas. Selain bisa terlepas dari Meksiko dan melakukan perjanjian perdamaian, dari segi ekonomi Houston berharap bisa membangun Galveston sebagai pelabuhan utama, dan menjadi pemasok kapas untuk Inggris.[33]
Sementara itu di Washington, Presiden Jackson mengungkapkan laporan agen rahasianya, Henry M. Morfit, ke publik. Laporan Morfit sangat lugas, Texas bertahan bukan karena kemampuannya namun lebih karena ketidakmampuan Meksiko. Ini membuat Presiden Jackson memutuskan untuk tidak terburu-buru membuat pernyataan politik untuk mengakui kemerdekaan Texas. Hal ini membuat William Wharton berkecil hati tetapi tidak berhenti melakukan lobi politik di Dewan Kongres. Wharton memilih menyampaikan kemungkinan Texas untuk bekerja sama dengan Inggris sebagai cara untuk menarik perhatian presiden dan anggota senat. Hal ini cukup berhasil karena pada tanggal 3 Maret 1837, undang-undang yang menyatakan mengakui kemerdekaan Texas, diluluskan oleh Dewan Senat Amerika. Presiden Jackson di masa akhir kepemimpinannya juga menunjuk Alcee La Branche sebagai kuasa usaha (charge d'affaires) Amerika di Texas.[2][4][33][34]
Tahun 1839 - tahun 1841
Pemerintahan Martin Van Buren dan Sam Houston
Masa jabatan Jackson yang berakhir pada bulan Maret 1837 digantikan oleh Presiden Martin Van Buren, yang sebelumnya adalah wakil Jackson. Martin Van Buren adalah pendiri Partai Demokrat dan tokoh anti perbudakan. Hal ini membuat kemungkinan aneksasi Texas menjadi semakin kecil. Pengajuan aneksasi Texas ditolak oleh Van Buren. Pada masa pemerintahan Van Buren, Senator William C. Preston mengajukan resolusi tripartit antara Amerika, Texas dan Meksiko ke Dewan Senat pada tanggal 4 Januari 1838. Resolusi ini dibahas di Senat pada tanggal 14 Juni, tetapi ditentang oleh John Quincy Adams. Selama periode 1837 hingga berakhirnya masa jabatannya pada tanggal 10 Desember 1838, Houston tetap mengupayakan perjanjian diplomatik dengan Inggris dan negara Eropa lainnya. Namun upayanya selalu menemui jalan buntu dan terbentur pada satu hal, yakni sistem perbudakan yang masih berlaku di Texas. Pihak Inggris dulunya juga merupakan penganut sistem perbudakan. Tidak kurang dari 50.000 warga Afrika berada di koloni Inggris di Amerika dan Kepulauan Karibia. Namun sejak tahun 1807, Inggris memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam perdagangan budak dan pada tahun 1833 secara resmi mengakhiri perbudakan di daerah koloninya. Pihak Inggris sangat serius untuk mengadakan kerja sama dengan Texas karena kuasa usaha Inggris di Texas, Charles Elliot, bahkan menawarkan pinjaman besar ke pihak Texas. Pinjaman yang jumlahnya mampu untuk memberikan kompensasi kerugian kepada pemilik budak karena membebaskan budak mereka. Sebelum Sam Houston menyerahkan jabatannya kepada kepada Mirabeau B. lamar, dia menarik secara resmi permintaan aneksasinya kepada Amerika pada tanggal 12 Oktober 1838 melalui Anson Jones.[2][4][33][35][36][37][38]
Pemerintahan Mirabeau B. Lamar
Mirabeau B. Lamar adalah pemimpin Texas yang menentang aneksasi. Mimpinya adalah melihat Texas berkembang dengan usaha sendiri tanpa menggantungkan diri kepada negara lain. Lamar melanjutkan kebijakan ekonomi Houston dengan membina hubungan perdagangan dengan Inggris dan Prancis. Selama tiga tahun kepemimpinannya, Lamar sama sekali tidak mempertimbangkan kemungkinan untuk aneksasi. Apalagi ekonomi Texas perlahan membaik, dan pengakuan diplomatik untuk kemerdekaan Texas berdatangan dari Prancis pada tahun 1839 dan Belanda, dan Belgia pada tahun berikutnya. Inggris juga akhirnya memberikan pengakuan politiknya untuk Texas pada musim gugur 1840 melalui perwakilannya di Texas, Lord Aberdeen. Walaupun pengakuan politik ini didasarkan pada motif ekonomi.[4][22][33][38]
Sekitar tahun 1838 hingga 1841, Meksiko berada dalam masalah besar karena banyaknya pemberontakan, kegagalan Meksiko melunasi utang kepada Prancis serta intrik politik di dalam pemerintahannya sendiri serta kembali berkuasanya Santa Anna sebagai pemimpin tertinggi. Inggris berinvestasi cukup banyak di Meksiko dan tidak ingin mengalami kerugian. Oleh karena itu Inggris memberikan pernyataan pengakuan terhadap kemerdekaan Texas dan berharap dapat memediasi perdamaian antara Texas dan Meksiko.[4][33]
Tahun 1842 - tahun 1844
Pemerintahan Sam Houston
Sam Houston terpilih kembali menjadi presiden Texas dan dilantik pada tanggal 21 Desember 1841. Saat itu Texas di ambang kehancuran dan kebangkrutan karena perjanjian perdagangan dengan Belanda dan Inggris baru diratifikasi setahun setelah perjanjian tersebut dibuat. Selama pemerintahan Houston yang pertama (1836-1838), utang Texas sebesar 3 juta dolar, pemerintahan Lamar menambahkan jumlahnya menjadi 8 juta dolar dan sebelum aneksasi Texas jumlahnya sudah mencapai 12 juta dolar. Kuasa usaha Amerika di Texas saat itu, Joseph Eve, bahkan menyatakan bahwa Texas akan kehilangan kemerdekaannya karena masalah ekonominya. Houston sepenuhnya menyadari hal ini, karena itu dia mengirimkan dua utusannya, James Reily dan Isaac Van Zandt, ke Amerika untuk mendapatkan bantuan militer dan ekonomi bahkan bila perlu kemungkinan untuk aneksasi. Masalah ekonomi yang berat dan ditambah Presiden Meksiko Santa Anna yang mulai menyerang Texas di daerah Goliad, Refugio dan Victoria, membuat Houston sangat berhati-hati mengambil kebijakan. Namun ini membuatnya terlihat seperti seorang diktator di mata warga Texas yang tidak menyadari seberapa besar masalah yang dimiliki Texas saat itu.[2][4][39]
Perjuangan Van Zandt dan Reily di Washington pun tidak mudah. Banyak tokoh yang mengetahui maksud kedatangan mereka, dengan terang-terangan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap aneksasi Texas. Salah satunya adalah mantan presiden John Quincy Adams. Terlepas dulu semasa menjabat presiden, Adams bersama Henri Clay pernah mengajukan penawaran untuk membeli Texas dari Meksiko pada tahun 1825, kini dia sangat menentang kemungkinan tersebut. Sebagai perwakilan dewan dari Massachusetts, Adams bahkan memulai kampanye penolakan terhadap usaha memperbarui aneksasi Texas. Adams tidak menerima pernyataan kemerdekaan Texas dan menganggap Texas masih bagian dari Meksiko. Adams adalah seorang pejuang anti perbudakan karenanya sangat menentang masuknya Texas karena masih mendukung praktik perbudakan. Atas dasar ini, Houston kemudian memutuskan untuk menandatangani perjanjian perdagangan dan kesepakatan untuk mengakhiri perdagangan budak dengan pihak Inggris pada bulan Juli 1842. Kesepakatan yang lain adalah mengizinkan Inggris sebagai pihak ketiga dalam upaya kesepakatan perdamaian antara Texas dan Meksiko.[4][39][40]
Pada musim gugur tahun 1842, Meksiko sekali lagi melanggar batas dan menyerang San Antonio. Houston memutuskan untuk melakukan serangan balasan dengan Ekspedisi Somervell dan Ekspedisi Mier yang berakhir sebagai bencana. Houston kemudian meminta Inggris pada bulan November 1842 untuk secepatnya mengupayakan usaha perdamaian dengan Meksiko.[4][18][39]
Keterlibatan Inggris membuat Presiden Santa Anna mengeluarkan pernyataan yang meminta agar Houston mengakui kedaulatan Meksiko atas Texas, yang secara tidak langsung menyatakan kemerdekaan Texas tidak sah, dan Meksiko akan memberikan Texas kendali penuh untuk mengatur pemerintahannya sendiri. Pihak Inggris yang sejak awal memiliki motif ekonomi atas Meksiko dan Texas, menyambut baik kemungkinan ini. Melalui wakilnya di Meksiko, Duta Besar Richard Packenham, dan wakilnya di Texas, Kuasa Usaha Charles Elliot, Inggris mendesak Houston untuk menerima tawaran Meksiko. Houston menjawab dengan datar bahwa Texas hanya akan duduk dengan Meksiko untuk membahas gencatan senjata dan tidak untuk hal yang lain. Anson Jones, sekretaris negara Texas dengan jelas menyatakan bahwa,
Meksiko harus mengembalikan kepada kami ribuan nyawa warga Texas yang terbunuh sebelum kami bisa menerima rencana untuk bersatu lagi dengan pemerintahan mereka.[41]
Pada tanggal 3 Maret 1843, Dewan Senat Amerika menolak perjanjian perdagangan dengan Texas karena alasan ketidakstabilan sepanjang perbatasan Texas. Pada bulan Juni 1843, Sam Houston menyatakan gencatan senjata secara sepihak terhadap Meksiko, yang kemudian diterima Meksiko sebulan kemudian. Inggris mengadakan pertemuan perdamaian di Matamoros dan Houston mengirimkan George Hockley dan Samuel M. Williams sebagai wakilnya. Pertemuan yang sudah sia-sia sejak awal karena Houston tidak pernah bersedia kembali berada di bawah Meksiko, sedangkan dari pihak Meksiko sendiri, Santa Anna bahkan menyerang dan menginvasi daerah Texas saat pertemuan perdamaian sedang berlangsung.[36][41]
Pemerintahan Tyler
Di penghujung tahun 1843, Sekretaris Negara Amerika Serikat, Abel Upshur memberitahu Van Zandt bahwa dia dan Presiden John Tyler membicarakan kemungkinan aneksasi Texas. John Tyler adalah wakil presiden yang menjadi orang nomor satu di Amerika setelah Presiden William Henry Harrison meninggal dunia 1 bulan setelah pelantikannya. Walaupun menjabat sebagai presiden, karier politik Tyler dalam posisi yang tidak menguntungkan. John Tyler dikeluarkan dari Partai Whig setelah berselisih dengan Senator Kentucky Henry Clay, hampir seluruh kabinetnya mengajukan surat pengunduran diri, legislasi perbankan nasionalnya dua kali ditolak kongres Partai Whig, serta Kepanikan 1837 akibat kegagalan kebijakan ekonomi spekulasi tanah dari presiden sebelumnya. Demi memperoleh dukungan untuk pemilihan presiden 1845, John Tyler memutuskan mengambil langkah besar dengan memulai aneksasi Texas. Usaha pertamanya adalah dengan berusaha menjadi pihak ketiga untuk menyelesaikan perselisihan Meksiko dan Texas, yang tidak berjalan mulus. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat Tyler. Sepanjang tahun dia tetap menggalang dukungan untuk aneksasi Texas terutama dari Pihak Selatan.[7][23][42]
Kampanye Tyler - Upshur
Untuk usaha aneksasi Texas ini, Tyler didukung oleh Sekretaris Negara, Abel Upshur. Menurut pendapat Upshur, Texas di bawah perlindungan Inggris akan membawa dampak besar bagi Amerika. Inggris merupakan negara yang sudah menolak praktik perbudakan akan mendesak Texas untuk melakukan hal yang sama. Pembebasan budak di Texas akan membuat kaum kulit hitam di Amerika menyeberang ke Texas demi kehidupan yang lebih baik. Selain itu Inggris bertekad menjadikan Texas sebagai sumber kapas terbesar di dunia. Hal ini juga akan membuat budak di daerah selatan Amerika akan melirik Texas. Saat bagian selatan Amerika ditinggalkan oleh kaum kulit hitam yang berbondong-bondong ke Texas, maka perekonomian daerah selatan akan goyah. Daerah utara mau tidak mau akan terkena imbasnya dari sisi ekonomi. Dan ini berarti mengancam perekonomian negara. Atas dasar ini Upshur dan Tyler memulai upaya untuk aneksasi Texas dengan melakukan pendekatan kepada kuasa usaha Texas di Washington, Isaac Van Zandt.[7][42]
Van Zandt kemudian mengirimkan kabar kepada Sekretaris Negara Anson Jones tentang proposal aneksasi dari Tyler dan Upshur. Namun di luar dugaan, balasan Anson Jones tidak seantusias perkiraannya. Jones mengingatkan bahwa pilihan yang tersedia untuk Texas saat ini adalah berada di bawah perlindungan Inggris atau aneksasi dengan Amerika dan terpaksa memulai perang dengan Meksiko. Van Zandt tanpa sepengetahuan Jones tetap melanjutkan pembahasan aneksasi bahkan membuat drafnya serta mengingatkan Jones bahwa kesempatan untuk aneksasi mungkin tidak akan pernah datang lagi. Bila berbicara tentang keinginan masyarakat Texas, sudah pasti mereka akan memilih aneksasi. Penyebabnya sederhana dan bukan untuk alasan politik atau ekonomi. Sebagian besar dari mereka adalah warga Amerika yang pindah ke Texas demi kehidupan yang lebih baik. Pada dasarnya mereka adalah orang Amerika yang berpindah domisili. Dan mereka berpindah domisili bukan untuk menjadi bagian dari Inggris.[43]
Respons Houston terhadap berita dari Van Zandt tidak jauh berbeda dengan respons Jones. Aneksasi Texas adalah mimpi panjang yang tidak tahu kapan akan terwujud. Namun Houston tetaplah pemimpin yang memahami keinginan warga Texas. Dia kemudian meminta bantuan James Pinckney Henderson, seorang diplomat kawakan yang merupakan suksesor perjanjian perdagangan dan politik dengan Prancis dan Inggris, untuk menjadi wakil Texas. Henderson tidak setengah-setengah dalam memajukan proposal aneksasi Texas. Jaminan perlindungan Amerika dari agresi militer Meksiko, posisi Texas saat bergabung dengan Amerika nantinya yang bukan hanya terbatas sebagai daerah teritorial namun sebagai negara bagian, mengizinkan Texas tetap dengan praktik perbudakannya, membayar semua utang Texas, adalah bagian dari persyaratan yang dibuatnya untuk Texas. Masuknya Henderson sebagai negosiator Texas mengubah banyak hal. Meksiko jadi semakin memiliki alasan untuk melepaskan kemungkinan perdamaian. Selain itu penugasan Henderson membangkitkan kesadaran pihak oposisi dan pendukung aneksasi di Amerika bahwa saat seorang Henderson sudah turun tangan, berarti Houston sangat serius dengan usaha aneksasinya.[4][43]
Kampanye Robert J. Walker
Dengan kesadaran bahwa pihak senat tidak akan meloloskan proposal aneksasinya, John Tyler menempuh jalan lain. Tyler meminta bantuan Senator Mississippi, Robert J. Walker untuk memuluskan rencananya. Pada bulan Februari 1844, Walker menjalankan kampanye publik untuk meminta pendapat masyarakat Amerika tentang aneksasi Texas. Hasilnya adalah dokumen yang berjudul "Letter to the Citizens of Caroll County, Kentucky" yang terjual lebih dari 50.000 eksemplar. Walker mengemukakan teori "katup pengaman" atau safety valve. Pandangan Walker ini mengadaptasi ide lama Jeffersonian yang mengatakan bahwa kaum budak tidak akan berbahaya bila mereka tersebar secara merata. Walker menyatakan bahwa dengan masuknya Texas dalam teritorial Amerika, akan memungkinkan penghapusan perbudakan di daerah selatan Amerika.[7][43][44]
Perjanjian Tyler-Texas dan debat dewan kongres
Rencana aneksasi hampir saja batal karena Bencana USS Princeton pada tanggal 28 Februari 1844. Saat itu adalah peresmian kapal perang Princeton di Potomac dan terjadi kecelakaan saat salah satu meriamnya meledak dan menewaskan Upshur dan enam orang lainnya. Sebagai ganti Upshur, Tyler menunjuk John C. Calhoun yang bersedia melanjutkan rencana aneksasi Texas. Calhoun menyetujui proposal traktat aneksasi yang disusun oleh Upshur dan Van Zandt. Untuk poin perlindungan militer, Calhoun tidak bisa menjamin perlindungan penuh dan hanya bisa menjanjikan akan memposisikan pasukan angkatan laut dan tentara Amerika di dekat daerah perbatasan. Henderson dan Van Zandt tidak ingin mengambil risiko menunggu lebih lama lagi bila mengirimkan proposal ini ke Texas dan memilih menandatangani perjanjian aneksasi itu atas nama Texas pada tanggal 12 April 1844. Houston dan Jones sangat kecewa dengan ditandatanganinya proposal aneksasi tersebut namun tidak bisa berbuat banyak. Bagi mereka berdua, kemerdekaan Texas di bawah perlindungan Inggris jelas jauh lebih menjanjikan dibandingkan status teritorial yang ditawarkan Amerika yang bahkan terlalu takut untuk memberikan jaminan perlindungan militer bagi Texas.[4][12][43]
Pada tanggal 22 April 1844, Tyler memajukan traktat aneksasi ke Dewan Senat Amerika. Dalam debatnya, Tyler mengemukakan alasan mengapa aneksasi perlu untuk dilakukan. Dengan alasan bahwa Texas di bawah Inggris akan membahayakan Amerika, Tyler berusaha meraih simpati senat. Pihak oposisi aneksasi bersikeras bahwa apapun bahaya yang timbul dari keberadaan Texas di bawah Inggris, tidak akan lebih besar dibandingkan bahaya yang akan timbul dari perang dengan Meksiko. Tyler kemudian melakukan blunder dengan menawarkan 6 juta dolar untuk Meksiko sebagai pertukaran untuk Texas dan Pelabuhan San Fransisco. Ini secara tidak langsung adalah pengakuan bahwa Texas masih milik Meksiko saat menawarkan ganti rugi 6 juta dolar. Argumen yang diberikan Calhoun juga berkembang terlalu jauh. Dia menyatakan bahwa publik Selatan kini mendesak bergabungnya Texas ke dalam Amerika dengan cara apapun juga. Calhoun khawatir bila tidak dipenuhi, daerah Selatan akan berusaha memisahkan diri dari Amerika dan membentuk negara Konfederasi baru dengan Texas di dalamnya. Kekhawatiran yang terbukti nyata 17 tahun kemudian, walaupun saat itu pernyataan Calhoun hanya agar pihak oposisi mempertimbangkan kembali keputusan mereka.[23][43]
Tindakan Tyler dan Calhoun ini dikritik keras oleh Senator Missouri Thomas Hart Benton yang walaupun merupakan seorang pendukung perbudakan dan ekspansi Amerika, menyatakan bahwa Tyler dan Calhoun sudah melangkah terlalu jauh demi memastikan aneksasi Texas terlaksana apapun alasan yang melatarbelakanginya. Benton bahkan berdiri di barisan terdepan untuk menentang aneksasi Texas, dan bukan John Quincy Adams yang merupakan tokoh oposisi sejak awal. Isu tentang aneksasi Texas ini begitu bergema hingga Mantan Presiden Andrew Jackson menyempatkan diri menulis surat untuk menyatakan dukungannya terhadap aneksasi Texas. Hal yang sebaliknya juga terjadi pada mantan presiden Martin Van Buren. Saat menjabat presiden, Van Buren menentang aneksasi Texas. Namun pada konvensi Partai Demokrat untuk menentukan calon presiden di pemilihan berikutnya pada tahun 1844 itu, pandangan politiknya berubah. Dia menyatakan bahwa aneksasi Texas pasti akan terjadi suatu hari dan ini hanya masalah waktu saja. Pernyataan Van Buren ini membuatnya tersingkir dari bursa calon presiden dan memunculkan nama Gubernur TennesseeJames K. Polk.[43][45]
Pada tanggal 8 Juni 1844, Senat Amerika menolak aneksasi Texas dengan suara 35-16.[2][4][11][45]
Setelah kegagalan Tyler dan Calhoun di Senat, mereka meminta kuasa usaha Amerika di Texas, William Murphy untuk kembali ke Washington dan menggantikannya dengan Tilghman Howard. Sayangnya Murphy meninggal di Texas karena demam kuning. Howard yang sedianya menggantikan Murphy pun meninggal karena penyakit yang sama tidak lama setelah tiba di Texas. Untuk menggantikan Howard ditunjuk Andrew Jackson Donelson, keponakan Andrew Jackson. Donelson juga yang meyakinkan Houston bahwa kemungkinan aneksasi Texas masih sangat terbuka karena permasalahan ini merupakan isu politik utama dalam pemilihan presiden tahun 1844 nantinya.[4][46][47]
Menurut Donelson, saat ini sedang diupayakan aneksasi Texas melalui resolusi bersama bukan dalam bentuk traktat seperti yang sudah-sudah. Ini berarti aneksasi Texas hanya perlu mendapatkan suara mayoritas untuk disetujui dan bukannya ⅔ suara di Senat bila dimajukan dalam bentuk traktat. Donelson juga menjanjikan bila Polk terpilih menjadi presiden, aneksasi Texas pasti akan terjadi.[46][47]
Sikap Santa Anna terhadap aneksasi dan debat di Senat Amerika sangat dipengaruhi laporan dari Duta Besar Meksiko untuk Amerika Juan Almonte. Dengan gegabah Santa Anna membatalkan semua negosiasi dengan Texas, dan lewat Jenderal Adrian Woll, mendeklarasikan perang secara resmi terhadap Texas. Kenyataan ini membuat Inggris memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai piha ketiga dalam upaya perdamaian antara Texas dan Meksiko pada bulan Oktober 1844.[46][47]
Pemilihan presiden tahun 1844
Isu aneksasi Texas menjadi sorotan utama pemilihan presiden Amerika pada tahun 1844. Dua kandidatnya adalah James K. Polk dari Partai Demokrat dan Henry Clay dari Partai Whig. Dengan pandangan yang berseberangan kedua calon maju dengan pendapat politiknya masing-masing. Clay menentang aneksasi dengan alasan membawa terlalu banyak risiko. Amerika seharusnya berkonsentrasi membangun negara bagian yang sudah ada dan bukannya menambahkan lagi teritorial yang bermasalah. James Polk di sisi lain, menggali sisi emosional aneksasi Texas. "Saudara jauh" yang berjuang sendiri menghadapi pemerintahan Meksiko yang sewenang-wenang. James Polk memenangkan pemilihan pada tahun 1844 dan menjadi presiden Amerika yang kesebelas. Di Texas juga terjadi pergantian puncak kepemimpinan. Sam Houston digantikan oleh Anson Jones pada bulan Desember 1844.[2][6][23][48][49]
Presiden Tyler di akhir masa jabatannya mengirimkan Duff Green ke Texas untuk mendampingi Donelson pada bulan September 1844. Green menawarkan rencana bergabungnya Texas dengan sekutu Indian untuk merebut Texas utara dari Meksiko dan untuk meloloskan undang-undang bagi dua perusahaan, Texas Land Company dan Del Norte Company. Untuk melancarkan usahanya, Green berusaha menyuap Jones dengan sejumlah saham. Jones yang tersinggung, menolak tawaran Green. Dan setelah Green menuduhnya antianeksasi, Jones mengusir Green dari Texas. Butuh semua kemampuan diplomatik Donelson untuk menyelesaikan pertengkaran di antara keduanya.[47][48]
Selama masa demisioner (lame-duck) antara terpilihnya Polk dengan masa saat dia mulai bertugas, para pendukung aneksasi mencoba membuat rencana lain untuk meluluskan aneksasi Texas. Salah satunya adalah dengan menyeimbangkan aneksasi Texas dengan aneksasi wilayah lain yang mendukung pembebasan budak yaitu wilayah Oregon. Cara yang lain adalah dengan mengajukan aneksasi Texas melalui resolusi gabungan dan bukannya lewat traktat. Tyler melalui C.J. Ingersoll di Dewan Perwakilan dan George McDuffie di Senat mulai menyosialisasikan resolusi gabungan. Namun karena besarnya pihak oposisi terhadap aneksasi, sosialisasi ini baru diterima tanggal 28 Februari 1845.[47][50]
Tahun 1845 - tahun 1846
Resolusi gabungan Brown
John O'Sullivan, seorang jurnalis menulis esai tentang aneksasi dalam pandangan Partai Demokrat dan menggunakan frasa Manifesto Destiny. O'Sullivan menyatakan aneksasi Texas seharusnya dilakukan bukan karena Texas menginginkan hal tersebut, tetapi karena hal tersebut adalah takdir Amerika demi memperluas wilayahnya.[7][51] Pada bulan Januari 1845, wakil Tennessee Milton Brown mengajukan rancangan yang nantinya menjadi dasar aneksasi Texas. Resolusi Brown ini menghapus masalah utang Texas dengan menetapkan aturan bahwa Texas akan menjaga lahan publiknya agar dapat melunasi utangnya. Resolusi Brown juga akan membagi wilayah Texas yang luas ke dalam beberapa negara bagian dan tidak boleh ada perbudakan di daerah utara batas lama Kompromi Missouri. Rancangan Resolusi Brown diterima oleh Dewan Perwakilan pada tanggal 25 Januari 1845 dengan suara 132-76.[6][11][36][40][50][52]
Awal Februari 1845 merupakan masa krusial baik bagi pendukung aneksasi maupun oleh pihak oposisi. Senat Komite Hubungan Luar Negeri bahkan menyatakan bahwa rancangan Resolusi Brown ini akan ditolak. Pemilihan suara untuk aneksasi Texas dilakukan pada tanggal 27 Februari 1845. Hasilnya seri 26-26. Namun pada menit-menit terakhir, Senator Louisiana, Henry Johnson mengubah pilihannya dan mendukung aneksasi sehingga hasilnya adalah 27-25 untuk kemenangan pihak pendukung aneksasi. Pada tanggal 1 Maret Presiden Tyler menandatangani resolusi aneksasi yang disetujui oleh Senat. Dua hari setelahnya, Juan N. Almonte, duta besar Meksiko untuk Amerika, ditarik kembali ke Meksiko.[2][36][37][40][50][52]
Andrew Jackson Donelson kemudian membawa kabar baik disetujuinya resolusi aneksasi ke Austin, Texas. Saat tiba di Austin, dia mendapati Duta Besar Inggris untuk Texas, Charles Elliot dan Duta Besar Prancis, Dubois de Saligny sedang menyampaikan usulan mereka kepada Presiden Jones untuk mengupayakan kesepakatan dengan Meksiko yang memungkinkan Texas tetap independen. Pihak Meksiko sendiri setelah mendengar kabar resolusi aneksasi, memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Amerika Serikat dan menyatakan bahwa mereka di ambang peperangan. Presiden Jones menangguhkan pertemuan dengan Dewan Kongres Texas hingga 90 hari agar Elliot bisa melakukan perjalanan ke Meksiko dan mengupayakan usulannya. Pada tanggal 19 Mei 1845, Texas menandatangani proposal Perjanjian Smith-Cuevas dengan pihak Meksiko melalui perwakilannya Ashbel Smith yang berisi pernyataan bahwa Meksiko mengakui kemerdekaan Texas.[2][4][7][36][38][47][53][54]
Anson Jones sendiri menerima tuduhan sebagai pengkhianat negara karena tidak langsung menerima resolusi aneksasi. Donelson menyarankan para legislator Texas untuk menerima aneksasi tanpa mengajukan persyaratan. Dia juga meyakinkan mereka bahwa apapun hal yang masih mengganjal seperti utang Texas, masalah perbatasan, dan perbaikan yang dijanjikan oleh Amerika adalah hal yang bisa dibahas kemudian. Pada tanggal 16 Juni 1845, Dewan Kongres Texas bersidang. Anson Jones menyampaikan resolusi aneksasi dari Amerika dan proposal traktat dengan Meksiko. Anggota legislator Texas dengan cepat menolak traktat dengan Meksiko dan menerima tawaran Amerika.[4][38][47][53]
Pada tanggal 4 Juli 1845, diadakan konvensi konstitusional yang secara formal menerima aneksasi Texas dengan hasil suara 55-1 dan menyusun draf konstitusi untuk bergabung dengan Amerika. Pada pemilihan yang diadakan tanggal 13 Oktober 1845, warga Texas memilih aneksasi dengan suara mayoritas 4.254-267. Pada tanggal 16 Desember 1845, Dewan Perwakilan Amerika Serikat melakukan pemilihan formal untuk aneksasi Texas dan berakhir dengan hasil suara 141-58 (21 suara abstain). Pengambilan suara untuk aneksasi Texas untuk Dewan Senat Amerika dilakukan pada tanggal 22 Desember 1845 dengan hasil 31-14 (7 suara abstain). Pada tanggal 29 Desember 1845, Presiden James K. Polk menandatangani undang-undang aneksasi Texas dan Texas secara resmi diterima sebagai negara bagian Amerika yang ke-28. Pada tanggal 19 Februari 1846, Presiden Jones menurunkan bendera Republik Texas dan menggantinya dengan bendera Amerika. James Pinckney Henderson, diplomat yang membantu negosiasi perjanjian aneksasi selama dua tahun terakhir, ditetapkan sebagai gubernur Texas yang pertama.[2][4][6][36][38][52][53]
Setelah aneksasi
Setelah aneksasi Texas, Presiden Polk berupaya untuk menekan Meksiko terkait perbatasan wilayah dengan menerima Rio Grande sebagai batas wilayah dan bukan Sungai Nueces seperti klaim Meksiko, serta mengajukan penawaran untuk membeli California. Polk mengutus John Slidell pada bulan September 1945, tetapi Presiden Meksiko José Joaqín Herrera menolak menerima Slidell. Setelah tidak ada respons baik dari Meksiko, Presiden Polk memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini lewat jalur militer. Polk kemudian mengirimkan pasukan tentara di bawah pimpinan Jenderal Zachary Taylor untuk menempati Rio Grande yang berseberangan dengan Matamoros. Perang Meksiko-Amerika Serikat pecah pada tanggal 25 April 1846 setelah tentara Meksiko memyeberangi Rio Grande dan menyerang pasukan Amerika. Perang ini berlangsung selama dua tahun. Perang berakhir dengan kemenangan pihak Amerika. Meksiko kemudian menandatangani Perjanjian Guadalupe Hidalgo yang berisi penyerahan setengah dari wilayah New Mexico, sebagian besar Arizona, Nevada, Utah dan Colorado serta Rio Grande sebagai batas daerah Texas.[2][3][10][11][13][40][55][56]
Dampak aneksasi untuk Amerika
Masuknya Texas sebagai negara bagian memberikan dampak positif dan negatif bagi Amerika. Saat itu Amerika terbagi atas dua kubu, Pihak Utara dan Pihak Selatan. Pihak Selatan adalah negara bagian pendukung perbudakan sedangkan Pihak Utara adalah negara bagian yang menentang perbudakan. Masuknya Texas sebagai negara pendukung perbudakan dianggap merugikan bagi para penentang perbudakan dan akan menggeser keseimbangan di Dewan Kongres (Dewan Legislatif), mengingat saat itu bahasan perbudakan merupakan isu politik penting dan Amerika sedang berusaha menjadi negara yang antiperbudakan. Selain itu, aneksasi Texas jelas akan memancing kemarahan bahkan kemungkinan besar perang melawan Meksiko. Terlebih Meksiko sendiri sudah menyatakan hal tersebut dengan sangat jelas. Apalagi masalah perbatasan juga masih belum jelas. Kekhawatiran ini memang terbukti, Perang Meksiko-Amerika Serikat akhirnya pecah pada tahun 1846. Sisi positif dari aneksasi Texas ini adalah wilayah Amerika menjadi semakin luas hingga ke Arizona, California, Colorado, Nevada, New Mexico, Utah dan Wyoming. Ini sesuai dengan semangat Manifesto Destiny.[12][40][57]
^Arenson, Adam, ed. (2015). Civil War West: Testing the Limits of the United States. California: University of California Press. hlm. 98. ISBN9780520959576.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)