Alexander Onassis
Alexander Onassis 30 April 1948 – 23 Januari 1973 adalah putra dari miliarder Amerika Serikat Yunani, Aristotle Onassis, yang meninggal dalam usia muda akibat kecelakaan pesawat di Bandara Athena, Yunani. Alexander Onassis meninggal selang 27 jam pasca terjadinya kecelakaan.[1] Begitu mendengar kabar kecelakaan, sang ayah, Aristotle Onassis, bersama ibu tirinya, Jacqueline Onassis, terbang dari New York dengan membawa ahli bedah terkemuka dari Boston. Ibu kandungnya, Athinna Mary Livanos, yang telah bercerai dan telah menikah dengan suami dari kakaknya yang telah meninggal, Stavros Niarchos, juga turut menemani Alexander Onassis, termasuk sang adik, Christina Onassis (22 tahun pada saat itu), yang terbang langsung dari Brasil.[1] Sebelum meninggal, Alexander Onassis adalah Presiden Direktur maskapai Olympic Aviation, anak perusahaan dari perusahaan maskapai milik ayahnya, Olympic Airways, berdiri tahun 1957, yang memiliki armada pesawat ringan hingga helikopter untuk disewakan kepada turis dan pebisnis. Alexander Onassis mengantungi lisensi pilot profesional dan telah memiliki jam terbang 1.500 sejak dia belajar menjadi pilot pada tahun 1968. Dia sering mengemudikan pesawat terbang dalam misi darurat medis, sebagian besar ke pulau-pulau berbatu atau desa pegunungan untuk mengangkut pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.[1] Olympic Airways kemudian dijual kembali oleh Aristotle Onassis ke pemerintah Yunani setelah sang ayah terpukul atas kecelakaan yang menimpa putranya tersebut. Padahal, Olympic Airways pada tahun 1956, dibeli oleh Aristotle Onassis dari pemerintah Yunani ketika masih bernama TAE Greek National Airlines yang kemudian berganti nama menjadi Olympic Airways pada tahun 1957.[1] BiografiAlexander Onassis adalah anak pertama dari pasangan Aristotle Socrates Onassis, seorang pengusaha kaya pemilik bisnis kapal pesiar asal Amerika Serikat dan Athinna Mary Livanos (Thinna). Alexander Onassis memiliki adik perempuan bernama Christina Onassis. Kedua nama anaknya ini, oleh sang ayah Aristotle Onassis, juga dipakai sebagai nama dua kapal pesiar termewah yang dimilikinya.[2] Alexander lahir pada 30 April 1948, bertepatan dengan sang ayah Aristotle Socrates Onassis, meluncurkan kapal tanker seberat 18 ribu ton, kapal terbesar yang pernah dibuat di Amerika Serikat. Lima tahun kemudian, sang ayah kembali meluncurkan di Jerman kapal tanker seberat 45 ribu, yang dinamakan Tina Onassis.[1] Sang Ayah, Onassis, memanjakan kedua anaknya tersebut sehingga mereka terbiasa hidup serba mewah sejak kecil, bahkan masing-masing anaknya memiliki pesawat pribadi, bangunan properti dan lain sebagainya. Aristotle Onassis tercatat memiliki lebih dari 23 pesawat untuk keluarga, sejumlah apartemen di Paris, London, dan Yunani, serta pulau pribadi bernama Skorpios untuk keluarga. Bahkan, total kerajaan bisnisnya mencapai lebih dari 300 perusahaan, tumpukan emas, dan sejumlah pabrik yang tersebar di beberapa negara.[2] Alexander kecil mengenyam pendidikan di sekolah swasta, di Paris. Namun gagal lulus dalam ujian di Lycee de Paris. Atas kegagalannya tersebut, sang Ayah marah besar dan berteriak sangat tidak ada artinya bagi seseorang menghabiskan banyak uang untuk anak pemalas.[3] Ketika orangtuanya bercerai pada tahun 1961, Alexander Onassis masih berumur 13 tahun. Perceraian kedua orangtuanya ini membuat Alexander Onassis sangat kecewa. Alexander kecil menghabiskan waktunya berpergian untuk hidup dengan ibunya, yang menikah lagi dengan Marquess of Blandford dari Inggris dan sang ayah yang menikah dengan janda dari mendiang Presiden Amerika Serikat John F Kennedy pada tahun 1968.[1] Alexander Onassis tidak punya banyak teman, selain pelayan rumah tangga dan Huakinto Roza, supir pribadi dari Aristotle Onassis, yang bertanggung jawab mengawasi sang anak ketika tumbuh dewasa mulai dari mengajari sang anak belajar mengemudi hingga memperkenalkan kontak seksual pertamanya dengan perempuan. Dua cinta terbesarnya Alexander Onassis, yakni motor (mobil, pesawat dan perahu motor) dan perempuan cantik dewasa, dalam jangka panjang, mewakili dua penyebab utama begitu singkatnya hidup Alexander.[3] Dalam usia 16 tahun, Alexander Onassis 'melarikan diri' bersama guru perempuannya dari Hotel Baltimore, tempat dia belajar, untuk menghabiskan liburan romatis di Prancis Selatan. Sikap ayahnya yang terlalu meremehkan bakat anaknya membuat Alexander Onassis sering kali ingin melarikan diri dari ayahnya tersebut dan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan yang merusak seperti mengebut mobil Ferrari miliknya dengan kecepatan tinggi pada malam hari atau menerbangkan pesawat bermesin kecil saat cuaca berkabut.[3] Beberapa perempuan mendekati Alexander Onassis, bukan karena kekayaan yang dimilikinya, tapi karena Alexander adalah pemuda yang cerdas, sensitif, dan menawan dengan banyak minat. Salah satunya adalah Fiona Thyssen-seorang model Inggris dan mantan istri dari Baron Hans Heinrich Thyssen-Bornemisza, yang berumur 16 tahun lebih tua dari Alexander dan telah memiliki dua anak. Pertemuan pertama Alexander dengan Fiona adalah pada saat pesta malam ibunya di salah satu villa miliknya di Saint Moritz, Swiss. Saat itu, Alexander yang berumur 12 tahun meminta ibunya mengundang Fiona karena dia sangat tertarik dengan Fiona dan ingin mengenal lebih dekat. Setelah pesta, Alexander dan Fiona pergi ke disko di mana Fiona memukul beberapa penari di wajah mereka akibat mereka mengolok-olok bahwa Fiona tertarik dengan Alexander karena kekayaan ayahnya.[3] Upaya ayahnya memisahkan hubungan asmara Alexander dan Fiona tidak berhasil, ketika sang ayah menawarkan villa yang dibelinya seharga US$ 2 juta, ditolak oleh Alexander dan Fiona, padahal sang ayah mengira Fiona tidak lebih dari perempuan yang hanya ingin hartanya saja. Alexander bahkan berani melakukan operasi plastik pada hidungnya agar hidungnya tidak sebesar dan seberat hidung ayahnya tersebut. Upaya Aristotle Onassis untuk mengontrol Alexander Onassis gagal karena dua sebab. Pertama dan yang terpenting adalah Alexander didampingi oleh perempuan yang "berpengalaman", "pintar" dan sangat "independen". Kedua, Alexander memiliki ibu yang sangat kaya, setelah bercerai dari ayahnya dan mengaguminya seperti Alexander mengagumi ibunya tersebut. Fiona ketika itu berbicara kepada Alexander bahwa dia tidak akan menginjakkan kaki selangkahpun masuk ke dalam villa. Ayahmu tidak hanya membeli rumah untukmu, tapi dia juga membeli untuk istrimu. Dia ingin menunjukkan bahwa semua orang dapat dibeli.[3] Ketika ayahnya menikah lagi dengan Jacqueline Bouvier, janda dari mendiang Presiden Amerika Serikat John F Kennedy, Alexander Onassis berumur 20 tahun. Dia sempat menghadiri pernikahan ayahnya tersebut, namun tidak melihat ibunya hadir.[1] Beberapa bulan sebelum kecelakaan pesawat menimpanya, Alexander Onassis telah mengumumkan secara resmi niatnya untuk mengundurkan diri dari Olympic Airlines secara permanen karena dia ingin terbebas dari perang psikologis yang sedang dilancarkan ayahya dan juga karena dia tidak setuju cara ayahnya memperlakukan para karyawannya. Pada saat bersamaan, Alexander Onassis telah mengambil keputusan final untuk menikahi Fiona Thyssen dan hidup di rumah yang mereka beli bersama di Eropa Barat, sangat jauh dari Yunani.[3] Alexander Onassis meninggal ketika mencoba mengetes pilot baru bernama Donald McCuster, dengan pesawat amfibi Piaggio bermesin ganda untuk armada taksi udara di Yunani. Donald McCuster mengalami luka serius, sedangkan sang pilot Donald McGregor, berusia 58 tahun, yang duduk di kursi ketiga ketika McCuster menerbangkan pesawat, dilaporkan bisa pulih.[1] KeluargaSang AyahAristotle Socrates Onassis adalah pengungsi Yunani, yang harus mengungsi ke Argentina pada tanggal 21 September 1923 dalam usia 17 tahun setelah Yunani diserang oleh Turki. Orangtua Aristotle sangat kaya di Yunani. Dalam pengungsiannya ke Argentina, baik orangtua Aristotle maupun Aristotle sendiri sukses dalam mengembangkan bisnis pabrik rokok. Pada tahun 1932 (selang sembilan tahun setelah mengungsi), Aristole mampu membeli enam kapal kargo pertamanya dari perusahaan kapal Kanada[4] dengan harga murah, yakni hanya US$ 20 ribu per unit.[2] Setelah pindah dari Buenos Aires ke New York, Aristotle membeli kapal tanker minyak pertamanya pada 1938 dan mendirikan perusahaan bernama Olympic Maritime.[4] Hingga selesai Perang Dunia Kedua, Aristotle telah memiliki 23 kapal.[5] Ketika berumur 40 tahun, Aristotle menikahi Athina Mary Livanos, putri dari pasangan Stavros George Livanos dan Arietta Zafrikakis, pada 28 Desember 1946. Pernikahan Aristotle dan Athina tidak bahagia dan beberapa kali Aristotle melakukan perselingkuhan. Aksi selingkuh dilakukan pertama kali dengan penyanyi opera bernama Maria Callas, setelah mereka berdua bertemu di Venesia tahun 1957. Meski lebih tua dari Athina, Aristotle tetap terpikat dengan Maria Callas yang waktu itu masih berumur 34 tahun dan menjadi istri dari Giovanni Battista Meneghini.[5] Aristotle kemudian bercerai dengan Athina pada tahun 1961. Selama tahun 1961 hingga 1968, Aristotle yang menjadi duda menjalin hubungan asmara dengan Maria Callas, meski tidak dinikahinya. Maria Callas misalnya, tampak mendampingi Onassis, ketika Presiden Soekarno bertemu dengannya pada tahun 1964. Dokter R. Soeharto, dalam memoarnya berjudul Saksi Sejarah: Mengikuti Perjuangan Dwitunggal (1984: 138-139), menyebut, “Onassis menyambut Bung Karno di atas kapalnya yang berharga jutaan dolar yang bernama Christina, dengan amat ramah, seolah-olah sudah lama berkenalan. Maria Callas bertindak sebagai nyonya rumah nan ramah pada anggota rombongan Sukarno."[5] Berbeda dengan mantan istrinya, Athina Mary Livanos yang langsung menikah, Aristotle baru menikah lagi pada 20 Oktober 1968 dengan Jacqueline Bouvier alias Jackie Kennedy atau Jackie O, janda dari mendiang Presiden Amerika Amerika Serikat John F Kennedy, di Pulau Skorpios. Usia Jacqueline lebih muda 23 tahun dari Aristole. Keduanya bersahabat setelah mereka bertemu pada tahun 1963, beberapa bulan sebelum JFK tewas, di kapal pesiar milik Onassis bersama adiknya Lee Radziwill.[6] Pada 15 Maret 1975, Aristotle Onassis, meninggal di Prancis, akibat komplikasi penyakit kelainan otot yang telah dua tahun dideritanya. Penyakit tersebut muncul tak berapa lama setelah Onassis berduka atas meninggalnya Alexander Onassis.[6] Total kekayaan yang ditinggalkan sang ayah pada saat itu mencapai US$ 1,97 miliar.[2] Sang IbuAthina Mary Livanos, sang Ibu, adalah putri dari Stavros Georges Livanos, pengusaha kapal kaya raya pemilik kerajaan bisnis kapal Livanos. Pernikahannya dengan Aristotle hanya bertahan selama 15 tahun. Setelah bercerai pada tahun 1961, sang Ibu menikah lagi dengan Sunny Marlborough pada tahun yang sama. Setelah itu, Athina Mary kembali menikah dengan Stavros Niarchos.[5] Sang Ibu meninggal pada tahun 1974 karena dugaan overdosis.[7] Sang AdikChristina Onassis lahir 11 Desember 1950. Dia masih berumur 11 tahun ketika kedua orangtuanya bercerai dan ketika sang ayah menikah kembali, Christina berumur 18 tahun dan waktu sang kakak meninggal, dia berumur 22 tahun. Ayahnya, Aristotle Onassis meninggal pada tahun 1975 ketika Christina berumur 25 tahun. Christina tumbuh tanpa perhatian kedua orangtuanya dan sering dijaga oleh para pengasuhnya. Pada umur 30 tahun, Christina didiagnosis menderita depresi klinis dan kecanduan pil tidur serta sempat dirawat akibat overdosis pada tahun 1970-an.[7] Christina tidak menyukai Jacqueline Bouvier yang menjadi ibu tirinya. Dia juga menentang keinginan ayahnya agar Christina bersedia menikah dengan Peter Goulandris, anak muda yang juga menjadi pewaris kerajaan bisnis kapal. Pada tahun 1971, Christina kemudian menikah dengan Joseph Bolker (yang 27 tahun lebih tua) dalam usia 21 tahun, namun sang ayah tidak setuju dan memotong dana perwaliannya. Christina Onassis kemudian menikah sebanyak empat kali hanya dalam waktu 29 bulan.[7] Pada tahun 1975, Christina kembalil menikah dengan Alexander Andreadis, seorang anggota keluarga Yunani terkemuka, namun pernikahannya tersebut kembali kandas. Tahun 1978, dia menikah lagi dengan Sergei Kauzov, seorang agen kapal Rusia, namun cerai setahun kemudian. Pada tahun 1978, Christina kemudian menikahi pebisnis Prancis Thierry Roussel dan dianugerahi seorang anak bernama Athina, setahun kemudian. Pernikahan ini kembali kandas karena Roussel selingkuh.[7] Sepeninggal ayahnya pada tahun 1975, Christina Onassis menanggalkan kewarganegaraan Amerika Serikatnya dan memberikan saham anak perusahaan kapal AS milik ayahnya kepada Rumah Sakit Amerika Paris. Dia juga memegang kendali atas kerajaan bisnis warisan ayahnya, dengan setengah dari kekayaan bisnis perusahaan ayahnya, untuk mendirikan Alexander Onassis Foundation.[7] Christina Onassis meninggal pada 19 November 1987, ketika berumur 37 tahun. Dia terkena serangan jantung saat tengah mandi di apartemennya di Buenos Aires, Argentina, ketika berumur 37 tahun dan meninggalkan satu anak perempuan bernama Athina Roussel yang kemudian dibesarkan oleh ayahnya, ibu tirinya dan tiga saudara tirinya di Swiss dan Prancis.[7] Total kekayaan yang ditinggalkan Christina Onassis mencapai US$ 250 juta ketika itu. Athina Roussel kemudian berjuang melawan ayahnya agar dapat mengendalikan sepenuhnya warisan ibunya yang sudah bernilai US$ 2,4 miliar. Tepat pada ulang tahun ke-18, Athina Roussel berhasil mendapatkan setengah dari nilai warisan tersebut. Namun, dia harus cerai dengan suaminya, penunggang kuda asal Brasil yang dikenal dengan 'Doda' setelah ketahuan berselingkuh pada Juni 2019.[7] Seluruh Keluarga MeninggalMeski menjadi keluarga super kaya, seluruh anggota keluarga Onassis satu per satu meningga dunia. Dimulai dari sang anak tertua, yakni Alexander Onassis, yang meninggal dalam usia 24 tahun akibat kecelakaan pesawat pada tahun 1973. Sang Ibu, yakni Athina Mary Onassis, menyusul tewas akibat bunuh diri pada tahun 1974 dalam usia 45 tahun karena tidak tahan dengan tekanan hidupnya yang berat. Dua tahun tepatnya tahun 1975 giliran sang Ayah, Aristotle Onassis, wafat akibat komplikasi penyakit kelainan otot yang telah dua tahun dideritanya. Penyakit tersebut muncul tak berapa lama setelah Onassis berduka terhadap Alexander Onassis.[6] Setelah itu, Christina Onassis meninggal pada 19 November 1987.[7] Baik ayahnya, Aristotle Onassis, beserta Alexander Onassis dan Christina Onassis, dimakamkan di pemakaman keluarga di Pulau Skorpios.[7] Alexander S Onassis FoundationDalam wasiatnya, Aristotle Onassis ingin mendirikan Alexander S Onassis Foundation, yang kemudian didirikan pada tahun 1975 berlokasi di wilayah bebas pajak Vaduz, di Liechtenstein. Yayasan ini menerima 45% dari total kekayaannya, sedangkan 55% sisanya dimiliki oleh sang adik, Christina. Yayasan memiliki dua bagian yakni bisnis yayasan bernama Onassis Foundation yang menjalankan berbagai bisnis termasuk perkapalan dan yayasan publik bernama Alexander S Onassis Foundation, berlokasi di Athena, yang menerima manfaat dari laba bisnis yang dijalankan oleh yayasan.[8] Christina Onassis menjadi presiden pertama dari yayasan tersebut. Saat ini, yayasan menjadi salah satu yang terbesar di Eropa. Selain digunakan untuk mempromosikan budaya Yunani, Onassis International Prizes untuk prestasi di berbagai bidang dan beasiswa untuk mahasiswa yang kuliah di universitas Yunani, dana Alexander S Onassis digunakan untuk membangun Onassis Cardiac Surgery Center senilai US$ 75 juta di Athena. Budaya, pendidikan, lingkungan, kesehatan dan prestasi sosial menjadi prioritas utama dari Alexander S Onassis Public Benefit Foundation. Melaksanakan keinginan awal Aristoteles Onassis, semua kegiatan Yayasan secara eksklusif ditujukan terkait dengan Yunani dan peradaban Yunani.[8] Daftar Referensi
Pranala luar |