Afrofuturisme adalah istilah untuk menjabarkan fiksi spekulatif, terutama fiksi ilmiah, yang mengangkat tema terkait kelompok Afrika-Amerika dan dalam interaksinya dengan teknologi. Istilah ini pertama kali digagas oleh Mark Dery pada tahun 1993. Istilah ini kemudian diperluas untuk mencakup pengalaman diaspora Afrika lainnya dengan teknologi, masa depan, dan spekulasi. Adriano Elia menjabarkan Afrofuturisme sebagai "gerakan budaya transdisipliner berdasarkan hubungan tak biasa antara diaspora Afrika yang marginal karena dianggap "primitif" dengan teknologi "modern" serta fiksi ilmiah". Karya-karya seni dalam aliran ini secara umum bertemakan reklamasi, pembebasan kulit hitam, dan revisi masa lalu serta prediksi masa depan dari sudut pandang budaya kulit hitam.[1]
Dalam Budaya Kontemporer
Mode
Jurnalis New York Times Ruth La Ferla menilai bahwa estetika Afrofuturisme mulai muncul pada tahun 1970an. La Ferla menjelaskan busana Afrofuturisme sebagai "perpaduan siborg, motif-motif tradisional, pencitraan robot, dan logam-logam mengkilap".[2] Contoh mode Afrofuturisme terlihat dalam film Black Panther yang digarap oleh Marvel.[3]
Musik
Perkembangan Afrofuturisme diduga berawal dari musik di mana orang-orang kulit hitam yang tidak terepresentasikan dalam film-film fiksi ilmiah pada tahun 1950an unjuk gigi melalui musik, terutama jazz dan kemudian hip-hop, neo soul, dan tekno. Musik Afrofuturis dideskripsikan sebagai langgam-langgam yang terinspirasi oleh karya-karya fiksi ilmiah dan terkadang diikuti dengan penampilan penyanyi dalam busana Afrofuturis. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam pengembangan musik Afrofuturis di antaranya Sun Ra, John Coltrane, Miles Davis, Jimi Hendrix, George Clinton, OutKast, dan Erykah Badu.[1]
Sastra
Lihat juga: Sastra Afrika-Amerika Serikat
Beberapa karya pengarang-pengarang kulit hitam di abad ke-19 dapat dikategorikan sebagai karya-karya Afrofuturis. Invisible Manwas oleh Ralph Ellison dianggap sebagai prekuel dari novel-novel Afrofuturis. Pengarang-pengarang yang dianggap membangun sastra Afrofuturis di antaranya Martin Delany, Charles Chesnutt, Edward Johnson, dan W. E. B. Du Bois. Sementara itu pengarang-pengarang kontemporer yang karyanya dianggap Afrofuturis di antaranya Octavia Butler dan Samuel Delany.[1]
Orang Afrika di Afrika
Seniman Afrika Selatan Mohale Mashigo menekankan bahwa Afrofuturisme bukanlah untuk orang Afrika di Afrika. Dia mengimbau orang-orang Afrika untuk menciptakan kreasinya sendiri terkait interaksi dengan teknologi, masa depan, dan spekulasi yang berbeda dari komunitas diaspora karena adanya konteks pascakolonialisme yang masih diperjuangkan oleh orang-orang Afrika di Afrika, selain konteks sosial, ekonomi, dan politik orang-orang Afrika di Afrika yang berbeda dari komunitas diaspora.[4]
Referensi