Al-ʿAlimul ʿAllamah Al-ʿArif Billah Al-Faqih As-Shufi Al-Imam Al-Quthubul ʿAlamin Al-Mujaddid Al-Murabbi Al-Mursyid Al-Kamil Mukammil Hadrotusy Syeikh As-Shomadany Al-Maghfurlah Shohibul Karomah wal Fadhilah Hadhrotul Mukarrom Grand Syeikh Ahmad Shohibulwafa Tajul ʿArifin Al-Qoodiri An-Naqsyabandi QS. wa RA. atau dikenal luas dengan panggilan Pangersa Abah Anom adalah UlamaSufi Masyhur yang sangat Kharismatik dan tidak diragukan lagi kewaliannya. Beliau merupakan Syeikh Mursyid Kamil Mukammil[pranala nonaktif permanen]Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) Pondok Pesantren Suryalaya
Pada usia delapan tahun Abah Anom masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di Ciamis antara tahun 1923-1928. Kemudian ia masuk Sekolah Menengah semacam Tsanawiyah di Ciawi Tasikmalaya. Pada tahun 1930 Abah Anom memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus.[butuh rujukan] Ia belajar ilmu fiqih dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar ilmu fiqih, nahwu, sorof dan balaghah kepada Kyai terkenal di Pesantren JambudipaCianjur.[butuh rujukan] Setelah kurang lebih dua tahun di Pesantren Jambudipa, ia melanjutkan ke Pesantren Gentur, Cianjur yang saat itu diasuh oleh Mama Ajengan Ahmad Syathibi.[butuh rujukan]
Dua tahun kemudian (1935-1937) Abah Anom melanjutkan belajar di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi.[butuh rujukan] Pesantren ini terkenal sekali terutama pada masa kepemimpinan Ajengan Aceng Mumu yang ahli hikmah dan silat. Dari Pesatren inilah Abah Anom banyak memperoleh pengalaman dalam banyak hal, termasuk bagaimana mengelola dan memimpin sebuah pesantren.[butuh rujukan] Kegemarannya menuntut ilmu, menyebabkan Abah Anom menguasai berbagai ilmu keislaman saat berumur 18 tahun. Didukung ketertarikan pada dunia pesantren, ayahnya yang sesepuh TQN mengajarinya zikir tarekat. Sehingga ia menjadi wakil "talqin" Abah Sepuh pada usia relatif muda.[butuh rujukan] Sejak itulah, ia lebih dikenal dengan sebutan Abah Anom.[butuh rujukan]
Percobaan ini tampaknya juga menjadi ancang-ancang bagi persiapan memperoleh pengetahuan dan pengalaman keagaman pada masa mendatang. Kegemarannya bermain silat dan kedalaman rasa keagamaannya diperdalam lagi di Pesantren Citengah, Panjalu, yang dipimpin oleh H. Junaedi yang terkenal sebagai ahli alat, jago silat, dan ahli hikmah.[butuh rujukan]
Setelah menginjak usia dua puluh tiga tahun, Abah Anom menikah dengan Euis Siti Ru’yanah. Setelah menikah, kemudian ia berziarah ke Tanah Suci.[butuh rujukan] Sepulang dari Makkah, setelah bermukim kurang lebih tujuh bulan (1939), dapat dipastikan Abah Anom telah mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman keagamaan yang mendalam.[butuh rujukan] Pengetahuannya meliputi tafsir, hadits, fiqih, kalam, dan tasawuf yang merupakan inti ilmu agama. Oleh Karena itu, tidak heran jika ia fasih berbahasa Arab dan lancar berpidato, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda, sehingga pendengar menerimanya di lubuk hati yang paling dalam. Ia juga amat cendekia dalam budaya dan sastra Sunda setara kepandaian sarjana ahli bahasa Sunda dalam penerapan filsafat etnik Kesundaan, untuk memperkokoh Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.[butuh rujukan] Bahkan iapun terkadang berbicara dalam bahasa Jawa dengan baik.[butuh rujukan]
Abah Anom resmi menjadi mursyid (pembimbing) TQN di pesantren sejak tahun 1950.[butuh rujukan]
Ketika Abah Sepuh Wafat, pada tahun 1956, Abah Anom harus mandiri sepenuhnya dalam memimpin pesantren.[butuh rujukan] Dengan rasa ikhlas dan penuh ketauladan, Abah Anom gigih menyebarkan ajaran Islam.[butuh rujukan] Pondok Pesantren Suryalaya, dengan kepemimpinan Abah Anom, tampil sebagai pelopor pembangunan perekonomian rakyat melalui pembangunan irigasi untuk meningkatkan pertanian, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren Suryalaya tetap konsisten kepada Tanbih, wasiat Abah Sepuh yang di antara isinya adalah taat kepada perintah agama dan negara. Maka Pondok Pesantren Suryalaya tetap mendukung pemerintahan yang sah dan selalu berada di belakangnya.[butuh rujukan]
Setelah menjalani masa yang cukup panjang Abah Anom sebagai Guru Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dengan segala keberhasilan yang dicapainya melalui perjuangan yang tidak ringan dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah pada hari Senin tanggal 05 September 2011 pukul 11.55 dalam usia 96 tahun. [butuh rujukan]