Rumoong Atas, Tareran, Minahasa Selatan
SejarahPada masa peperangan antara suku Minahasa dan serbuan orang Mongondow (1460–1590), Desa Lansot telah menjadi pemukiman awal. Di sana hidup dua kakak beradik, Lipan dan Konimpis. Tidak lama kemudian, datanglah sekelompok pendatang dari kaki Gunung Soputan (Tompaso) yang dipimpin oleh Tonaas Mamarimbing, bersama Sage dan Palandi. Penduduk Lansot menyambut mereka, menganggap mereka sebagai utusan sakti dari para tonaas Minahasa. Kedatangan mereka bertujuan untuk menyelidiki wilayah pegunungan sebelah barat Desa Lansot (kini Kuntung Tareran) guna mempersiapkan strategi melawan serbuan Mongondow. Para tonaas ini diberi izin tinggal sementara di bagian barat Pohon Lowian. Ketiga tonaas tersebut memiliki keahlian unik: Tonaas Mamarimbing: Ahli dalam menerjemahkan suara burung, khususnya burung Manguni (warak atau burung hantu). Tonaas Palandi: Mahir memanggil burung dan menirukan suaranya. Tonaas Sage: Ahli memasang patok (pasek), yang sering digunakan untuk menentukan batas wilayah atau tempat pemukiman. Sage dikenal sebagai orang yang menancapkan kepala musuh Mongondow di atas patok sepanjang Pegunungan Tareran. Tak lama setelah itu, datang pula Mawole dan Manimporo dari Langowan serta Lampus dan Waany dari Tompaso. Mereka mendirikan pemukiman di barat Desa Lansot, di kawasan Pohon Lowian. Pohon ini, yang dianggap keramat, menjadi simbol kekuatan dan perlindungan dan dari sinilah kisah awal Desa Rumoong dimulai. Sekitar tahun 1644–1660, di tengah pertempuran “Perang Tasikela” antara Minahasa melawan Spanyol dan Mongondow, kelompok baru yang dipimpin oleh Dotu Moutang, Lonsu, dan Tumewang datang ke wilayah Pohon Lowian. Penduduk Lansot menerima mereka dengan syarat para pendatang membuka lahan baru tanpa mengganggu wilayah asli. Pemukiman yang dibangun mereka dinamakan Lowian, sesuai dengan nama pohon tersebut. Penduduk Lansot menyebut para pendatang ini “Rumoang,” yang berarti “orang yang datang bertambah.” Lama-kelamaan, nama “Rumoang” berubah menjadi “Rumoong”. Pada tahun 1840, pemerintah Hindia Belanda resmi mengakui Rumoong sebagai desa mandiri, terpisah dari Desa Lansot. Lumambot Rumangu menjadi kepala desa pertama Rumoong. Nama desa ini tercatat dalam lonceng gereja tahun 1898 dengan inskripsi: “Paumungan Mesihi Rumo’ong Lansot”. Perkembangan Desa Rumoong AtasNama “Rumoong Atas” mulai digunakan untuk membedakan desa ini dari Rumoong Bawah yang berada di pesisir Amurang. Sejak akhir abad ke-17 hingga awal abad ke-19, penduduk dari berbagai wilayah Minahasa, seperti Tounkimbut, bermigrasi dan menetap di Rumoong. Mereka mendirikan pemukiman baru seperti Ritey, Maliku, dan Pondang di Minahasa Selatan. Pada masa pemerintahan Hukum Tua Josepus Lumankun (1924), batas wilayah Desa Lansot dan Rumoong mengalami perubahan, memperluas wilayah Rumoong ke arah Wale Ure. Hingga kini, Desa Rumoong Atas terus berkembang sebagai salah satu desa bersejarah di Minahasa. Referensi(Sumber: Buku “Sejarah Negeri Rumoong Lansot” oleh Drs. Valry S.H. Prang, 2009)
|
Portal di Ensiklopedia Dunia