Payangan, Gianyar
GeografiBatas WilayahBatas wilayahnya adalah sebagai berikut:
SejarahSejarah Payangan berhubungan erat dengan kisah perjalanan Rsi Markandeya yang berasal dari tanah Jawa ke Pulau Bali. Dia mendirikan beberapa parahyangan (tempat suci umat Hindu) sebagai tempat pemujaan yang masih dapat dilihat keberadaanya hingga sekarang ini. Di sinilah kemudian muncul kata parahyangan yang lambat laun berubah ejaan menjadi Payangan. Parahyangan sendiri memiliki arti tempat bersemayamnya para Dewata. Di kecamatan Payangan ini juga pernah berdiri sebuah kerajaan dengan nama yang sama yaitu Kerajaan Payangan (1735 - 1843). Dimana runtuhnya kerajaan ini disebabkan oleh serangan dari Kerajaan Buleleng yang kemudian kisah ini tertulis di dalam naskah geguritan uwug payangan yang hingga kini masih tersimpan di Gedong Kirtya Singaraja. Selain itu di Kecamatan ini juga dapat dijumpai Sarkofagus yaitu sebuah peti jenazah yang terbuat dari batu padas. yang ditemukan di dua desa yaitu desa Bukian ditemukan 1 buah sarkopagus dan di Banjar Marga Tengah, desa Kerta. Pembagian AdministrasiKecamatan Payangan terdiri dari 9 Desa yaitu:
HidrologiTiga anak sungai Ayung, yaitu Tukad Bangkung yang berhulu di Pelaga, Tukad Menggani yang berhulu di daerah Catur, dan Tukad Siap yang berhulu di daerah Kintamani, bersatu di daeah Payangan.[4][5] Tokoh terkenal
Referensi
Pranala luar
|
Portal di Ensiklopedia Dunia