Kesamben, Jombang
Kesamben adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Jombang yang terletak di timur dan berada tepat di selatan Sungai Brantas. Kesamben terhubung langsung dengan wilayah utara sungai (misalnya Kecamatan Kudu) dengan adanya jasa perahu tambangan atau dengan Jembatan Pagerluyung yang terhubung ke Kecamatan Gedeg di Mojokerto. Kesamben berbatasan langsung dengan Kabupaten Mojokerto di timur dan utara serta ujung timurnya cukup dekat dengan Kota Mojokerto.[1][2] Kesamben berada di dataran rendah dengan lahan yang didominasi persawahan padi dan dialiri jaringan irigasi seperti Afvour Watudakon.[3][4] Kesamben memiliki kesenian asli bernama Wayang Topeng Jatiduwur yang berasal dari Desa Jatiduwur. Kesenian ini diprakarsai oleh Ki Purwo sebelum abad ke-19 dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Kementerian Kebudayaan sejak tahun 2018. Wayang Topeng Jatiduwur adalah seni pertunjukkan drama dan tari menggunakan topeng yang diiringi dalang dan musik gamelan.[5][6] GeografiSecara geografis, Kesamben berupa dataran rendah yang dominan lahan persawahan padi. Sawah tersebut didukung adanya jaringan irigasi misalnya Afvour Watudakon yang berakhir di Sungai Brantas. Afvour Watudakon memiliki banyak anak sungai yang tersebar di sepanjang Kecamatan Kesamben misalnya Afvour Dero, Kedungbajul, dan Budugkesambi. Sungai-sungai tersebut rawan banjir akibat penyempitan saluran karena sedimentasi sehingga saat ini sedang direncanakan program normalisasi untuk mengembalikan fungsi sungai sebagai mestinya.[3][4] Batas wilayah Kecamatan Kesamben adalah sebagai berikut:[2]
Daftar desa dan dusunKecamatan Kesamben terdiri dari 14 desa yang dibagi menjadi beberapa dusun atau dukuh, yakni sebagai berikut:[2][7]
Tempat terkenal
KebudayaanKesamben memiliki kesenian asli bernama Wayang Topeng Jatiduwur yang berasal dari Desa Jatiduwur. Kesenian ini diprakarsai oleh Ki Purwo sebelum abad ke-19 dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Kementerian Kebudayaan sejak tahun 2018. Wayang Topeng Jatiduwur adalah seni pertunjukkan drama dan tari menggunakan topeng yang diiringi dalang dan musik gamelan. Cerita yang dipentaskan umumnya Lakon Patah Kuda Narawangsa dan Lakon Wiruncana Murca yang berlatar belakang Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Jenggala. Contohnya dalam Lakon Wiruncana Murca menggambarkan kisah Panji Inu Kertapati memenangkan hati Dewi Sekartaji. Terdapat sekitar 33 topeng asli yang dipercaya sebagai topeng generasi pertama. Topeng tersebut dijaga dengan baik oleh pemegang waris dan hanya dikeluarkan pada acara tertentu, sedangkan untuk pementasan biasa menggunakan topeng replika. Pada umumnya, struktur pertunjukkan diawali dengan tari klono, tari bapang, lalu masuk ke cerita. Penari bertopeng hanya melakukan gerakan sedangkan cerita dibawakan oleh dalang.[5][6] Galeri
Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia