Zeynab Begum[a] (bahasa Persia: زینب بیگم; wafat 31 Mei 1640), adalah putri keempat raja Safawiyah (syah) Tahmasp I (m. 1524-1576), dianggap sebagai salah satu putri paling berpengaruh di era Safawiyah. Ia hidup pada masa pemerintahan lima raja Safawiyah berturut-turut, dan selain menduduki beragam jabatan, termasuk pada bagian teratas dari sistem birokrasi kekaisaran, ia juga merupakan matriarki terkemuka dalam harem kerajaan selama bertahun-tahun, dan sesekali bertindak sebagai raja. Ia mencapai puncak pengaruhnya pada masa pemerintahan Raja Safi (m. 1629-1649). Dalam banyak sumber kontemporer, ia dipuji sebagai tokoh "andalan moderasi politik dan kebijaksanaan dalam politik pengadilan Safawiyah".[1]
Kehidupan
Kehidupan awal
Zeynab Begum lahir dari salah satu istri Tahmasp yang berasal dari Georgia, seorang putri bernama Huri-Khan Khanum.[1][2] Tanggal lahirnya tidak diketahui.[1] Pada usia muda, ia ditugaskan menjadi wali (laleh) Shah-Qoli Beg, seorang anggota dan pejabat tinggi dari faksi ShamluQizilbash.[1] Ketika ayahnya meninggal pada tahun 1576 dan digantikan oleh Ismail II (m. 1576-1577), ia dinikahkan dengan Ali-Qoli Khan Shamlu, cucu Durmish Khan Shamlu.[3] Perkawinan berlangsung tak lama sebelum tanggal 7 Desember 1577, tetapi rupanya tidak pernah diselesaikan, karena Zeynab terus menetap di harem kerajaan yang terletak di ibu kota Safawiyah, Qazvin.[1][3]
Ia memainkan peran penting dalam mendukung keponakannya, yang juga pewaris tahta bernama Hamzeh Mirza. Menurut sebuah laporan oleh Iskander Beg Munshi, Zeynab berada di puncak harem kerajaan saat perang saudara yang dahsyat yang telah melanda kekaisaran pada akhir 1580-an, di tengah Perang Utsmaniyah-Safawiyah pada tahun 1578 hingga 1590.[1] Pada periode setelah pembunuhan Hamzeh Mirza pada akhir 1586, ia dibantu oleh wazir pribadinya, Mirza Lotfollah Shirazi, yang kemudian menjadi wazir agung untuk seluruh negara.[4] Setelah itu, ia memegang posisi sebagai salah satu pendukung terpenting pangeran muda Abbas (yang kemudian dikenal dengan nama resminya, Abbas I; m. 1588-1629) selama perang suksesi yang dimulai pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Raja Mohammad Khodabanda (m. 1578-1587).[1]
Konsolidasi pada panggung politik
Pada tahun-tahun pertama masa jabatan Abbas, Zeynab terus menjadi orang dekat dan bertindak —menurut penjelajah Italia Pietro Della Valle— sebagai ibu angkat-nya.[1] Bahkan setelah bertahun-tahun, selama dua dekade pertama masa pemerintahannya, Zeynab menduduki posisi sebagai salah satu "penasihat kunci" Abbas.[1][5] Ia terus menjadi sosok matriarki terkemuka di harem, dan dirinya mengawasi pendidikan dari anak-anak Abbas. Rupanya para gubernur daerah dan kepala militer memintanya untuk melakukan intervensi politik atas nama mereka terhadap Abbas I.[1]
Selama masa pemerintahan Abbas, Zeynab terikat erat dengan berbagai urusan administrasi sektor mahkota (khasseh) di dalam birokrasi Safawiyah. Antara tahun 1592 hingga 1593 dan 1613 hingga 1614, ia menjabat sebagai gubernur sektor mahkota Kashan, dan dibantu dua birokrat yang bertindak sebagai wakilnya.[1] Selama tahun-tahun dalam periode ini, ia dilaporkan telah memiliki beberapa desa di pinggiran selatan kota Yazd. Fakta ini memungkinkan dirinya —untuk sebagian besar masa pemerintahan Abbas— untuk mengumpulkan pajak pemungutan suara yang dikenakan pada komunitas Zoroastrian di wilayah tersebut, dan menyimpannya untuk dirinya sendiri.[1] Berkat uang ini, ia bisa membangun setidaknya satu penginapan karavan di sepanjang rute Isfahan-Kashan pada tahun 1601 hingga 1602. Setahun kemudian, ia diberi jabatan sebagai penjaga segel yang digunakan untuk semua keputusan kerajaan yang dikeluarkan oleh kekaisaran (mohrdār-e sharaf nafadh).[1]
Pada tahun 1605, selama Perang Utsmaniyah-Safawiyah pada tahun 1603 hingga 1618, ia menyarankan Abbas untuk menyerang pasukan Utsmaniyah di Sufian; pertempuran ini akan menghasilkan salah satu kemenangan militer terbesarnya.[6] Ia kadang-kadang mengikuti pertemuan badan penasihat tertinggi, yang dikenal dengan "Dewan Negara"; pada tahun 1606, ia adalah satu-satunya wanita di pertemuan tersebut.[6][5] Menurut Antonio de Gouvea, "Ia menunjukkan dengan jelas bahwa dirinya pantas mendapat kehormatan".[6] Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1611 hingga 1612, ia menduduki posisi puncak perjamuan kerajaan yang diberikan pada saat kedatangan Wali-Mohammad Khan, penguasa UzbekUrgench, yang telah melarikan diri ke wilayah Safawiyah setelah pecahnya perang sipil di Khwarezmia.[1]
Kejatuhan dan pengampunan
Pada 1613 hingga 1614, Zeynab jatuh ke dalam aib. Ia diusir dari harem, dan semua posisinya diambil darinya. Ia kemudian dibuang ke Qazvin, tempat di mana dirinya tinggal di bawah tahanan rumah.[1][7] Peristiwa ini terjadi di tengah-tengah beberapa pembersihan pejabat tinggi Safawiyah lainnya dan pemimpin militer yang hadir di pengadilan di Isfahan. Menurut sejarawan Fazli Khuzani, ini adalah hasil tindakan yang dilakukan oleh seorang mojtahed (jaksa agung) terkemuka di pengadilan Safawiyah, Mir Mohammad Baqer Damad.[1]
Zeynab diizinkan masuk kembali ke istana kerajaan sekitar empat tahun kemudian. Dalam laporannya, Pietro Della Valle menyatakan bahwa ia melihatnya di Isfahan pada tahun 1617 di harem kerajaan.[1] Posisi Zeynab sebagai kepala harem kerajaan di Farahabad dan Isfahan dipulihkan oleh Abbas pada musim semi tahun 1627. Di saat Abbas mengalami penyakit stadium akhir, Zeynab dilaporkan menjalin kontak yang dekat dengan dokter pengadilan dan bertanggung jawab atas pengawasan perawatannya di Farahabad.[1] Ketika Abbas meninggal pada pagi hari tanggal 19 Januari 1629, ia secara pribadi mengawasi pemindahan jenazahnya dari Farahabad ke Kashan, serta mengawasi pemindahan logistik harem kerajaan dari Farahabad ke Isfahan.[1]
Meskipun ia menikmati banyak prestise dan pengaruh besar di bawah pemerintahan Abbas, sebenarnya baru pada beberapa tahun pertama penggantinya, Raja Safi (m. 1636-1642), ia mencapai puncak pengaruh dan kekuasaannya.[1] Menurut kronik dari pengadilan kontemporer, ia memainkan peran penting dalam meyakinkan Abbas yang terbaring pada ranjang kematiannya untuk menunjuk cucunya Sam Mirza (yang kemudian dikenal dengan nama resminya Safi) sebagai penggantinya untuk tahta kekaisaran. Dalam beberapa bulan pertama masa pemerintahan Safi, Zeynab menduduki posisi harian sebgaia kepala seluruh organisasi administratif dari negara tersebut. Kemudian pada tahun yang sama, ia bergabung dengan Safi selama Perang Ottoman-Safawiyah pada tahun 1623 hingga 1639.[1]
Pada tanggal 12 Februari 1632, selama peristiwa pembersihan berdarah yang dilakukan oleh Safi, ia memerintahkan Zeynab untuk pindah dari Isfahan ke Qazvin, mengusirnya dari pengadilan.[5] Ini menandai berakhirnya posisi Zeynab yang termasyhur dan istimewa. Menurut sebuah laporan kontemporer, ia menghabiskan hari-hari terakhirnya di Isfahan. Posisinya sebagai matriarki terkemuka di kalangan harem kerajaan digantikan oleh Dilaram Khanum, janda dari Mohammad Baqer Mirza.[8] Zeynab meninggal pada tanggal 31 Mei 1640 di Qazvin dan dimakamkan di Makam Imam Reza di Masyhad.[1]