Zaman Keemasan Denmark (Denmark: Den danske guldalder) adalah suatu periode dalam sejarah Denmark yang ditandai dengan berkembangnya seni, sains, sastra, dan filsafat di Denmark pada paruh pertama abad ke-19.[1] Yang menarik, masa ini terjadi saat Kopenhagen dilanda kebakaran hebat, perang, dan kebangkrutan. Perkembangan seni pada zaman ini dipengaruhi oleh aliran romantisisme Jerman. Tokoh-tokoh seni pada zaman ini seperti pelukis Christoffer Wilhelm Eckersberg dan murid-muridnya, termasuk Wilhelm Bendz, Christen Købke, Martinen Rørbye, Constantin Hansen, dan Wilhelm Marstrand, serta pematung Bertel Thorvaldsen.
Arsitektur Denmark juga berkembang pesat dengan sentuhan Neoklasik. Terutama arsitektur di Kota Kopenhagen yang memperoleh tampilan baru dengan bangunan yang dirancang oleh Christian Frederik Hansen dan Michael Gottlieb Bindesbøll.
Dalam bidang musik, zaman keemasan menghasilkan musisi-musisi yang bercorak nasionalisme romantis Denmark seperti J. P. E. Hartmann, Hans Christian Lumbye, Niels W. Gade dan pemimpin teater balet August Bournonville. Perkembangan sastra berpusat pada aliran Romantis, diperkenalkan pada 1802 oleh filsuf Norwegia-Jerman Henrik Steffens. Sastrawan masyhur seperti Adam Oehlenschläger, Bernhard Severin Ingemann, N. F. S. Grundtvig, dan Hans Christian Andersen yang melegenda akan dongeng-dongeng karyanya. Søren Kierkegaard mengembangkan filsafat sementara Hans Christian Ørsted mengembangkan sains khususnya fisika dan kimia. Dampak dari zaman keemasan ini tidak hanya dirasakan di Denmark saja melainkan di seluruh dunia.
Referensi
Pranala luar