ARTIKEL INI MEMBAHAS XENIA SEBAGAI GEJALA GENTIKA PADA TUMBUHAN.
Xenia (dari akar bahasa Yunani, ξενοσ, "xenos" yang berarti 'tamu' atau 'orang asing') merupakan gejala genetik berupa pengaruh langsung serbuk sari (pollen) pada fenotipe biji dan buah yang dihasilkan tetua betina. Pada kajian pewarisan sifat, ekspresi dari gen yang dibawa tetua jantan dan tetua betina diasumsikan baru diekspresikan pada generasi berikutnya. Dengan adanya xenia, ekspresi gen yang dibawa tetua jantan secara dini sudah diekspresikan pada organ tetua betina (buah) atau generasi berikut selagi masih belum mandiri (embrio dan/atau endospermia). Xenia yang memengaruhi fenotipe buah juga disebut metaxenia.
Contoh xenia yang paling sering dipakai adalah pengaruh serbuk sari pada warna endospermia butir jagung. Meskipun demikian, xenia dilaporkan juga teramati pada sawo manila, kelapa, biji kapas, bunga matahari, apel, kurma, serta pir. Gejala xenia tidak hanya memengaruhi warna tetapi juga bentuk, kadar gula, kadar minyak, bentuk buah, dan waktu pemasakan.
Xenia bukanlah penyimpangan dari Hukum Pewarisan Mendel, melainkan konsekuensi langsung dari pembuahan berganda (double fertilisation) yang terjadi pada tumbuhan berbunga dan proses perkembangan embrio tumbuhan hingga biji masak. Embrio dan endospermia merupakan hasil penyatuan dua gamet (jantan dan betina) dan pada tahap perkembangan embrio sejumlah gen pada embrio dan endospermia berekspresi dan memengaruhi penampilan biji, bulir, atau buah. Beberapa alasan diajukan untuk menjelaskan mekanisme gejala ini:
Xenia telah dimanfaatkan sebagai teknologi untuk menghasilkan butir jagung dengan kadar minyak tinggi di Amerika Serikat dan paket teknologinya dipatenkan dengan nama TopCross® Diarsipkan 2006-02-06 di Wayback Machine..
Referensi
Denney, J.O. 1992. Xenia includes metaxenia. HortScience 27, 722-728.