Wilayah bertekanan rendah

Isobar untuk wilayah Amerika Utara, 5 Januari 1998. Wilayah tekanan rendah ditandai dengan tulisan "LOW".

Wilayah bertekanan rendah atau depresi, atau siklon, wilayah tekanan rendah, pusat tekanan rendah, atau sistem tekanan rendah adalah sebagaian wilayah atmosfer Bumi yang memiliki tekanan udara lebih rendah dibandingkan wilayah di sekitarnya pada ketinggian yang sama. Wilayah tekanan rendah dapat digambarkan pada peta sebagai sebuah wilayah tertutup dengan nilai isobar yang semakin menurun mendekati ke pusatnya.[1] Wilayah tekanan rendah merupakan lawan dari wilayah tekanan tinggi. Angin akan bergerak dari wilayah tekanan tinggi menuju wilayah tekanan rendah dan akan berbelok mengikuti rotasi Bumi.[2] Pergerakan angin ke arah pusat dari wilayah tekanan rendah dapat memperbanyak uap air yang terkumpul dan terbentuk di wilayah tersebut sehingga menaikkan tingkat kelembapan dan presipitasinya.[3]

Pembentukan

Grafik tekanan udara (biru) dan kepadatan (merah) atmosfer Bumi berdasarkan ketinggian. Semakin jauh dari permukaan Bumi, atmosfer semakin tipis dan tekanan udara semakin rendah dengan sedikitnya molekul udara.

Atmosfer Bumi terdiri atas udara yang memiliki berat. Udara di atmosfer Bumi sebagian besar berada di lapisan atmosfer paling bawah yaitu troposfer. Semakin jauh dari permukaan Bumi, udara semakin tipis dan molekul udara semakin sedikit sehingga tekanan semakin rendah.[4] Selain itu, tekanan udara juga berubah-ubah karena udara yang dapat merenggang atau memadat yang salah satunya dipengaruhi oleh suhu udara.[5] Bentuk Bumi serta kemiringan Bumi pada porosnya menyebabkan wilayah tertentu menerima sinar Matahari yang tingkatnya berbeda dengan wilayah lain. Perbedaan ini juga membuat suhu di bagian-bagian permukaan Bumi berbeda-beda.[6]

Tekanan udara yang rendah di dekat khatulistiwa yang panas membuat angin di dekat permukaan dari wilayah subtropis bergerak ke wilayah tropis dan membentuk Sirkulasi Hadley.

Ketika suhu udara meningkat, jarak antara molekul-molekul udara akan semakin renggang sehingga udara menjadi lebih tidak padat. Ketika suhu udara menurun, jarak antara molekul udara akan semakin dekat dan udara menjadi lebih padat. Di permukaan wilayah yang lebih dingin, molekul udara yang padat akan cenderung mengelompok di dekat permukaan Bumi sementara di wilayah yang lebih panas, molekul udara yang renggang akan lebih tersebar merata pada ketinggian. Dengan demikian, pada ketinggian tertentu dari permukaan Bumi, jumlah molekul udara di wilayah yang dingin akan lebih sedikit dibandingkan dengan molekul udara di wilayah yang lebih panas. Tekanan udara di wilayah yang dingin pada ketinggian tersebut pun akan lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di wilayah yang lebih panas pada ketinggian yang sama. Perbedaan tekanan ini akan membuat udara dari wilayah yang lebih panas bergerak ke wilayah yang lebih dingin pada ketinggian tersebut. Sementara itu, di dekat permukaan Bumi, wilayah yang lebih dingin akan memiilki tekanan yang semakin besar dengan pertambahan udara dari wilayah yang lebih panas di atas ketinggian. Di wilayah yang lebih panas, udara di atas ketinggian yang bergerak ke wilayah dingin akan membuat tekanan di dekat permukaan menjadi lebih sedikit. Perbedaan tekanan di dekat permukaan ini kemudian membuat udara dari wilayah yang lebih dingin di dekat permukaan bergerak ke wilayah yang lebih panas.[4]

Udara yang bergerak akibat perbedaan tekanan ini akan membentuk angin yang mengikuti arah rotasi Bumi jika pergerakannya mendekati atau menjauhi khatulistiwa. Angin akan berbelok saat bergerak menuju pusat tekanan rendah dengan arah searah jarum jam di Belahan Bumi Utara dan melawan arah jarum jam di Belahan Bumi Selatan, dipengaruhi oleh Efek Coriolis.[2] Udara di pusat wilayah tekanan rendah akan naik ke ketinggian. Udara yang naik dan yang masuk ke wilayah tekanan rendah dapat membawa uap air dan kelembapan yang dapat menyebabkan konveksi dan meningkatkan presipitasi di wilayah tekanan rendah.[7] Angin yang membentuk putaran juga dapat menimbulkan siklon.[8]

Jenis

Sebuah sistem tekanan rendah di lepas pantai Australia Selatan, 8 Februari 2012.

Wilayah tekanan rendah termal dan muson

Wilayah tekanan rendah termal merupakan wilayah tekanan rendah yang umumnya terbentuk secara lokal di tengah benua akibat peningkatan suhu musiman yang kemudian mengangkat dan memisahkan udara isobar di ketinggian di wilayahnya. Wilayah tekanan rendah termal umum ditemukan di wilayah subtropis. Wilayah tekanan rendah termal berperan dalam pembentukan muson.[9] Suhu yang tinggi di daratan membuat tekanan udaranya menjadi lebih rendah dibandingkan di lautan sehingga menghasilkan angin yang bertiup ke arah daratan yang kemudian meningkatkan presipitasi di daratan.[10]

Siklon tropis

Siklon tropis merupakan wilayah tekanan rendah dengan pusat yang hangat. Siklon tropis dapat terbentuk maksimal 500 km dari khatulistiwa dengan adanya pengaruh dari suhu air laut yang hangat hingga kedalaman tertentu.[11] Siklon tropis terjadi pada waktu yang berbeda-beda di wilayah-wilayahnya akibat dari musim yang berpengaruh terhadap suhu, umumnya pada Juli-Oktober di Belahan Bumi Utara dan Desember-Maret di Belahan Bumi Selatan.[12][13]

Wilayah tekanan rendah berpusat dingin

Wilayah tekanan rendah berpusat dingin merupakan wilayah tekanan rendah dengan suhu di bagian pusatnya lebih dingin dibandingkan dengan wilayah sekitarnya.[14] Wilayah tekanan rendah dengan pusat dingin dapat terbentuk sebagai bagian dari sebuah trough yang terpisah dari adveksi dan gelombang angin yang tidak stabil. Wilayah tekanan rendah seperti ini umumnya dapat diidentifikasi di ketinggian 500 hPa.[15]

Planet lain

Kutub selatan Jupiter yang diselimuti badai.

Wilayah tekanan rendah juga dapat ditemukan di atmosfer planet lain selain Bumi. Jupiter memiliki badai yang berupa siklon maupun antisiklon yang disertai dengan konveksi dan petir. Sebuah penelitian terhadap data dari wahana Galileo menemukan hubungan antara badai petir dengan wilayah-wilayah tekanan rendah di planet tersebut.[16]

Referensi

  1. ^ World Meteorological Organization (1992). International Meteorological Vocabulary. Jenewa: World Meteorological Organization. hlm. 178. ISBN 978-92-63-02182-3. 
  2. ^ a b "Glossary - L". National Weather Service. Diakses tanggal 2019-12-24. 
  3. ^ "The Highs and Lows of Air Pressure". UCAR Center for Science Education. Diakses tanggal 2019-12-24. 
  4. ^ a b Ahrens, C. D.; Henson, R. (2016). Meteorology Today: An Introduction to Weather, Climate, and the Environment (edisi ke-11). Boston: Cengage Learning. hlm. 200–201. 
  5. ^ "Air Pressure". JetStream. National Weather Service. Diakses tanggal 2019-12-28. 
  6. ^ Rao, J. (2013-08-29). "Atmospheric Pressure: Definition & Facts". Live Science. Diakses tanggal 2019-12-24. 
  7. ^ Hastwell, A. (2013-01-31). "How do high and low weather systems work?". ABC. Diakses tanggal 2019-12-28. 
  8. ^ "Glossary - C". National Weather Service. Diakses tanggal 2019-12-30. 
  9. ^ "Thermal low". Glossary of Meteorology. American Meteorological Society. 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-22. 
  10. ^ "Monsoon Systems". North Carolina Climate Office. Diakses tanggal 2019-12-30. 
  11. ^ "TCFAQ A15) How do tropical cyclones form?". Hurricane Research Division, AOML NOAA. Diakses tanggal 2019-12-30. 
  12. ^ "TCFAQ G1) When is hurricane season?". Hurricane Research Division, AOML NOAA. 2016-06-02. Diakses tanggal 2019-12-30. 
  13. ^ "TCFAQ G4) Why do tropical cyclones occur primarily in the summer and autumn?". Diakses tanggal 2019-12-30. 
  14. ^ "Thermal low". Glossary of Meteorology. American Meteorological Society. 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-29. 
  15. ^ "Upper Level Low". EUMeTrain. 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-30. Diakses tanggal 2019-12-30. 
  16. ^ Tindol, R. (1998-10-13). "Galileo data shows Jupiter's lightning associated with low-pressure regions". California Institute of Technology. Diakses tanggal 2019-12-30. 

Pranala luar