Weasel wordweasel word atau dapat diartikan sebagai kata yang kabur adalah kata atau frasa yang digunakan untuk menciptakan kesan bahwa sesuatu yang spesifik dan bermakna telah disampaikan, padahal yang disampaikan sebenarnya hanyalah klaim yang kabur, ambigu, atau tidak relevan. Istilah ini sering dianggap sebagai bahasa yang informal. Contoh weasel word dalam bahasa Indonesia termasuk frasa-frasa seperti "beberapa orang mengatakan," "dipercaya," atau "diyakini,". Penggunaan kata weasel memungkinkan seseorang untuk menyangkal makna tertentu jika pernyataan tersebut dipertanyakan, karena pernyataan tersebut tidak pernah cukup spesifik sejak awal. Kata weasel bisa menjadi bentuk berkelit dan sering digunakan dalam iklan, ilmu pengetahuan populer, artikel opini, serta pernyataan politik untuk menyesatkan atau menyembunyikan pandangan yang bias atau klaim yang tidak berdasar. Kata weasel dapat melemahkan atau meredakan klaim yang kontroversial. Sebagai contoh, penggunaan kata seperti "agak," "dalam banyak hal," atau "cenderung" membuat sebuah kalimat menjadi lebih ambigu dibandingkan jika kata-kata tersebut tidak digunakan.[1][2][3] AsalIstilah weasel word kemungkinan besar berasal dari kebiasaan makan telur oleh musang.[4] Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Buffalo News, asal-usul istilah ini dikaitkan dengan karya William Shakespeare, khususnya dalam drama Henry V dan As You Like It, di mana penulis menggunakan perumpamaan musang yang mengisap telur.[5][6] Artikel tersebut menyebutkan bahwa perumpamaan ini tidak tepat karena musang sebenarnya tidak memiliki otot rahang yang memadai untuk mengisap telur.[7] Sumber lain yang lebih awal untuk etimologi ini bisa ditemukan dalam karya Ovidius, Metamorphoses. Dalam cerita tersebut, Dewi Juno memerintahkan Dewi Persalinan, Lucina, untuk mencegah Alcmene melahirkan Hercules. Namun, pelayan Alcmene, Galanthis, yang mengetahui bahwa Lucina sedang menggunakan sihir untuk menghalangi kelahiran, keluar dan mengumumkan bahwa kelahiran sudah berhasil. Lucina terkejut dan dengan kehilangan konsentrasi, menghilangkan sihir yang digunakan untuk mengikat Alcmene, sehingga Hercules pun lahir. Galanthis kemudian mengejek Lucina, dan sebagai balasannya, Lucina mengubah Galanthis menjadi musang. Ovidius menulis bahwa "Karena mulutnya yang bohong membantu kelahiran, dia [sebagai musang] melahirkan melalui mulutnya."[8] Dalam budaya Yunani kuno, diyakini bahwa musang mengandung melalui telinga dan melahirkan melalui mulut.[9] Definisi kata weasel yang mengarah pada penipuan dan kelalaian meliputi: bentuk kata benda, yang merujuk pada seseorang yang licik, tidak dapat dipercaya, atau tidak tulus; bentuk kata kerja, yang berarti untuk memanipulasi secara licik; dan frasa "to weasel out", yang berarti menghindari tanggung jawab atau "melesat keluar dari sesuatu".[10][11] Istilah weasel word pertama kali muncul dalam bentuk tertulis dalam cerita pendek Stained Glass Political Platform karya Stewart Chaplin, yang diterbitkan pada 1900 di The Century Magazine. Dalam cerita tersebut, kata-kata ini digambarkan seperti musang yang mengisap telur dan meninggalkan cangkangnya, yakni menyedot makna dari kata-kata di sekitarnya. Theodore Roosevelt kemudian memperkenalkan istilah ini ke publik dalam pidatonya di St. Louis pada 31 Mei 1916. Seperti yang dikutip oleh Mario Pei, Roosevelt berkata, "Ketika musang mengisap telur, dagingnya hilang; dan jika Anda menggunakan kata licik setelah kata lainnya, tidak ada yang tersisa dari kata yang pertama."[12] BentukSebuah studi pada tahun 2009 menemukan bahwa sebagian besar weasel words dapat dibagi ke dalam tiga kategori utama:[13]
Selain itu, ada bentuk lain dari weasel words, seperti:[14][15]
Pernyataan yang tidak logis atau tidak relevan sering digunakan dalam iklan, misalnya ketika produk didukung oleh selebritas tanpa memiliki keahlian yang relevan terhadap produk tersebut. Dalam hal ini, dukungan selebritas tidak memberikan jaminan kualitas atau kecocokan produk. Otoritas palsu terjadi ketika kalimat pasif digunakan tanpa menyebutkan siapa yang terlibat. Misalnya, mengatakan "Telah diputuskan" tanpa menyebutkan oleh siapa, atau merujuk pada otoritas atau ahli yang tidak disebutkan identitasnya. Hal ini memberi ruang untuk manipulasi karena klaim bisa dibuat tanpa pertanggungjawaban. Ini juga bisa digunakan untuk merendahkan pandangan yang bertentangan dengan memberi label "dikatakan" atau "diduga," yang menciptakan keraguan terhadap pandangan yang disampaikan.[16] weasel words sering digunakan untuk menghindari kejelasan atau pertanggungjawaban, dan memberikan kesan bahwa suatu klaim didukung oleh otoritas atau fakta yang lebih kuat daripada kenyataannya. Referensi
|