Warsito Purwo Taruno (lahir 15 Mei 1967) merupakan penemu asal Indonesia. Ia dikenal berkat penemuan bra yang mampu memerangi sel kanker dengan listrik statis.[1] Ia juga mendirikan dan memimpin perusahaan CTech Edwar Technology untuk memfasilitasi penemuannya.[2][3]
Dr. Warsito ikut mendirikan organisasi bernama Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI). Sejak tahun 2005, Dr. Warsito yang didaulat menjadi Ketua Umum MITI, telah membangun jaringan MITI di seluruh Indonesia dan luar negeri terutama MITI-Mahasiswa di lebih dari 50 kampus di 26 provinsi di seluruh Indonesia.
Kehidupan pribadi
Anak ke enam dari delapan bersaudara ini terlahir di Solo, Jawa Tengah. Ia lulus dari SMA Negeri 1 Karanganyar, Solo pada tahun 1986, kemudian melanjutkan studi Strata Satu nya di Jepang dan meraih gelar B.Eng., Dept. of Chemical Engineering, di Shizuoka University, Jepang pada tahun 1992. Dua tahun kemudian Warsito menyelesaikan studi Magister nya di Dept. of Chemical Engineering, Shizuoka University, Japan pada tahun 1994, dan mendapatkan gelar DR.Eng, di Dept. of Applied Electronics, Graduate School of Electronic Science and Technology, Shizuoka University, Japan, dengan judul Disertasi: “Ultrasonic Tomography for Analyzing the Hydrodynamics of Three-Phase Flow Systems” pada tahun 1997.[4]
Penemuan ECVT
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Warsito mengembangkan Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs) Edwar Technology, pusat riset dan produksi sistem tomografi 4D yang berpusat di Tangerang, Banten. Pada tahun 2004, risetnya menghasilkan prototipe. Teknologi itu kemudian dipatenkan di Amerika Serikat pada Lembaga Paten Internasional PTO/WO bernomor 60/664,026 tahun 2005 dan 60/760,529 tahun 2006. Tidak seperti CT Scan dan MRI, ECVT memungkinkan pasien untuk tak perlu masuk ke dalam tabung seperti alat MRI yang cuma menampilkan gambar dua dimensi. Dengan teknologi ini, pemindaian bisa dilakukan dari luar, tanpa menyentuh objek bahkan objek skala nano dan objek yang bergerak dengan kecepatan tinggi bisa terlihat.
Dalam pengembangannya, menurut pengakuan Warsito Purwo Taruno, teknologi ECVT sudah diakui bahkan dipakai lembaga antariksa Amerika (NASA), Exxon Mobil, BP Oil, Shell (perusahaan), Conoco Phillips, Dow Chemical, Mistubishi Kimia termasuk Departemen Energi AS (Morgantown National Laboratory). Sedangkan di Indonesia sendiri, teknologi ini digunakan untuk pemindaian tabung gas bertekanan tinggi, seperti kendaraan berbahan bakar gas Bus Transjakarta.[4]
Penemuan ECCT
ECCT (electrical capacitive cancer therapy) adalah sebuah alat terapi kanker menggunakan listrik statis berdaya sangat rendah. Sumber daya nya hanya menggunakan dua buah baterai ukuran AA 1,5 volt (Paten Indonesia dan Internasional, 2012).
System kerjanya sangat sederhana, yakni mengalirkan gelombang listrik statis untuk menghancurkan sel kanker pada saat membelah. Aliran listrik tersebut dialirkan lewat apparel, berbentuk rompi untuk kanker payudara dan tenggorokan. Sedangkan untuk kanker otak berbentuk helm serta selimut untuk leukemia. Sel kanker yang telah mati kemudian dibuang melalui proses ekskresi, baik melalui keringat, urine, feses maupun gas.[4][5]
Referensi