Wahono Sumaryono

Wahono Sumaryono
Apt. APU
Rektor Universitas Pancasila
Masa jabatan
17 Maret 2014 – 28 Mei 2021
Informasi pribadi
Lahir(1954-01-21)21 Januari 1954
Solo, Jawa Tengah
Meninggal25 Mei 2021(2021-05-25) (umur 67)
Jakarta
KewarganegaraanIndonesia
KebangsaanIndonesia
Suami/istridr. Dwiyastuti
Anak
  • 1.Wahyu Purnomosidi, S.T., M.T.
  • 2.Wahyu Wibowo, S.T., M.B.A.
Orang tua
  • 1. Suyono Gitoprajitno
  • 2. Siti Marsiyah
PendidikanS-3
Almamater
  • 1. Universitas Airlangga
  • 2. Universität Carolo-Wilhelmina zu Braunschweig, Germany
Pekerjaan
  • 1. Rektor Universitas Pancasila
  • 2. Ilmuwan
  • 3. Teknokrat
  • 4. Akademisi
Dikenal karenaRektor Universitas Pancasila,

Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,

Komisaris PT. Kimia Farma, Tbk.
Penghargaan sipil
  • 1. Bintang Jasa Pratama dari Presiden RI Tahun 2007
  • 2. BJ Habibie Technology Award untuk Tim Garam Farmasi Tahun 2016
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Prof. Dr. rer. nat. Wahono Sumaryono, Apt., APU (21 Januari 1954 – 25 Mei 2021) dikenal sebagai ahli pendidikan sekaligus mantan Rektor Universitas Pancasila.[1] Beliau juga pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi bidang Teknologi Agro Industri dan Bioteknologi tahun 2000 - 2010. Pada tahun 2008, beliau sempat mengemban tugas sebagai Plt. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Selain di bidang akademik dan pemerintahan, kiprahnya di dunia bisnis juga sangat mumpuni. Hal tersebut dibuktikan dengan keberadaannya di dunia BUMN sebagai Komisaris Independent PT. Kimia Farma, Tbk., sejak tahun 2011 - 2020.

Biografi

Bagi orang kebanyakan, profesi sering kali dijalani dalam satu dunia tertentu. Misalnya, seorang dosen atau peneliti. Dia akan sangat fokus hingga meraih banyak pencapaian di dunia akademik. Begitu juga seorang pengusaha yang terus meniti karir di dunia bisnis.

Namun, tidak demikian halnya dengan Wahono Sumaryono. Dia mampu sukses di dua dunia sekaligus. Di dunia akademik, dia adalah mantan rektor Universitas Pancasila, Jakarta. Di dunia bisnis, dia pernah menjabat sebagai komisaris PT Kimia Farma. Bahkan jabatan tersebut diperpanjang untuk dua periode.

Padahal, di bidang akademik prestasinya tidak kalah mentereng. Selain memimpin kampus di Jakarta Selatan tersebut, Wahono adalah co promotor di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Indonesia (UI). Total sudah 17 doktor dia promosikan. Tujuh doktor di UI dan lima doktor masing-masing di ITS dan IPB.

Tak cukup sampai di situ, dia juga adalah dosen luar biasa di almamaternya, Universitas Airlangga (Unair). Meski untuk mengajar di kampus tersebut dia harus mengelola waktu dengan memampatkan jadwal kuliah dalam satu pekan. Tapi bagi Wahono, mengajar di Unair selalu spesial. Sebab, dia menganggapnya sebagai balas jasa telah mengantarkannya hingga menjadi sosok seperti sekarang.

Ya, Wahono meraih hampir segalanya setelah lulus dari Jurusan Farmasi Unair pada 1980 dan bergelar apoteker setahun kemudian. Setelah lulus dari kampus di Kota pahlawan tersebut, di tahun yang sama lelaki kelahiran Solo tersebut diterima di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Saat itu, posisi kepala BPPT dijabat B.J. Habibie.

Tiga tahun setelah masuk BPPT, Wahono mendapat kesempatan untuk training ke Jepang. Di negeri matahari terbit itu, bapak dua putra tersebut belajar aplikasi radiasi untuk medis dan biologis. Tak cukup sampai Jepang, dua tahun kemudian Wahono hijrah ke Jerman. Dia menerima beasiswa overship fellowship, sebuah program pinjaman pemerintah Indonesia dari Bank Dunia.

Kepergian ke Jerman kali ini lebih lama. Empat tahun. Mulai Mei 1986 sampai Mei 1990. Kembali ke Jakarta, Wahono punya keinginan untuk membagi ilmunya. Dia lantas mendaftar sebagai dosen tidak tetap di Universitas Pancasila.

Meskipun demikian, kegiatan belajar mengajar yang dia ampu di kampus tersebut tak membuat pekerjaannya di BPPT terbengkalai. Pada 1992 sampai 1998 dia ditunjuk sebagai Kepala Sub Direktorat Teknologi Farmasi dan Medika. Pada 1998, Wahono kembali mendapat promosi untuk menjabat Direktur Teknologi Farmasi dan Medika.

Karir Wahono terus meroket hingga dia diangkat sebagai Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi. Dia menjadi bos untuk enam direktur di bawahnya. Dari sinilah karir Wahono di BUMN mulai dirintis.

Sejak Mei 2001, Wahono ditunjuk menristek/kepala BPPT saat itu untuk menjadi komisaris di PT PAL. Periode pertama berlangsung sepanjang 2001-2006. Jabatannya diperpanjang mulai 2006 hingga 2011. Selesai dari PT PAL, di tahun yang sama Wahono menyeberang ke PT Kimia Farma. Jabatannya masih sama, komisaris. Posisi itu dia emban hingga tahun 2020.

Karena sejak 2010 tidak lagi menjabat di BPPT, Wahono menempuh karir sebagai peneliti. Pada 2007, dia ditahbiskan sebagai guru besar kimia bahan alam. Di saat dia menjadi komisaris di PT PAL, Wahono terpilih sebagai Dekan Farmasi Universitas Pancasila.

Karir di kampus juga ikut menanjak. Sejak 17 Maret 2014, dia terpilih sebagai orang nomor satu di kampus yang berpusat di Jagakarsa, Jakarta Selatan tersebut. Menurut Wahono, rahasia kesuksesannya tidak rumit. Dia hanya meyakini satu hal: dimanapun seseorang berkiprah, selalu berikan yang terbaik. Prinsip kuat tersebut lah yang mengantarkannya meraih segala prestasinya

Reff : https://alumni.unair.ac.id/site/article/read/526/dua-dunia-berbeda-sang-profesor.html

Wafat

Wahono Sumaryono meninggal dunia pada hari Selasa, 25 Mei 2021 pukul 18.50 WIB di Rumah Sakit Dharmais.[2][3]

Referensi

  1. ^ Lantara, Feru. "Wahono Sumaryono dilantik menjadii Rektor Universitas Pancasila". ANTARA News. Diakses tanggal 2022-04-09. 
  2. ^ Aco, Hasanudin. Aco, Hasanudin, ed. "Rektor Universitas Pancasila Prof Dr Wahono Sumaryono Meninggal Dunia". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-03-04. 
  3. ^ "Rektor Universitas Pancasila Periode 2014-2021, Prof. Dr. Apt. Wahono Sumaryono Meninggal Dunia". indoposco.id. 2021-05-26. Diakses tanggal 2022-04-09.