Vicente Liem de la Paz adalah seorang imamKatolik asal Vietnam. Ia membaptis hampir 100 katekumen dan menikahkan 20 pasutri. Ia juga mengadakan kunjungan pastoral kepada para umat yang saat itu menghadapi penindasan oleh Kaisar Trinh Sâm.
Biografi
Vincente memiliki nama Tonkin (Vietnam), Vinh Sơn Lê Quang Liêm. Ia lahir pada tahun 1731 di Desa Thôn Đông, Kecamatan Trà Lũ, Phú Nhai, Provinsi Nam Định, Vietnam. Ia lahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik dari pasutri Antôn dan Monica Thiều Đạo.
Ia bergabung dengan Seminari Lục Thủy, Vietnam, pada usia 12 tahun. Setelah itu, ia bergabung dengan novisiatDominikan pada 9 September 1753. Setahun kemudian, ia menyatakan kaul relijiusnya dan memilih nama Vincent Liem de la Paz, yang berarti, “Vincent Liem penuh kedamaian”. Rektornya, Pastor Espinosa Huy, mengirimnya untuk belajar di Universitas Santo Yohanes Lateran di Manila, Filipina selama empat tahun.
Kemudian, ia menjalani studi teologi di Universitas Santo TomasMetro Manila dengan spesialisasi pada ilmu humaniora. Pada 28 Januari 1755, ia ditahbiskan diakon dan ditugaskan di Paroki St. Ana Vietnam. Pada tahun 1758, ia ditahbiskan menjadi imam. Pada tanggal 3 Oktober tahun yang sama, ia dan empat rekannya menumpangi kapal untuk kembali ke Vietnam dan tiba di sana tanggal 20 Januari 1759.
Pada 2 Oktober 1773, ia ditangkap saat memimpin misa di Paroki Lương Đống, Thái Bình. Ia kemudian digiring ke Trần Văn Hiển di Xích Bích. Di sana, seorang prajurit kaisar memintanya melepaskan iman, tetapi ia menolaknya. Setelah 12 hari di Xích Bích, ia dikirim ke Phố Hiến. Di tempat tersebut, ia dijanjikan jabatan sebagai penasehat kaisar, namun ia kembali menolaknya. Di penjara Phố Hiến, ia bertemu Pater Jacinto Castaneda yang lebih dahulu ditahan. Pada 20 Oktober 1773, keduanya dipaksa untuk memikul salib yang bertuliskan, “Hoa Lang Đạo Sư” (Tuan Lang Hoa) untuk mengingatkan keduanya tentang kebrutalan kaisar Tonkin Utara. Kendati beban di pundak yang berat, ia tak pernah melepaskan imannya.
Menurut sejarawan Gispert, dalam buku, “Sử Ký Địa Phận Trung” (Kronik Agama Katolik Vietnam), kedua imam tersebut menjalani siksaan yang berat. Pada akhirnya, keduanya dihukum mati dengan cara dipenggal kepalanya.