Umi Sardjono (24 Desember 1923 – 11 Maret 2011) adalah seorang aktivis perempuan dan pejuang kemerdekaan Indonesia, anggota DPR-GR dan Ketua Umum Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).[1]
Biografi
Wanita pejuang ini sebenarnya sangat layak mendapat penghargaan sebagai salah satu pahlawan perintis kemerdekaan. Di usianya yang masih muda 20 tahun, wanita ini telah dipenjarakan oleh tentarafasisjepang sebelum proklamasi 17 Agustus 1945 karena melakukan gerakan bawah tanah menentang pendudukan jepang dan ketika wanita ini dibebaskan dari penjara jepang, semangatnya tetap menggelora dengan pidatonya yang berapi-api di depan orang banyak. indikasi ini membuktikan bahwa wanita ini termasuk salah satu pejuang yang dini dan gigih untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsanya.[2]
Wanita ini adalah anak seorang lurah, lahir tepat tanggl 24 Desember 1923 dengan nama lengkap Suharti Sumodiwiryo atau yang lebih dikenal dengan nama Umi Sardjono. Sejak usia muda Umi sudah bergabung dengan laskar perempuan, baginya masuk penjara bukan hal baru baik ketika melawan jepang maupun belanda, saat tertangkap diblitar Umi bertemu dengan S.K. Trimurti yang kemudian menjabat sebagai Menteri Perburuhan di zaman kabinet Amir Syarifudin.
Walaupun kemerdekaan Republik Indonesia sudah diraih namun perjuangan untuk memerangi imperialisme belum berakhir, Umi Sardjono bersama kawan-kawan seperjuangan akhirnya membentuk satu wadah tempat berkumpulnya wanita-wanita progresif terutama membangun suatu organisasi perempuan yang mempunyai kesadaran politik yang tinggi sebagai bagian dari memperkuat perjuangan emansipasi kaum perempuan.[3]
Maka berdirilah Gerakan Perempuan Indonesia (Gerwis) sebagai tonggak awal perjuangan kaum wanita Indonesia pasca kemerdekaan. Gerwis adalah wadah berkumpulnya tujuh organisasi perempuan dimasa itu. Melalui Gerwis inilah cikal bakal berdirinya Gerakan Wanita Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Gerwani.[4]
Gerakan Wanita Indonesia
Pada tahun 60-an siapa rakyat Indonesia yang tidak kenal Gerwani, sebuah organisasi besar tempat berhimpunya kaum perempuan progresif. Mereka juga berjuang terhadap kesetaraan gender, penolakan terhadap poligami dan perlunya perempuan terlibat dalam proses politik merupakan beberapa agenda yang mereka usung, Aktivitas Gerwani punya nyali yang besar dan lantang menentang berbagai bentuk diskriminasi Gender yang kala itu masih menggejala, meneriakkan penentangan model sosial Patriarkhi yang menyelimuti relasi sosial di berbagai bidang. Pergerakan yang sangat Progresif ini senantiasa mewarnai percaturan politik tanah air di zaman Bung Karno berkuasa.[5]
Saat itu Gerwani mengalami masa kejayaannya dan merupakan titik terpenting dalam kepemimpinan Gerwani di bawah ketua umum Umi Sardjono, jumlah kader terus bertambah besar, berbagai program yang bersentuhan dengan rakyat kecil terus berjalan mulai dari pendirian sekolah-sekolah, kursus-kursus pemberantasan buta huruf dan penitipan anak, Tercatat kurang lebih sudah 1.500 balai penitipan anak dibangun oleh Gerwani, para petani dan buruh tak perlu bayar, maka dari perjuangan yang tulus inilah, banyak rakyat yang bersimpati dan mendaftar sebagai anggota dan nilai-nilai luhur yang dipasok ke anggotanya adalah kemerdekaan, kerja keras dan pengabdian pada perjuangan.
Gerwani juga menentang prostitusi, membela korban pemerkosaan dan berjuang menentang kerusakan moral yang diasosiasikan dengan dansa gila-gilaan dan musik ngak ngik ngok. Dipihak lain dengan sungguh-sungguh Gerwani memainkan perannya sebagai penjaga moral keluarga manipolis dan masyarakat secara menyeluruh.[6] Mereka harus bekerja keras, belajar, tulus, sederhana dan gigih, optimistis akan hari depan sosialis gemilang yang menanti mereka.[7]
Dan yang paling membuat takut kaum konservatif ialah gambaran kader Gerwani dalam bentuk kombinasi ibu yang sadar politik dan patriot militant yang menantang kaum laki-laki di arena publik, di mana secara tradisonal menjadi wilayah laki-laki. Dalam perjalanan sejarahnya terbukti mereka berhadapan secara antagonistik dengan kekuatan konservatif yang begitu mendalam hingga membuat Gerwani kemudian terinjak-injak dengan cara yang di luar akal sehat manusia.
Organisasi perempuan bernama Gerwani yang dibangun selama kurang lebih 15 tahun yang didirikan oleh kaum perempuan mantan para pejuang kemerdekaan yang bervisi tegas memperjuangkan hak perempuan dan melawan imperialisme akhirnya tumbang. Gerwani dituduh sebagai dalang peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) dan mengaitkan Gerwani sebagai komunis dengan fitnah PKI lalu dikaitkan dengan kekacauan yang dilambangkan dengan perilaku seksual yang buruk perempuan komunis.