Ular-terbang firdaus adalah spesies ular pohon dari familia Colubridae. Seperti halnya jenis-jenis ular terbang lainnya, ular ini dapat berpindah dari satu pohon ke pohon lain dengan melayang di udara. Ular-terbang firdaus juga dikenal dengan sebutan "ular firdaus", "ular sawa burung" (Bhs. Melayu), dan juga "ular jelutung" (istilah ini juga digunakan sebagai sebutan untuk ular-pohon emas). Dalam bahasa Inggris, ular ini disebut Paradise tree snake atau Paradise flying snake.[1]
Pengenalan
Panjang tubuh ular-terbang firdaus mencapai 1.2 meter. Kepalanya berbetuk oval dengan mata yang agak besar. Tubuh bagian atas berwarna kuning kehijauan dengan tepian sisik yang tebal dan berwarna hitam. Di sepanjang puncak tubuh bagian atas dihiasi deretan bintik-bintik berwarna kemerahan. Sisi samping tubuh berwarna sama dengan tubuh bagian atas, namun dengan tepian yang lebih tipis dan tidak ada bintik-bintik merahnya. Bagian bawah tubuh berwarna kuning pucat. Kepala bagian atas berwarna hitam dan dihiasi bercak-bercak berwarna kuning pucat, sedangkan bagian bawah mulut dan kepala berwarna kuning pucat.[2]
Seperti halnya jenis ular terbang lainnya, ular ini mampu berpindah dari pohon ke pohon dengan melayang di udara. Saat meluncur, ular ini melakukan gerakan "berenang", yaitu gerakan mengayun-ayunkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri untuk mengarahkan badannya ke dahan pohon yang akan dituju. Ular ini mampu meluncur di udara hingga jarak 100 meter.[2]
Perilaku, makanan, dan reproduksi
Ular-terbang firdaus aktif pada siang hari saja dan biasanya berkelana di atas pohon yang tinggi dan sulit dijangkau oleh manusia. Ular ini sangat pandai memanjat pada permukaan pohon yang tidak stabil, sisik-sisik perutnya berfungsi sebagai pengait dan penahan supaya tidak jatuh. Makanan utamanya adalah kadal, cecak, burung kecil, dan kelelawar kecil. Ular ini berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan hanya 5 sampai 8 butir saja.[2]
Boie, F. 1827. Bemerkungen über Merrem's Versuch eines Systems der Amphibien, 1. Lieferung: Ophidier. Isis van Oken, Jena, 20: 508–566.
Das, I. 2012. A Naturalist's Guide to the Snakes of South-East Asia: Malaysia, Singapore, Thailand, Myanmar, Borneo, Sumatra, Java and Bali. Oxford J, ohn Beaufoy Publishing - get paper here[pranala nonaktif permanen]
Janiawati, Ida Ayu Ari; Mirza Dikari Kusrini, Ani Mardiastuti 2016. Structure and Composition of Reptile Communities in Human Modified Landscape in Gianyar Regency, Bali. HAYATI Journal of Biosciences, doi:10.1016/j.hjb.2016.06.006 - get paper here