Tulku (Tibet: སྤྲུལ་སྐུ་; Wylie: sprul sku; ZWPY: Zhügu, atau tülku, trulku) adalah istilah dalam Buddhisme Tibet yang digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang dianggap sebagai jelmaan atau inkarnasi dari seorang guru besar atau biksu suci dari masa lalu. Pandangan umum agama Buddha ialah setiap makhluk hidup mengalami roda kehidupan berupa inkarnasi dan pencapaian spiritual yang lebih besar menghasilkan peningkatan skala makhluk hidup. Para guru besar atau biksu suci yang sudah berhak mencapai Nirwana menunda pencerahan sempurna mereka dan kembali berinkarnasi demi dapat terus berupaya mencapai pencerahan semua makhluk hidup.[1]
Agar dapat melakukan proses menjadi tulku, seperti mengendalikan proses kematiannya dan mengarahkan kelahiran kembali berikutnya, mereka haruslah memiliki kekuatan meditasi yang luar biasa dan kebijaksanaan yang mendalam, diberdayakan oleh aspirasi welas asih yang terdalam dan tulus untuk memberi manfaat bagi orang lain.[2] Proses ini dapat terjadi berulang kali dan bisa berabad-abad lamanya. Sistem tulku tidak ada di cabang agama Buddha lainnya.[3]
Contoh paling terkenal dari tulku adalah Dalai Lama yang diyakini sebagai inkarnasi ke-14 dari Dalai Lama pertama, yang hidup enam abad lalu.[4]
Proses pencarian
Tulku biasanya diidentifikasi saat mereka masih anak-anak, terkadang melalui ritual dan ujian yang rumit. Umat Buddhisme Tibet percaya bahwa seorang anak kecil dapat mengingat kembali kehidupan sebelumnya. Namun saat ia mulai belajar berjalan dan berbicara, kemampuan tersebut melemah dan akhirnya menghilang.[5]
Biasanya, seorang guru atau biksu suci akan memberikan petunjuk tentang reinkarnasinya, dalam beberapa kasus menuliskan rincian tentang keadaannya. Setelah ia meninggal, para murid utamanya akan mengikuti tanda-tanda itu dan mungkin berkonsultasi dengan tulku lain atau peramal untuk mendapatkan petunjuk yang lebih spesifik. Mereka biasanya menyamar sebagai orang awam untuk mencari anak-anak yang memenuhi syarat. Setelah ditemukan, ia akan di bawa ke biara dengan meriah untuk memulai pendidikannya.[6]
Seorang tulku bisa laki-laki atau perempuan dan bisa hidup sebagai biksu atau praktisi awam. Salah satu ciri khas tradisi Tulku adalah multidimensionalitas pekerjaan tulku dalam masyarakat Tibet. Para tulku dapat bekerja sebagai penasihat, guru, cendekiawan, pejabat pemerintahan, penulis, seniman, dokter, dan lainnya. Jika seorang anak laki-laki ingin menjadi biksu, ia akan dididik di biara.[5] Banyak tulku yang memilih untuk menjadi kepala biara di sebuah biara, dan tulku sering kali mewarisi properti, yang umumnya dikenal sebagai labrang, dari inkarnasi mereka sebelumnya.[4]
Apabila anak yang dicari merupakan seorang anak non-Tibet, mereka disebut sebagai tulku Barat. Pengakuan atas mereka masih diperdebatkan dikalangan pengikut Buddhisme Tibet. Para tulku Barat biasanya kesulitan untuk mendapatkan pengakuan dari umat awam atau bahkan dari biksu lainnya. Umumnya, mereka tidak mengikuti kehidupan biara tradisional Tibet, dan biasanya meninggalkan biara asal mereka untuk mencari karier alternatif.[7]