Titik Nol Kilometer Yogyakarta
Titik Nol Kilometer Yogyakarta (bahasa Jawa: ꦠꦶꦠꦶꦏ꧀ꦤꦺꦴꦭ꧀ꦏꦶꦭꦺꦴꦩꦺꦠꦼꦂꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ, translit. Titik Nol Kilométer Ngayogyakarta) adalah sebuah kawasan persimpangan yang terletak di Gondomanan, Yogyakarta, yang kerap dikunjungi oleh wisatawan karena lokasinya yang strategis dan dekat dengan banyak lokawisata.[1] Di sekitar Titik Nol Kilometer terdapat Jalan Malioboro, Pasar Beringharjo, Monumen Serangan Umum 1 Maret, Museum Benteng Vredeburg, Taman Pintar, Alun-Alun Utara, Keraton Yogyakarta, Museum Sonobudoyo, Gedung Agung, dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda seperti Kantor Pos Indonesia, Bank Indonesia, dan gedung BNI 1946 Yogyakarta. Gambaran umumSejarahTitik nol kilometer Yogyakarta sudah ada pada masa Hamengkubuwana I, ketika membangun kawasan keraton Yogyakarta di wilayah hutan Pabringan pada tahun 1755. Saat itu, kawasan ini menjadi bagian dari Sumbu Imajiner Yogyakarta yang menghubungkan antara Gunung Merapi dengan Keraton Yogyakarta.[2] Kedatangan Belanda di Yogyakarta membuat kawasan ini mengalami perubahan. Belanda membangun pemukiman untuk warganya di sisi timur laut kawasan ini, dengan nama loji. Belanda juga membangun Benteng Rustenburg pada tahun 1767 yang digunakan untuk mengawasi gerak-gerik dalam keraton. Belanda juga membangun gedung-gedung pemerintahan di kawasan tersebut seperti gedung Chung Hua Tsung Hui pada tahun 1775, Kantor Residen pada 1869, Javasche Bank pada 1879, Post, Telegraaf en Telefoonkantoor pada 1912 dan NILMIJ pada 1921. Keberadaan bangunan-bangunan tersebut saat itu secara tidak langsung merusak filosofi sumbu imajiner yang ada sehingga dianggap mengurangi kewibawaan keraton. Adanya gedung kantor pos saat itu, membuat Belanda membangun sebuah bundaran di tengah-tengah persimpangan tersebut. Bundaran inilah yang diyakini sebagai titik nol kilometer Yogyakarta, karena berfungsi untuk mengukur jarak dari kota Yogyakarta menuju daerah di sekitarnya, seperti Sleman dan Bantul.[2] Kawasan ini juga menjadi tempat bermulanya Serangan Umum 1 Maret 1949, dimana kawasan ini menjadi tempat awal berkumpulnya pasukan Indonesia sebelum akhirnya menyebar untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda dari segala arah. Untuk memperingati terjadinya serangan tersebut, maka dibangun monumen di komplek Benteng Vredeburg yang terletak pada sisi barat daya kawasan ini. DeskripsiTitik nol kilometer Yogyakarta berbentuk persimpangan yang mempertemukan empat ruas jalan. Sisi utara adalah Jalan Margo Mulyo, bagian dari Kawasan Malioboro. Sisi selatan adalah Jalan Pangurakan, jalan utama menuju keraton. Sedangkan sisi timur adalah Jalan Panembahan Senopati, yang merupakan akses menuju kota Yogyakarta dari arah timur, dan Jalan KH Ahmad Dahlan di sisi barat yang menjadi akses menuju kota Yogyakarta dari arah barat. Di ujung jalan Pangurakan, pada awalnya terdapat sebuah gapura milik keraton yang bernama Gapura Gladhag, namun saat ini sudah tidak ada lagi. Bundaran yang dibangun sejak zaman kolonial Belanda juga sempat diubah menjadi air mancur pada dekade 1970-an, sebelum akhirnya dibongkar permanen pada pertengahan dekade 1980-an.[2] PemanfaatanKawasan ini memiliki area pedestarian yang luas dan dilengkapi dengan beberapa kursi taman, dan dihiasi oleh lampu-lampu jalan dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda,[3] menjadikan kawasan ini menjadi salah satu ruang publik dan pusat perekonomian yang dipadati masyarakat dan wisatawan di kota Yogyakarta.[4][5] Referensi
Lihat pula |