Tiroidektomi
Tiroidektomi atau operasi tiroid adalah tindakan medis untuk pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid. Indikasi dilakukannya tindakan ini adalah bila terdapat benjolan yang bersifat ganas di kelenjar tersebut, hipertiroidisme (yang disebabkan oleh penyakit Graves, tumor jinak kelenjar tiroid), untuk alasan kosmetik, dan bila pembesaran kelenjar tiroid menyebabkan kesulitan menelan atau bernapas. Jenis operasi pengangkatan kelenjar tiroid dibedakan berdasarkan jaringan yang diangkat dan metode yang digunakan.[1][2][3][4][5] Komplikasi yang bisa timbul dari prosedur ini adalah cedera pada saraf laringeal rekuren, penurunan kadar kalsium darah (bila kelenjar paratiroid yang berada di belakang kelenjar tiroid mengalami cedera atau ikut diangkat), infeksi di bekas sayatan, dan perdarahan.[2][3][5] IndikasiTindakan tiroidektomi dilakukan atas berbagai indikasi. Indikasi utama adalah bila seseorang didiagnosis dengan kanker tiroid. Selain itu, tiroidektomi juga dilakukan pada seseorang dengan massa di kelenjar tiroid atau goiter yang sudah memberikan gejala klinis seperti disfagia (kesulitan menelan), dispnea (gangguan pernapasan), napas pendek, dan atau suara serak yang timbul akibat penekanan oleh kelenjar tiroid yang sangat besar. Tiroidektomi juga dapat dilakukan pada pasien dengan penyakit Graves yang sulit dikontrol dengan obat-obatan. Tiroidektomi juga dapat dilakukan untuk alasan kosmetik bila kelenjar tiroidnya sangat besar.[1][2][3][6] JenisBerdasarkan jaringan yang diangkat, tiroidektomi terbagi atas tiroidektomi total, lobektomi, tiroidektomi subtotal dan istmusektomi. Pada tiroidektomi total seluruh kelenjar tiroid diangkat, pada lobektomi (hemitiroidektomi) hanya sebagian kelenjar tiroid yang diangkat (hanya salah satu dari dua lobus kelenjar tiroid), pada tiroidektomi subtotal sebagian besar kelenjar tiroid diangkat dan hanya menyisakan sedikit jaringan di satu sisi, dan pada istmusektomi yang diangkat hanya bagian tengah kelenjar tiroid saja.[5][7] Berdasarkan metode operasinya, tiroidektomi terbagi atas tiga, tiroidektomi konvensional, tiroidektomi transoral, dan tiroidektomi endoskopi. Pada tiroidektomi konvensional, dilakukan sayatan yang berukuran 5–12 cm di bagian tengah leher sehingga kelenjar tiroid dapat langsung diakses dan diangkat. Tiroidektomi endoskopi menggunakan selang dengan kamera kecil dan hanya membutuhkan sayatan sepanjang kurang lebih 0,5–1 cm. Tiroidektomi transoral tidak memerlukan sayatan di bagian leher sehingga disebut juga scarless operation atau teknik operasi tanpa bekas luka.[5][8][9] KomplikasiSeperti halnya semua tindakan invasif, tiroidektomi memiliki komplikasi yang bisa terjadi selama operasi maupun setelah operasi. Kemungkinan komplikasi umum yang dapat terjadi pada operasi pengangkatan kelenjar tiroid adalah perdarahan dan infeksi. Secara khusus, komplikasi tindakan ini adalah cedera pada kelenjar paratiroid yang akan mengakibatkan gangguan berupa penurunan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia), kesulitan bernapas (komplikasi ini jarang terjadi), iritasi saraf laringeal rekurens yang akan menyebabkan suara menjadi serak, dan kerusakan saraf yang dapat menyebabkan suara menjadi serak secara permanen, batuk, kesulitan menelan, kesulitan berbicara dan perubahan suara lainnya.[2][3][5][9] Referensi
|