Tikusan
Tikusan (Clausena excavata) adalah salah satu spesies tanaman. Tanaman ini ditemukan di daerah Sumatera dan Jawa dengan nama daerah yang berbeda-beda, yaitu kayèe kunyèt (Aceh); siciriak (Minangkabau); sicerek (Melayu); ki bajetah (Sunda) dan tikusan (Jawa Tengah). Tanaman ini merupakan tumbuhan tahunan dengan tinggi 2–3 m dengan batang bulat, bercabang, berbulu, berkayu dan hijau kotor. Sedangkan daunnya majemuk, menyirip ganjil, berseling, bulat telur, ujung runcing, tepi rata, pangkal membulat, pertulangan menyirip, panjang 4 - 71/2 cm, lebar 2–4 cm, tangkai pendek, permukaan berbulu halus dan hijau. Bunga tanaman ini majemuk dan berbentuk malai, berada pada ketiak daun dan di ujung batang, berbulu dengan panjang ± 10 cm. Kelopak bunga berbulu, berlekatan, ujung bertajuk, hijau, mahkota lepas, bentuk pita, berwarna putih. Tangkai benang sari putih, kepala sari kuning keputih-putihan, tangkai putik hijau kekuningan, kepala putik kuning dan ungu. Buahnya buni, bulat, diameter ± 1 cm, masih muda hijau setelah tua jingga. Bijinya bulat telur, diameter ± 5 mm, hijau bergaris putih dengan akar tunggang dan berwarna putih kotor.[2] KhasiatDaun tikusan dapat digunakan dalam pengobatan demam, disentri, mencret dan sakit kuning. Daun Clausena excavata juga berkhasiat sebagai obat luka baru. Untuk obat luka baru dipakai ± 5 gram daun segar, dicuci, ditumbuk sampai lumat lalu ditempelkan pada luka dan dibalut dengan kain bersih.[2] Di daerah Jawa, tanaman ini diolah menjadi obat batuk dan penghangat tubuh. Clausena excavata juga mengandung senyawa yang memiliki beragam bioaktivitas seperti anti kanker, anti fungal, anti platelet, anti micobacterial, anti plasmodial, anti obesitas, anti inflamasi, dan anti diabetes.[3] Kandungan KimiaPengujian fitokimia dan analisa spektroskopi FTIR menunjukkan bahwa ekstrak daun Clausena excavata mengandung saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, triterpenoid, kumarin dan tanin.[3]
Referensi
|