Nguyễn Phúc Miên Tông (6 Juni 1807 – 4 November 1847) adalah kaisar ketiga dari Dinasti NguyễnVietnam yang menggunakan nama pemerintahanThiệu Trị. Ia adalah putra sulung dari Kaisar Minh Mạng, dan memerintah dari 14 Februari 1841 sampai kematiannya pada 4 November 1847.[1]
Biografi
Kaisar Thiệu Trị tidak banyak berbeda dengan ayahnya, Minh Mạng; ia meneruskan kebijakan-kebijakan isolasionisme dan berakar pada Konfusianisme. Meskipun memperoleh pendidikan tinggi dalam tradisi Konfusian, Thiệu Trị juga memiliki rasa ingin tahu mengenai Barat, namun, sama seperti ayahnya, ia sangat mencurigai semua orang luar non Tionghoa. Di saat yang sama, bangsa Prancis berada dalam suatu perlombaan kolonial dengan Britania Raya dan sangat menginginkan adanya hubungan yang lebih kuat dengan Indocina. Hal ini, sama seperti pada masa pemerintahan Minh Mạng, juga mendatangkan banyak misionaris Kristen, kebanyakan dari Spanyol dan Prancis, yang mengabaikan larangan yang ada. Ketika Trị mulai memenjarakan para misionaris, Prancis segera menanggapinya. Pada tahun 1843, pemerintah Prancis mengirm suatu ekspedisi militer ke Indocina dengan perintah untuk melindungi dan membela kepentingan Prancis, membebaskan para misionaris ilegal, jika memungkinkan tanpa menyebabkan suatu insiden internasional.[2][3]
Tekad Trị untuk melenyapkan semua misionaris Katolik Roma dari negaranya tidak berhasil direkonsiliasi dengan adanya suatu hubungan hubungan damai dengan Prancis. Pada tahun 1845, hal ini hampir memicu bentrokan antara Vietnam dan USS Constitution, sebuah kapal perang Amerika, yang berusaha memaksa Trị untuk membebaskan seorang misionaris, Dominique Lefèbvre, yang telah berulang kali datang ke Vietnam secara ilegal. Satuan tugas dari Prancis tiba di Turon pada tanggal 23 Maret 1847, dan menuntut jaminan keselamatan semua warga Prancis serta agar Thiệu Trị menghentikan penganiayaan terhadap para misionaris.
Para mandarin kekaisaran menangguhkan penyampaian jawaban dari kaisar, dan pertempuran segera terjadi. Thiệu Trị telah membangun kubu pertahanan di pesisir, tetapi pasukan Prancis dengan mudah mengalahkan orang-orang Vietnam karena Dinasti Nguyễn lebih rendah peralatannya. Semua benteng pantai Vietnam dihancurkan dan tiga kapal jung Nguyễn ditenggelamkan sebelum skuadron Prancis pergi berlayar kembali. Trị menyebut semua misionaris adalah mata-mata musuh dan memerintahkan supaya semua umat Kristen dieksekusi di tempat. Para mandarin tidak menjalankan perintah ini dan Thiệu Trị meninggal tidak lama setelah itu; pada kenyataannya tidak ada satu pun misionaris yang dieksekusi selama pemerintahannya.[4]
Referensi
^Erica J. Peters - Appetites and Aspirations in Vietnam: 2011 -Page 32
"Tự Đức (1847–1883) Minh Mạng's eldest son, Thiệu Trị, ruled from his father's death in 1841 until his own demise in 1847. Thiệu Trị passed over his eldest son to leave the throne to his second son, who ruled from 1847 to 1883"
^Jacob Ramsay Mandarins and Martyrs: The Church and the Nguyen Dynasty 2008 "The start of Thiệu Trị's reign saw, for example, an immediate revival of Buddhism at court. A devout Buddhist, Thiệu Trị ordered elaborate mourning rites for his father's funeral."
^Nghia M. Vo Saigon: A History -2011 Page 59 "In March 1843, the Heroine arrived in Đà Nẳng harbor, asking for the release of five imprisoned missionaries. King Thiệu Trị complied."
^Charles Keith - Catholic Vietnam: A Church from Empire to Nation -2012 Page 46 "The French raids at Đà nẵng in 1847 ended Thiệu Trị's more relaxed policies toward Catholics, and his successor the Tự Đức emperor, who came to power shortly thereafter, issued in the late 1840s and early 1850s a new wave of edicts ..."