The Rain adalah sebuah grup musik Indonesia yang berasal dari Yogyakarta dan telah berkarya selama lebih 20 tahun. Sejak awal berdiri hingga saat ini, grup musik yang dibentuk pada 31 Desember 2001 ini digawangi oleh Indra Prasta (vokal, gitar), Aang Anggoro (drum), Ipul Bahri (bass) dan Iwan Tanda (gitar, vokal).
Hingga 2022, The Rain telah merilis tujuh album studio: Hujan Kali Ini (2003), Senandung Kala Hujan (2005), Serenade (2007), Perjalanan Tak Tergantikan (2009), Jingga Senja dan Deru Hujan (2012), Jabat Erat (2016) dan Mereka Bilang Kita Terjebak Bersama (2022). [butuh rujukan]
Selain tujuh album studio, mereka juga merilis sebuah komik banyolan berjudul Komik Cihuy Anak Band pada pertengahan 2010, disusul dengan novel The Almost Brothers pada 2011.[butuh rujukan]
Pada 31 Desember 2012, The Rain merilis box set The Rain 2000–2012 yang merupakan rekam jejak perjalanan mereka sejak cikal bakal The Rain dimulai pada tahun 2000 hingga dirilisnya album kelima pada tahun 2012. Di dalam box set ini juga terdapat booklet berisi foto-foto The Rain yang belum dipublikasikan sebelumnya.[butuh rujukan]
The Rain menjadi band pertama di Indonesia yang merilis single baru pada tanggal dan bulan yang sama selama tiga tahun berturut-turut. Sejak 2013 hingga 2015, The Rain merilis sebuah single baru pada setiap tanggal 18 November. Single kolaborasi bersama Endank Soekamti berjudul "Terlatih Patah Hati" dirilis pada 18 November 2013. Tepat setahun setelahnya, The Rain merilis single "Gagal Bersembunyi".[1][2] Pada 18 November 2015, The Rain merilis single "Penawar Letih" sebagai penutup trilogi tersebut. Ketiga lagu tersebut akhirnya dirilis dalam format fisik lewat album Jabat Erat pada 10 September 2016.[butuh rujukan]
Pada Desember 2018, dalam rangka ulang tahun The Rain ke-17, The Rain menggelar Bioskop Hujan, sebuah konser tunggal di dalam gedung bioskop. Tiket konser tersebut terjual habis tepat sebulan sebelum hari H, dan sejak saat itu, di setiap akhir tahun, The Rain selalu menggelar konser ulang tahun dengan tema yang berbeda-beda.[butuh rujukan]
Biografi
Awal Terbentuk
Selepas lulus SMA pada pertengahan 1998, Indra Prasta hijrah dari Pekanbaru, kampung halamannya, ke Yogyakarta. Di kota itu, Indra berkenalan dengan Iwan Tanda, seorang gitaris lokal yang membuka kursus gitar elektrik secara privat. Indra mulai belajar gitar elektrik pada Iwan dan mereka menemukan kecocokan dalam selera musik. Iwan mengajak Indra bergabung dalam No Rain, band yang dibentuknya bersama Olive (alm.), Dhian (alm.) dan Iko. Demo lagu No Rain mendapatkan airplay di beberapa radio lokal dan membuka jalan bagi No Rain untuk manggung di berbagai acara musik di Yogyakarta saat itu. Setelah mereka berlima bubar jalan pada tahun 2000, Iwan dan Indra bertemu Aang Anggoro dan Ipul Bahri di studio Alamanda, sebuah studio yang menjadi tempat berkumpul banyak musisi Yogyakarta dari berbagai genre musik. Berempat, Indra, Iwan, Ipul dan Aang meneruskan nama No Rain hingga tahun 2001. Nama The Rain pertama kali diresmikan saat mereka manggung di lembah UGM pada tanggal 31 Desember 2001.[butuh rujukan]
Hujan Kali Ini
Album pertama The Rain, Hujan Kali Ini, dirilis pada tahun 2003 dan menelurkan banyak hits seperti Dengar Bisikku, Jangan Pergi, Terima Kasih Karena Kau Mencintaiku dan Coba Lupakan Kamu. Album ini mendapatkan Golden Award, terjual sebanyak 150 ribu kopi. Lewat album perdana ini mereka mulai sering manggung ke berbagai penjuru Indonesia. Beberapa lagu di album ini dipakai menjadi theme song beberapa sinetron, salah satunya adalah sinetron Cintaku di Kampus Biru.[butuh rujukan]
Lagu Dengar Bisikku hingga saat ini masih menjadi salah satu lagu The Rain yang paling banyak di-request dan masih mendapat airplay yang tinggi di radio-radio seluruh Indonesia.[butuh rujukan]
Senandung Kala Hujan
Satu setengah tahun setelah album pertama dirilis, The Rain memulai penggarapan album kedua. Direkam selama sebulan di kawasan Ciganjur, Jakarta, album Senandung Kala Hujan dirilis pada 2005, dengan hits seperti Tolong Aku, Kau Buat Aku Menunggu dan Bulan Sabit. Lewat album ini, The Rain semakin serius menggarap konsep pertunjukan live mereka. Sebagian besar konser mereka saat itu tercatat sold out.[butuh rujukan]
Serenade dan Pergantian Label
Pada 2007, setelah mengumpulkan lebih dari 30 demo lagu baru, The Rain memutuskan untuk merekam album ketiga mereka di Lahaneross Studio, Yogyakarta. Krisna Sadrach dari Sucker Head bertindak sebagai produser untuk beberapa lagu di album ini. Album Serenade dirilis dengan lagu Terlalu Indah sebagai single perdana dan langsung mendapat airplay yang tinggi di radio. Tak lama kemudian, The Rain menjadi nominator dalam IKONTM ASEAN Music Initiative Awards.[butuh rujukan]
Pada tahun 2008, The Rain menjadi nominator Bands Who Can Free Their Voice dalam sebuah festival musik tahunan di Indonesia, bersama dengan J-Rocks, Padi, Nidji dan beberapa band lain. Tak lama kemudian, The Rain terlibat dalam tur Rising Stars.[butuh rujukan]
Pada pertengahan tahun 2008, setelah menyelesaikan kontrak tiga album dengan Prosound/Trinity Optima Production, The Rain kembali menggarap beberapa demo lagu baru. Tak lama kemudian, mereka menandatangani kontrak kerjasama dengan Nagaswara.[butuh rujukan]
Perjalanan Tak Tergantikan dan Proyek Komik
Di awal 2009, album Perjalanan Tak Tergantikan dirilis. Lagu Boleh Saja Benci dipilih menjadi single pertama album ini. Untuk video klip lagu ini, The Rain mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai pemrakarsa penggunaan payung terbanyak dalam sebuah video klip. Tak lama setelah dirilis, Boleh Saja Benci masuk dalam Top 10 Ring Back Tone terlaris di salah satu provider seluler. Disusul oleh single Meninggalkan Cerita Ini, Percaya dan Perjalanan Tak Tergantikan.[butuh rujukan]
Pada bulan Juli 2010, secara mengejutkan mereka merilis Komik Cihuy Anak Band, sebuah komik banyolan tentang realita dunia anak band di Indonesia. Komik ini menjadi bahasan di skala nasional, mengundang perhatian karena mengangkat hal-hal belakang layar yang selama ini jarang diangkat. Lewat Komik Cihuy Anak Band, The Rain membawa sesuatu yang berbeda di industri musik Indonesia.[3]
Novel The Almost Brothers dan Jingga Senja dan Deru Hujan
Beberapa bulan setelah merilis Komik Cihuy Anak Band, The Rain merilis sebuah single baru berjudul Bermain dengan Hatiku. Di single ini, The Rain kembali ke nuansa lagu di album-album awal mereka. Sebuah lagu mellow dengan orkestrasi yang menghanyutkan. Indra mengaku terpengaruh musik Gilbert O'Sullivan pada saat menulis lagu tersebut.[butuh rujukan]
Pengerjaan album kelima The Rain tertunda karena jadwal The Rain dan kesibukan masing-masing personel. Setelah menyelesaikan sebuah tur di pertengahan 2011, The Rain baru mulai merekam album kelima mereka yang diberi judul Jingga Senja dan Deru Hujan. Pada 31 Desember 2011, tepat di ulangtahun The Rain yang kesepuluh, Indra merilis sebuah novel komedi berjudul The Almost Brothers yang diangkat dari Komik Cihuy Anak Band.[butuh rujukan]
Pada 22 Februari 2012, 3 tahun setelah album Perjalanan Tak Tergantikan, album Jingga Senja dan Deru Hujan akhirnya dirilis. Album ini menjadi penanda perjalanan satu dekade The Rain. Di album ini, untuk pertama kalinya The Rain merekam sebuah lagu cover, Sepanjang Jalan Kenangan karya Is Haryanto. Pada 31 Desember 2012, The Rain merilis box set THE RAIN 2000 - 2012 yang merupakan rekam jejak perjalanan mereka sejak cikal bakal The Rain dimulai pada tahun 2000 hingga dirilisnya album Jingga Senja dan Deru Hujan.[butuh rujukan]
Trilogi 18 November 2013-2015
Setelah memutuskan kontrak dengan Nagaswara, The Rain mendirikan label indie mereka sendiri yang diberi nama Heavy Rain Records. Sebuah single baru berjudul Terlatih Patah Hati mulai dikerjakan di pertengahan 2013. Di tengah proses pengerjaan, Stephan Santoso dari Musikimia bergabung sebagai produser. Lalu mereka mengajak Endank Soekamti, sahabat seperjuangan beda genre dari Jogja, untuk ikut mengisi suara di beberapa bagian lagu itu. Proses rekamannya cukup unik. Kirim-mengirim data suara. Setelah tracks dasar direkam di Jakarta, hasilnya dikirim ke Yogyakarta di mana Endank Soekamti mengisi bagian vokal mereka, lalu hasilnya dikirim kembali ke Jakarta untuk proses mixing dan mastering. Terlatih Patah Hati dirilis pada 18 November 2013 oleh Heavy Rain Records dengan kerja sama titip distribusi dengan GP Records. Tak lama setelah dirilis, Single tersebut memuncaki chart banyak radio di seluruh Indonesia. Pada bulan Juni 2014, The Rain mendapatkan nominasi Anugerah Musik Indonesia 2014 untuk kategori Kolaborasi Pop/Urban Terbaik lewat single tersebut. Dalam gelaran tahunan HAI Music Awards 2014 yang digelar oleh majalah HAI, Terlatih Patah Hati memenangkan penghargaan sebagai Single of the Year.[butuh rujukan]
Tepat setahun setelah Terlatih Patah Hati dirilis, The Rain merilis single Gagal Bersembunyi pada 18 November 2014. Video klip Gagal Bersembunyi merupakan sekuel dari video klip Terlatih Patah Hati. Tak lama setelah dirilis, Gagal Bersembunyi dinominasikan sebagai Song of the Year dalam ajang Indonesian Choice Awards 2015. Single Gagal Bersembunyi juga pernah dijadikan sebuah soundtrack dalam kedua film, yakni Relationshit dan Mariposa.[butuh rujukan]
Pada 18 November 2015, The Rain merilis Penawar Letih sebagai penutup trilogi 18 November 2013-2015. Lagu ini menuturkan cerita yang berbeda dari Terlatih Patah Hati dan Gagal Bersembunyi, namun memiliki pesan penyemangat yang sama: Menertawakan getirnya hidup akan memperingan langkah. Dipilih menjadi penutup trilogi, Penawar Letih terinspirasi dari hiruk-pikuk kehidupan di kota besar.[butuh rujukan]
Suasana swadaya terlihat kental di penggarapan trilogi ini. Setelah menyepakati timeline dan menyocokkan jadwal pribadi masing-masing, The Rain mulai bergerak. Seluruh proses yang ada, mulai dari workshop, rekaman hingga mixing dan mastering, dari pengerjaan artwork hingga rilisan pers, dari desain website hingga pengerjaan merchandise terbaru, dan berbagai hal lainnya, dilakukan secara gotong-royong.[butuh rujukan]
Lewat trilogi 18 November 2013-2015 ini, The Rain ingin membuktikan bahwa terlepas dari bagaimanapun kondisi industri musik Indonesia saat itu, selalu ada cara untuk berbicara lewat karya, tanpa mencari sensasi lewat hal-hal tidak penting.[butuh rujukan]
Jabat Erat
Setelah trilogi 18 November, The Rain merayakan 15 tahun perjalanan mereka lewat album Jabat Erat yang dirilis pada 10 September 2016. Trilogi 18 November yang sebelumnya hanya dirilis secara digital, akhirnya dirilis dalam format fisik lewat album ini.[butuh rujukan]
Album Jabat Erat dikerjakan selama 3,5 tahun dan merupakan album pertama The Rain yang dirilis dengan cara indie lewat Heavy Rain Records. Single Berkunjung ke Kotamu menandai rilisnya album ini. Dilanjutkan dengan single Getir Menjadi Tawa Bila Kubersamanya. Pada 7 Juni 2017, The Rain merilis Hingga Detik Ini sebagai single ke-6 album ini Video lirik single Hingga Detik Ini yang dirilis di kanal YouTube The Rain menembus angka lebih dari 100.000 views dalam waktu lima hari setelah pertama kali ditayangkan.[butuh rujukan]
Di album ini, The Rain juga merekam sebuah lagu yang berjudul Jabat Erat sebagai ucapan terima kasih pada fans mereka yang biasa dipanggil TheRainKeepers. Hingga saat ini, album Jabat Erat merupakan album The Rain yang paling banyak memiliki hit singles dan sering disebut sebagai album terbaik yang pernah dirilis oleh The Rain.[butuh rujukan]
Mereka Bilang Kita Terjebak Bersama
Enam tahun setelah album Jabat Erat dirilis pada 2016, The Rain kembali dengan album studio ke-7 mereka yang diberi judul Mereka Bilang Kita Terjebak Bersama. Kesuksesan album Jabat Erat lewat barisan single-nya seperti Terlatih Patah Hati, Gagal Bersembunyi, Penawar Letih dan Hingga Detik Ini membuat The Rain tidak mau terburu-buru merilis album berikutnya. Indra, Iwan, Ipul dan Aang mulai mengerjakan album ini secara bertahap sejak awal 2018. “Sepertinya ini album The Rain yang penggarapannya paling lama,” ujar Indra. “Lagu-lagunya dikerjakan satu demi satu. Setelah sebuah lagu selesai, langsung dirilis sebagai single,” lanjutnya. “Kami melakukan itu selama beberapa tahun. Sempat terkendala oleh pandemi, hingga akhirnya kami kembali lagi ke studio dan menggarap lima lagu baru sekaligus.”[butuh rujukan]
Secara musik, The Rain terdengar semakin nyaman bertualang dengan berbagai warna baru. Ke-12 lagu di album ini memiliki karakternya masing-masing. Lagu Mendengar Kabar yang dirilis sebagai single berbarengan dengan rilisnya album ini terdengar seperti sebuah lagu pop Indonesia produksi akhir dekade 80an yang tersimpan di lemari studio dan tidak pernah dirilis selama lebih tiga puluh tahun setelah direkam, hingga akhirnya dirilis saat ini. “Kami sudah membayangkan banyak yang akan kaget ketika tahu The Rain muncul dengan warna seperti ini,” ujar Aang tentang single Mendengar Kabar. “Tapi itulah salah satu hal yang membuat berkarya tetap menyenangkan selama lebih 20 tahun ini,” lanjutnya. “Bertualang bersama lewat lagu-lagu baru yang kami garap berempat, tanpa takut kehilangan identitas.”[butuh rujukan]
The Rain tetap mengandalkan kekuatan lirik sederhana dalam menyampaikan pesan di tiap lagu. “Seperti mendengar seorang teman yang sedang bercerita,” ujar Ipul. Tema lagu-lagu di album ini sangat beragam. Di Perantauan bercerita tentang suka duka anak rantau. Salam dari Ibumu bercerita tentang upaya mundur dari sebuah friend zone yang membingungkan. Rencana Berbahaya, Upaya Maksimal dan Ujung Pertemuan merupakan bagian dari Tetralogi Jono dan Mira, empat buah single yang menjadi satu rangkaian, di mana bagian pertamanya, Hingga Detik Ini, telah dirilis lewat album sebelumnya. Terjebak bersama merangkum perjalanan The Rain selama ini.[butuh rujukan]
Anggota
- Indra Prasta: vokal, gitar
- Iwan Tanda: gitar, vokal latar
- Ipul Bahri: bas, vokal latar
- Aang Anggoro: drum
Diskografi
Pranala luar
Referensi