The Carpet from Bagdad adalah sebuah film petualanganbisu tahun 1915 asal Amerika yang disutradarai oleh Colin Campbell dan didasarkan pada novel tahun 1911 karya Harold MacGrath dengan judul yang sama. Dalam film ini, Horace Wadsworth (diperankan oleh Guy Oliver), salah satu anggota kelompok penjahat yang juga berencana merampok bank di New York, mencuri sajadah dari masjid Baghdad. Ia lalu menjual karpet tersebut ke pedagang barang antik George Jones (Wheeler Oakman) untuk mendanai rencana perampokan bank. Namun, pencurian karpet tersebut justru membuat dua pria tersebut dan Fortune Chedsoye (Kathlyn Williams), putri dari konspirator lainnya, berada dalam bahaya dari penjaga karpet tersebut.
Pemasaran untuk film ini meliputi kunjungan pers ke sejumlah lokasi pengambilan adegan dan penayangan khusus untuk tamu undangan yang disponsori oleh penerbit dari novel karya MacGrath. The Carpet from Bagdad kemudian resmi dirilis pada tanggal 3 Mei 1915 dan umumnya mendapat sambutan positif. Sejumlah pihak pun memuji adegan gurun yang diwarnai dan penggambaran Timur Tengah yang realistik di film ini, tetapi sejumlah pihak lain juga merasa bahwa penggambaran tersebut justru menutupi karakter-karakter yang ada di film ini. Mayoritas bagian dari film ini kini telah hilang, meskipun satu rol yang rusak berat berhasil diselamatkan dari RMS Lusitania pada tahun 1982.
Alur
Horace Wadsworth, saudara dari seorang bankir di New York, Arthur Wadsworth, bergabung ke sebuah kelompok penjahat mancanegara. Horace lalu berencana untuk merampok bank tempat Arthur bekerja dengan cara membangun terowongan dari rumah pedagang barang antik George Jones, yang saat itu sedang pergi ke Kairo untuk membeli karpet antik. Horace kemudian mengikuti Jones ke Kairo, dan menjadi tahu tentang Karpet Keramat Bagdad, sehingga Horace lalu bergabung ke karavan dari Mohamed, penjaga dari karpet tersebut. Sementara itu, sekutu Horace, Mayor Callahan dan Nyonya Chedsoye, datang ke Kairo bersama putri Nyonya Chedsoye, Fortune, yang tidak mengetahui kegiatan terlarang dari ibunya.
Saat Jones bertemu dengan para penjahat tersebut di Kairo, Jones menjadi tertarik dengan Fortune. Horace lalu mencuri Karpet Keramat Bagdad dari masjid tempat Mohamed beribadah dan menjualnya kepada Jones untuk mendanai rencana perampokannya. Fortune, yang menjadi curiga dengan ibunya dan peristiwa di sekitarnya, kemudian mencuri karpet tersebut dari Jones dan menyembunyikannya di ibunya. Tidak dapat menemukan karpetnya, Mohamed lalu menculik Horace, Jones, dan Fortune. Sementara itu, Nyonya Chedsoye dan Mayor Callahan kembali ke New York. Di sana, anggota keempat dari konspirasi tersebut, Wallace, berhasil memperoleh dokumen palsu agar dapat masuk ke rumah Jones.
Horace, Jones, dan Fortune kemudian berhasil kabur dari Mohamed dan melarikan diri ke Damaskus. Horace pun langsung kembali ke New York untuk bergabung kembali dengan rekannya. Fortune dan Jones, yang telah saling cinta, juga kembali ke New York. Setibanya di sana, Jones menyadari bahwa dokumennya telah dipalsukan, sehingga ia kembali ke rumahnya untuk mengkonfrontasi Horace dan rekannya, yang masih menyimpan Karpet Keramat Bagdad dan telah menyelesaikan pembangunan terowongan ke brankas dari bank tempat Arthur Wadsworth bekerja. Karena bersimpati dengan Horace setelah mengalami kejadian yang sama, Jones bersedia memberikan waktu dua jam kepada Horace dan rekannya sebelum ia melapor ke polisi, asal ia dapat menyimpan Karpet Keramat Bagdad. Sementara itu, Mohamed telah mengikhlaskan karpet tersebut.[1][2]
The Carpet from Bagdad adalah sebuah adaptasi film dari novel tahun 1911 karya Harold MacGrath dengan judul yang sama.[4] MacGrath adalah seorang penulis yang gemar bepergian dan telah menulis lebih dari selusin novel.[5] Cerita berlatar Asia cukup populer pada saat itu.[6]The Carpet from Bagdad dan adaptasi dari karya MacGrath sebelumnya yang juga dikerjakan oleh Selig Polyscope Company, yakni The Adventures of Kathlyn, pun sama-sama sebagian berlatar di Timur Dekat.[7]
Sutradara Colin Campbell sangat peduli dengan realisme dari film ini. Ia pun meminta pembangunan latar belakang khusus untuk menggambarkan jalanan di Kairo, Baghdad, dan Damaskus,[8] serta memakai hewan-hewan dari Kebun Binatang Selig.[4] Adegan berlatar belakang Gurun Arab dan Gurun Sahara difilmkan di gurun di California.[8][9] Busana yang dikenakan oleh karakter Arab adalah busana asli yang diimpor dari Arab, dan para aktor yang memerankan karakter Arab diharuskan untuk tetap berbusana sesuai dengan karakternya selama proses pengambilan gambar agar mereka terbiasa dengan busana tersebut.[9] Sebagian besar film ini, termasuk adegan di gurun, diwarnai dengan tangan.[10] Biaya produksi film ini saat itu mencapai $35.000,[11] setara $900.000 saat ini.[12]
William Selig mempromosikan studio dan film buatannya secara agresif. Salah satu bentuk promosinya adalah kunjungan pers pada bulan Maret 1915 ke Kebun Binatang Selig yang belum rampung. William pun mengizinkan wartawan untuk mengunjungi tempat pengambilan adegan pasar pada The Carpet from Bagdad.[13] Film ini adalah film pertama yang didistribusikan oleh V-L-S-E,[14] sebuah konglomerat yang didirikan oleh Vitagraph Studios, Lubin Manufacturing Company, Selig Polyscope Company, dan Essanay Studios.[15] Film ini juga ditayangkan secara khusus untuk tamu undangan di galeri seni dari Bobbs-Merrill Company, penerbit novel karya MacGrath, sehingga menjadi contoh awal dari pameran film fitur bersponsor di lokasi selain bioskop.[16]
Sambutan
The Carpet from Bagdad dirilis pada tanggal 3 Mei 1915,[1] dan umumnya disambut positif. Variety mendeskripsikan film ini sebagai sebuah film yang lebih menarik daripada judulnya, dengan "penyutradaraan dan akting yang sempurna".[4]Peter Milne dari Motion Picture News juga setuju dengan perhatian Campbell terhadap detail dan realisme dari film ini.[7] James McQuade dari The Moving Picture World memuji akting dan efek khusus dari film ini. Meskipun meyakini bahwa adegan di Kairo yang tidak difilmkan akan membuat motivasi Mohamed lebih mudah dipahami di dalam novel, James menganggap film ini sebagai "peringkat kedua" dari film karya Campbell tahun 1914 yang berjudul The Spoilers.[17] Ulasan Clarence Caine di Motography juga membandingkan The Carpet from Bagdad dengan The Spoilers, tetapi ia memandang warna film ini sebagai fitur terbaik dari film ini, khususnya pada adegan penutup film ini yang menampilkan matahari terbenam di gurun.[10] Beberapa ulasan di surat kabar juga memuji adegan gurun yang diwarnai,[18][19] dengan The Levin Chronicle dari Selandia Baru menyebut film ini sebagai "permata dari seni sinematografi" atas pemakaian warnanya.[20]Chicago Daily Tribune menawarkan opini yang lebih bercampur terhadap film ini; pengulas Kitty Kelly merasa sulit untuk memperhatikan karakter di film ini karena "tertutupi oleh lingkungannya", dan menganggap Williams yang sudah berusia 35 tahun tidak meyakinkan untuk berperan sebagai perempuan yang polos.[21]
Walaupun mendapat pujian dari sejumlah pengulas kontemporer, cendekiawan modern dari era film bisu tidak menganggap The Carpet from Bagdad sebagai sebuah adikarya, menurut Clyde Jeavons dari British Film Institute.[22]
Penemuan kembali beberapa bagian film
Seperti sejumlah film lain dari era bisu, The Carpet from Bagdad dipercaya telah hilang seluruhnya, namun pada tahun 1982, sebuah ekspedisi penyelaman dari Oceaneering International berhasil menyelamatkan sejumlah artefak dari puing-puing RMS Lusitania,[23] termasuk satu rol film. Dengan dibantu oleh penasihat teknikalBBC Laurie Ward, BFI National Archive kemudian berhasil memulihkan gambar dari sejumlah bagian dari rol film tersebut, sehingga cukup untuk mengidentifikasi judulnya, tetapi tidak untuk merestorasi rol film tersebut agar dapat ditayangkan kembali.[22] Meskipun terdapat bioskop di Lusitania, cetakan dari The Carpet from Bagdad mungkin dibawa ke London sebagai pratinjau untuk distributor film di sana, seperti halnya beberapa film lain yang diketahui juga pernah dibawa oleh Lusitania.[24]
^Afra K. (2010). "'Seventeen Happy Days' in Hollywood: Selig Polyscope's Promotional Campaign for the Movie Special of July 1915". Film History. 22 (2): 199–218. doi:10.2979/fil.2010.22.2.199. ISSN0892-2160.
Erish AA. (2012). Col. William N. Selig, the Man Who Invented Hollywood. University of Texas Press. ISBN978-0-292-72870-7.
Preston D. (2002). Lusitania: An Epic Tragedy. Walker Publishing. ISBN978-0-8027-1375-9.
Slide A. (1998). The New Historical Dictionary of the American Film Industry. Routledge. ISBN978-1-57958-056-8.
Waller GA. (2012). "Locating Early Non-Theatrical Audiences". Dalam Christie I. Audiences. The Key Debates. Amsterdam University Press. hlm. 81–95. ISBN978-90-8964-362-9.