Tentara Kandjeng Nabi MuhammadTentara Kandjeng Nabi Muhammad (TKNM) adalah sebuah organisasi pergerakan yang dibentuk dan berada dibawah kendali Sarekat Islam.[1] Organisasi ini didirikan pada tahun 1918 merespons penistaan agama yang dilakukan oleh Djawi Hisworo yang dalam salah satu artikelnya menyebut bahwa Nabi Muhammad adalah pengguna opium.[2] Tidak sampai disitu, bahkan Djawi Hisworo menyebut "Tuhan (umat Islam) adalah perempuan jalang".[3] Hal ini menimbulkan respons sangat keras dari Sarekat Islam dan memuat artikel kecaman dalam surat kabarnya yaitu Oetoesan Hindia.[4] TKNM sendiri berhasil mengumpulkan anggota dan dukungan dari ribuan massa umat Islam dan mereka juga berhasil mengumpulkan dana sebesar 3.000 Gulden dari para pendukungnya.[5] Dalam waktu singkat mereka berhasil mengadakan pertemuan akbar di Surabaya.[6] TKNM dipimpin langsung oleh Tjokroaminoto[7] yang tidak lain merupakan pemimpin di Sarekat Islam.[8] Tidak sampai disitu, berkat kepiawaiannya, ia bahkan dijuluki "Raja Jawa Tanpa Mahkota"[9] TKNM berhasil menghimpun keanggotaan tidak hanya dari pulau Jawa namun juga dari pulau Sumatera.[10] Meskipun demikian, penulis artikel Djawi Hisworo menampik mereka melakukan penistaan karena artikel kontroversial tersebut tidak ditujukan pada umat Islam.[11] Artikel tersebut lahir saat Oetoesan Hindia menuliskan kecaman pada akhir Januari 1918.[12] Hal yang menarik ialah, ketika di Jawa dan Sumatera, gerakan ini mendapatkan dukungan besar namun tidak di Semarang.[13] Hal ini disebabkan di Semarang Sarekat Islam telah dikuasai oleh pihak komunis, sehingga mereka merasa pembentukan TKNM adalah "akal-akalan" Tjokroaminto untuk meraih keuntungan.[14] Sarekat Islam di Semarang dikelola oleh Semaoen.[15] TKNM juga absen di Yogyakarta bukan karena tidak ada dukungan namun karena keberadaan Muhammadiyah dianggap telah mewakili suara TKNM yang mempunyai misi yang sama.[16] Ahmad Dahlan juga memberikan teguran pada peniulis artikel Djawi Hisworo melalu surat.[17] Adik Tjokroaminoto sekaligus Sekretaris SI Surabaya, Abikoesno Tjokrosoeroso, berseru di surat kabar Oetoesan Hindia agar rakyat segera bergerak membela Islam serta mendesak Susuhunan Surakarta dan pemerintah Hindia Belanda agar menghukum Martodharsono serta Djojodikoro karena telah melecehkan Islam.[18] Tudingan Korupsi pada TjokroaminotoTerbentuknya TKNM ternyata juga berdampak pada pribadi Tjokroaminoto, dirinya dituduh melakukan korupsi dana TKNM[19] Tudingan tersebut dilakukan oleh Darsono yang kemudian hari berkontribusi atas lahirnya PKI di Indonesia.[20] Serangan dari Darsono ini tak bisa diremehkan karena segera menjadi isu yang dibicarakan. Bahkan, istilah “meng-Tjokro”, yang dimaksudkan bermakna “menggelapkan”, sontak populer dalam khasanah pergerakan di awal dekade kedua abad ke-20 itu.[19] Namun Darsono sendiri tidak dapat membuktikan tuduhan tersebut.[20] Isi Artikel Kontroversial yang Memicu terbentuknya TKNMRujukan
|