Tembok Besar Ming (明長城; Ming changcheng), dibangun oleh Dinasti Ming (1368–1644), membentuk bagian yang paling terlihat dari Tembok Besar Tiongkok saat ini. Sebuah survei arkeologis yang komprehensif, menggunakan teknologi canggih, telah menyimpulkan bahwa ukuran tembok Ming 8.850 km (5.500 mi) dari Lintasan Jiayu di barat menuju laut di Lintasan Shanhai, kemudian berputar untuk berakhir di Manchuria di Tembok Besar Hushan.[1] Ini meliputi 6.259 km (3.889 mi) bagian dari tembok sebenarnya, 359 km (223 mi) parit pertahanan, dan 2.232 km (1.387 mi) perintang defensif alami seperti perbukitan dan sungai.[1]
Meskipun tembok Ming umumnya disebut sebagai "Tembok Besar" (changcheng) pada zaman modern, pada zaman Ming mereka disebut "perintang perbatasan" (邊牆; bianqiang) oleh orang Tiongkok, karena Istilah changcheng dikatakan membangkitkan citra tirani Qin Shi Huang (260-210 SM) dan dikaitkan dengan Tembok Besar Qin.[2]
Pada tahun 1368, Kaisar Hongwu (Zhu Yuanzhang, berkuasa 1368-1398) menggulingkan dan mengusir Dinasti Yuan yang dipimpin bangsa Mongol dari Tiongkok dan mendirikan Dinasti Ming. Bangsa Mongol melarikan diri kembali ke Mongolia, tetapi bahkan setelah banyak kampanye militer, masalah Mongol tetap ada.[3]
Pada tahun-tahun awal masa kekuasaannya, Hongwu membayangkan kebijakan perbatasan dengan pasukan bergerak di sepanjang perbatasan utara menjaga keamanan Tiongkok. Untuk tujuan ini, dia mendirikan "delapan garnisun terluar" dekat dengan stepa dan sebuah garis dalam benteng yang lebih cocok untuk pertahanan. Garis dalam ini merupakan cikal bakal Tembok Besar Ming.[4] Pada tahun 1373, ketika pasukan Ming menghadapi kemunduran, Hongwu lebih menekankan pertahanan dan menyetujui saran Hua Yunlong (華雲龍) untuk membentuk garnisun di 130 lintasan dan titik strategis lainnya di daerah Beijing.[5] Lebih banyak posisi didirikan pada tahun-tahun hingga kematian Hongwu pada 1398, dan menara pengawas diawaki dari Laut Bohai hingga Beijing dan lebih jauh hingga stepa Mongolia.[5][6] Namun, posisi-posisi ini bukan untuk sebuah pertahanan linier melainkan pertahanan regional dengan tembok-tembok tidak memiliki fitur yang berat, dan taktik ofensif tetap menjadi kebijakan menyeluruh pada saat itu.[5]
Atwell, William (2008), "The T'ai-ch'ang, T'ien-ch'i, and Ch'ung-chen reigns, 1620–1644", dalam Frederick W. Mote and Denis Twitchett, The Cambridge History of China Volume 7: The Ming Dynasty, 1368–1644, Part 1, Cambridge: Cambridge University Press, hlm. 585–640, ISBN978-0-521-24332-2