Megiddo (Tel Megiddo atau Megido) adalah sebuah lembah di Israel di dekat kota modern Megiddo, tempat yang diketahui dari aspek teologi, sejarah dan geografi.
Pada masa lalu Megido adalah kota yang penting. Nama alternatif dari Tel Megiddo adalah Tell al-Mutesellim (nama bahasa Arab). Berdasarkan beberapa interpretasi dari Alkitab, tempat ini adalah tempat terjadinya Armageddon (berasal dari nama tempat dalam bahasa Ibrani har-magedon) atau tempat perang terakhir antara Yesus Kristus dengan Setan atau Anti-Kristus pada akhir zaman.[1]
Di lembah Megiddo ditemukan 26 reruntuhan kota kuno di lokasi yang strategis di depan pintu masuk Gunung Karmel, yang akan menuju Lembah Jezreel dari barat.
Sejarah
Megido adalah sebuah situs yang penting di dunia kuno, karena merupakan sebuah rute perdagangan yang menghubungkan Mesir dan Siria. Karena lokasinya yang strategis sebagai persimpangan beberapa rute besar, Meggido dan sekitarnya menjadi saksi beberapa peperangan penting dalam sejarah. Situs ini telah berdiri sejak 7000 SM sampai 500 SM.
Megido disebutkan pada tulisan Mesir Kuno karena salah satu raja Mesir atau Firaun, Thutmose III, mengadakan perang ke kota tersebut pada 1478 SM. Peperangan itu dideskripsikan secara detail di tulisan hieroglyph yang ditemukan di kuil Mesir. Di sebutkan di Alkitab adalah (דרך הים), atau " Jalan untuk menuju ke Laut," Megido kemudian menjadi artileri militer Kekaisaran Romawi yang penting disebut dengan nama "Via Maris".
Saat ini, Megido adalah persimpangan jalan utama yang menghubungkan Israel pusat dengan Galilea dan wilayah bagian utara.
Megido telah menjadi situs dari beberapa peperangan dalam sejarah, Situs ini telah berganti kepemilikan beberapa kali. Ada tiga pertarungan yang terkenal yaitu:
Pertempuran Megido (abad ke 15 SM)): Peperangan antara pasukan Firaun Mesir, yaitu Thutmose III dengan Rakyat Kanaan yang dipimpin oleh penguasa Megiddo dan Kadesh: ini adalah dokumentasi peperangan pertama yang terekam dalam sejarah.
Pertempuran Megido (609 SM): Peperangan antara Firaun Nekho dari Kerajaan Mesir dengan Kerajaan Yehuda, di mana raja Yosia terluka dan kemudian wafat.
Pertempuran Megido (1918): Peperangan selama Perang Dunia I antara sekutu, dipimpin oleh Jenderal Edmund Henry Hynman Allenby, dengan pasukan Ottoman
Pertarungan militer terakhir pada sejarah dunia, bertempat di Megido atau dekat Megido, yang terdapat dalam Perjanjian Baru di Kitab Wahyu: Armageddon, sebuah tempat pertarungan antara pasukan kebaikan melawan kejahatan yang akan menjadi Akhir Zaman[2]
Megido telah digali selama 3 kali. Penggalian pertama terjadi antara 1903 dan 1905 oleh Gottlieb Schumacher untuk Asosiasi German untuk Penelitian Oriental. Pada 1925, penggalian dilanjutkan oleh Institusi Oriental dari Universitas Chicago, didanai oleh John D. Rockefeller Jr. sampai Perang Dunia II. Selama penggalian ini ditemukan ada 21 tingkat kehidupan, dan banyak penemuan itu disimpan di Museum Rockefeller, Yerusalem dan di Institut Oriental Universitas Chicago.
Yigael Yadin melanjutkan penggalian kecil pada tahun 1960 Megido menjadi tempat yang sering di gali sejak tahun 1994 yang diadakan oleh Universitas Tel Aviv, dikepalai oleh Israel Finkelstein dan David Ussishkin, bersama dengan konsorsium universitas internasional
Gereja kuno yang ditemukan di bawah penjara
Pada tahun 2005, Arkeologis Israel, Yotam Tepper, dari Universitas Tel Aviv menemukan reruntuhan gereja, yang diyakini berasal dari abad ketiga, ketika Kristen masih disiksa oleh Kekaisaran Romawi. Di antara penemuan itu terdapat "Mosaik" berukuran kira-kira 54 meter persegi dengan bahasa Yunani yang menjelaskan status bahwa gereja itu berkonsentrasi pada YesusKristus. Mosaik itu berbentuk "Ichthys" (= ikan), sebuah simbol Kristen mula-mula. Dispekulasikan gereja ini mungkin adalah gereja tertua yang tersisa di Megido.
[3] Reruntuhan itu ditemukan di dasar sebuah penjara militer, dan otoritas Israel merencanakan untuk memindahkan penjara tersebut.
Sebuah inskripsi pada Gereja Megido menyebut nama seorang pejabat Romawi, "Gaianus," sebagai "orang yang mendonasikan uangnya sendiri" untuk membuat mosaik tersebut. Beberapa pihak heran, mengapa seorang Romawi mengambil risiko mengenai kariernya bahkan nyawanya untuk membuat sebuah gereja.[4]
Situs Kandang Megido
Pada Megido terdapat dua kompleks kandang yang digali dari Stratum IV-A, satu di bagian utara dan satu lagi di bagian selatan. Di Kompleks selatan terdapat lima struktur bangunan yang mengitari lapangan. Bangunan itu sendiri dibagi menjadi tiga seksi. Bangunan tersebut mempunyai panjang 21 meter dan lebar 11 meter. Bangunan di selatan mempunyai kapasitas total 30 kuda. Bangunan bagian utara mempunyai konstruksi yang sama dengan bagian selatan, tetapi tidak mempunyai lapangan pada bagian tengah. Kapasitas bangunan utara adalah 300 kuda. Kedua kompleks bisa menampung 450-480 kuda jika dikombinasikan.
Bangunan kandang ini ditemukan selama penggalian antara 1927 dan 1934 di Megiddo. Kepala Penggalian P.L.O. Guy, menginterpretasikan bangunan ini sebagai kandang. Sejak konklusinya di tantang oleh cendekiawan seperti James B. Pritchard, Ze’ev Herzog, dan Yohanan Aharoni. Mereka menyarankan bangunan tersebut sebagai gudang, pasar atau barak.
[5]