Tangkis adalah desa di kecamatan Guntur, Demak, Jawa Tengah, Indonesia.
Asal Usul
Sejarah desa Tangkis tak terlepas dari kisah WALIYULLAH AHMAD KHOIRUDIN dan istrinya NYI BAWOK. Mereka adalah pendiri dan pemberi nama Desa Tangkis.
Pada tahun 1993, tepatnya hari Jum’at, tanggal 15 Januari 1993/27 Rajab 1414 H, Desa Tangkis Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, digegerkan dengan penemuan jenazah seorang laki-laki paruhbaya yang masih utuh beserta kain kafannya. Kala itu, mbah sumi, warga Desa Tangkis, telah meninggal dunia. Ketika dibuatkan liang kubur, diketemukanlah jenazah yang masih utuh tersebut. Menurut penuturan warga yang ikut menggali liang lahat, ketika menggali liang lahat sudah ditemukan tulang belulang manusia hingga 2 lapis, sampai pada lapis ke tiga baru diketemukan jenazah yang masih utuh tersebut. Hal ini menunjukkan jika usia makam jenazah tersebut sudah sangat lama, hingga ratusan tahun.
Jenazah tersebut diyakini suami dari tokoh yang babat alas Desa Tangkis (Nyi Bawok), yang bernama Simbah Ahmad Khoerudin yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Wali.
Simbah Ahmad Khoerudin berasal dari daerah Cirebon. Beliau datang ke Desa Tangkis untuk berdakwah. Kala itu, warga desa masih minim pengetahuan agama dan memiliki tabiat yang kurang baik. Mereka suka berjudi, mabuk-mabukan dan suka mengadakan tayuban yang syarat akan kemaksiatan. Dengan metode dakwah yang bijak, Simbah Ahmad Khoerudin mampu meluluhkan hati warga, hingga dalam waktu singkat beliau berhasil mengajak warga untuk lebih dekat dengan Tuhan. Karakter warga pun berubah drastis, lebih-lebih ketika beliau berhasil menikahi wanita yang dituakan di Desa tersebut, tidak lagi dijumpai adanya perjudian, mabuk-mabukan, tayuban yang syarat akan kemaksiatan. Kini karakter warga lebih relegius. Maka oleh Simbah Ahmad Khoerudin Desa tersebut kemudian diberi nama TANGKIS (Bahasa Jawa Tangkis = balek/baleake/nulak) dan Istrinya berganti nama menjadi Siti Ruqoyah. Untuk memantapkan dan menyempurnakan iman istrinya, Simbah Ahmad Khoerudin mengajak Siti Ruqayah beribadah ke tanah suci. Kini Ruqoyah benar-benar menjadi wanita sholehah yang sangat berbakti kepada suami. Dibawah kepemimpinan Siti Ruqoyah yang relegius, Desa Tangkis menjadi makin makmur, aman dan tenteram.
Suatu ketika, Simbah Ahmad Khoerudin bermaksud ingin beribadah ketanah suci sendirian, istrinya diminta untuk tetap menjaga dan memimpin desa dengan amanah. Sebelum berangkat beliau berpesan kepada istrinya; “jika selama dua tahun aku tidak kembali berarti aku telah meninggal di tanah suci, ikhlaskan aku dan tetaplah pimpin Desa Tangkis dengan amanah dan jangan pernah meninggalkan Allah”. Ruqayah pun berjanji akan melaksanakan pesan suaminya.
Ruqoyah benar-benar melaksanakan amanah suami, beliau memimpin desa dengan amanah dan tidak pernah meninggalkan Allah sambil selalu menanti suami yang dicintainya pulang. Hari berganti hari bulan berganti bulan Ruqoyah selalu dalam penantian, hingga dua tahun lewat suaminya pun tak kunjung pulang juga. Sesuai dengan pesan suaminya, jika dua tahun beliau tidak pulang berarti beliau telah meninggal. Ruqoyah pun tak kuasa menahan perasaan sedih karena imam yang mampu mengubah dirinya menjadi muslimah yang taat, kini telah berpulang kembali kepada Allah SWT.
Rasa cinta Ruqoyah yang berlebihan membuat hatinya tidak dapat merelakan kepergian suaminya, hingga Ruqoyah pun larut dalam kesedihan. Rupanya syetan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dalam perasaan gundah inilah, syetan merasuk dalam hati dan pikiran Ruqoyah, menggoda dengan rayuan dan tipu muslihatnya hingga Ruqoyah tak berdaya dan hanyut dalam tipu daya syetan. Ruqoyah mulai marah dan tidak menerima takdir Allah. Dia mulai meninggalkan Allah dan kembali gemar mengadakan tayuban yang syarat akan kemaksiatan. Kini desa Tangkis banyak dijumpai lagi perjudian, mabuk-mabukan, pesta pora, kembali seperti keadaan semula, sebelum kedatangan Simbah Ahmad Khoerudin.
Anggapan Ruqoyah tentang kepergian suaminya ternyata salah, Simbah Ahmad Khoerudin ternyata masih hidup. Karena suatu hal, sehingga beliau tidak dapat pulang sesuai dengan waktu yang beliau janjikan. Sampai akhirnya Simbah Ahmad Khoerudin benar-benar pulang. Dengan perasaan penuh bahagia dan senang karena hendak bertemu dan berkumpul kembali dengan keluarga yang dicintainya, beliaupun mempercepat langkah kakinya agar segera sampai di rumah. Namun sesampainya di rumah, beliau sangat kaget dan kecewa melihat rumahnya dijadikan tempat pesta tayuban. Ternyata kini istrinya telah benar-benar berubah, kembali menjadi wanita yang haus akan kesenangan dan meninggalkan Allah. Beliau pun sangat marah, hingga berucap ”kamu tidak pantas disebut Ruqoyah, karena Ruqoyah adalah wanita sholehah yang taat pada suaminya. Kamu lebih pantas disebut BAWUK”. Kemudian Simbah Ahmad Khoerudin meninggalkan istrinya dan mendirikan rumah di perkampungan sebelah selatan hingga wafat dan dimakamkan disana. (kini menjadi tempat pemakaman umum di sebelah selatan Masjid Desa Tangkis).
Hingga kini warga lebih mengenal sebutan nama Nyi Bawuk/Mbah Bawuk daripada Ruqoyah. Diyakini Nyi Bawuk berada di telaga yang terletak di perkampungan Kauman Barat (Belakang Rumah Mbah Modin Ali Muhson).
Untuk menghormati dua tokoh tersebut setiap bulan Rajab warga mengadakan khoul untuk Simbah Ahmad Khoerudin, yang biasanya diisi dengan pengajian akbar. Dan acara selamatan/nyadran setiap bulan apit untuk Mbah Bawuk yang diikuti dengan acara wayangan, biasa dikenal dengan istilah apitan.
Versi lain menyebutkan, setelah beribadah ketanah suci, Simbah Ahmad Khoirudin mengganti nama istrinya dengan Istiqomah, dengan maksud agara istrinya benar-benar menjadi wanita yang ta'at beribadah dan istiqomah.
Wallahua'lam.
Lihat juga