Tanda kurung (bahasa Inggris: bracket) adalah tanda baca yang digunakan secara berpasangan (kurung buka dan kurung tutup) untuk memisahkan atau menyisipkan teks ke dalam teks lain. Ada empat jenis tanda kurung, yaitu:
Dalam bahasa Indonesia, istilah tanda kurung saja merujuk pada tanda kurung lengkung. Dalam bahasa Inggris, istilah bracket umumnya merujuk kepada keempat jenis tanda kurung tersebut, meskipun di Amerika Serikat, istilah bracket secara spesifik digunakan untuk tanda kurung siku.[1]
Tanda kurung lengkung
Menurut pedoman EYD,[2] tanda kurung (lengkung) digunakan untuk:
Mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh:
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Contoh:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Contoh:
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Contoh:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.
Tanda kurung kurawal dan tanda kurung sudut
Penggunaan tanda kurung kurawal (disebut juga tanda kurung besar atau akolade) dan tanda kurung sudut (kadang disebut juga tanda kurung lancip atau tanda kurung bersudut) tidak diatur dalam pedoman EYD.