Taksidermi adalah seni pengawetan dan pengolahan jazad hewan melalui penyanggaan dan pengisian sehingga tampak seperti keadaan aslinya saat masih hidup. Taksidermi bertujuan sebagai pajangan semata maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Hewan-hewan yang diawetkan sering kali (tetapi tidak selalu) digambarkan dalam keadaan hidup. Kata taksidermi menggambarkan proses pengawetan hewan, tetapi kata itu juga digunakan untuk menggambarkan produk akhir dari proses pengawetan, yang disebut susunan taksidermi atau hanya disebut sebagai "taksidermi".
Kata taksidermi berasal dari kata Yunani taxis dan derma.[1]Taxis berarti "penyusunan", dan derma berarti "kulit" (dermis).[1] Kata taxidermy diterjemahkan secara harfiah menjadi "penyusunan kulit".[1]
Taksidermi dipraktekkan terutama pada hewan bertulang belakang[2] (mamalia, burung, ikan, reptil, dan lebih jarang pada amfibi). Taksidermi juga dapat dilakukan pada serangga dan arachnida besar[3] dalam beberapa keadaan. Proses taksidermi digunakan untuk berbagai kepentingan, mulai dari piala berburu hingga pajangan museumsejarah alam. Museum menggunakan taksidermi sebagai metode untuk merekam spesies, termasuk spesies punah dan terancam,[4] dalam bentuk studi kulit dan taksidermi yang dibuat dengan kondisi mendekati hewan aslinya. Taksidermi terkadang juga digunakan sebagai sarana untuk mengenang hewan peliharaan.[5]
Seseorang yang mempraktikkan taksidermi disebut ahli taksidermi. Mereka mungkin berlatih secara profesional, melayani museum dan olahragawan (pemburu dan nelayan), atau hanya sebagai amatir (penghobi). Seorang ahli taksidermi biasanya familiar dan memahami dengan baik ilmu anatomi, patung, lukisan, dan penyamakan kulit.
Referensi
^ abcHarper, Douglas. "taxidermy". Online Etymology Dictionary. Diakses tanggal 17 July 2010.