Syair Banjar adalah syair-syair yang tertulis dalam bahasa Banjar, yang cara disajikannya sama seperti Syair Melayu yaitu dilantunkan atau dilagukan seperti membaca gurindam (mirip orang mengaji Al-Qur'an).
Latar Belakang
Istilah syair tidak ada padanannya dalam bahasa Banjar, sehubungan dengan itu Ganie (2007) langsung mengasuh istilah ini sebagai nama untuk menyebut hal yang sama dalam khasanah puisi rakyat berbahasa Banjar.
Pengertian Syair Banjar
Menurut Ganie (2007) Syair Banjar adalah puisi rakyat berjenis hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisiknya merujuk pada bentuk syair sebagaimana yang telah dikenal secara umum, dan dengan bentuk mentalnya merujuk pada semua unsur kebudayaan yang menjadi identitas khas suku Banjar.
Unsur-unsur Syair Banjar
Fisik
Menurut Tajuddin Noor Ganie (2007) ada 5 unsur fisik yang membentuk "batang tubuh" syair Banjar, yaitu:
- Bahasa Banjar; memakai Bahasa Banjar.
- Ketampakan; syairnya tampak secara audial dan visual.
- Kata nyatanya bahasa Banjar.
- Rima; mempunyai bunyi akhiran kata-kata yang harmonis.
- Irama; mempunyai irama (naik-turunnya nada) saat dilantunkan.
Mental
Sedangkan 6 unsur mental yang membentuk "batang tubuh" syair Banjar menurut Ganie (2007) adalah:
- Tema; mempunyai tema yang jelas.
- Perasaan; dilantunkan dengan perasaan.
- Nada; terdengar bagus saat dilantunkan.
- Amanat; mengandung pesan yang mendidik.
- Imaji; dapat dibayangkan (cerita) syairnya.
- Majas; mengandung kiasan.
Sejarah Syair Banjar
Sejak Kerajaan Banjar diproklamasikan oleh Sultan Suriansyah pada tanggal 24 September 1526, warga negara Kerajaan Banjar mulai berkenalana dengan aksara Arab. Hal ini berkaitan dengan keputusan politik Sultan Suriansyah menjadikan agama Islam sebagai ideologi negara di Kerajaan Banjar.
Melalui bimbingan para ulama yang didatangkan dari Kerajaan Demak dibawah pimpinan Khatib Dayan, warga negara Kerajaan Banjar belajar menulis dan membaca dalam aksara Arab. Pada mulanya keterampilan baca tulis dimaksud dipergunakan untuk kepentingan memperlajari ajaran agama Islam yang baru mereka anut. Tapi, dalam perkembangan lebuh lanjut, aksara Arab juga dimanfaatkan untuk menuliskan segala hal, termasuk di dalamnya menulis karya sastra berbahasa Banjar berbentuk syair (syair Banjar).
Syair Banjar Anonim
Pada mulanya semua syair Banjar yang direproduksi secara manual sebagai buah kerajinan tangan di bidang tulis menulis itu bersifat anonim, tidak diketahui siapa penulis syairnya yang pertama (tidak diketahui siapa yang berhak sebagai pemegang hak cipta intelektualnya).
Syair Banjar anonim dimaksud antara lain:
- Syair Ratu Kuripan
- Syair Gunung Sari
- Syair Perang Banjarmasin
- Syair Carang Kulina
- Syair Perang Wangkang
- Syair Hemop
- Syair Perahu
- Syair Burung Jujuk
- Syair Burung Karuang
- Syair Intan Permainan
Syair Perang Banjarmasin
Syair Perang Banjarmasin [1] adalah syair anonim yang dibuat oleh pihak yang pro-kolonial Belanda, sehingga dalam teks pembukanya memuji susunan pemerintahan Belanda. Dalam syair tersebut sosok Pangeran Hidayatullah digambarkan sebagai kepala gerombolan penjahat, padahal bagi orang Banjar dia adalah sosok patriotik yang telah membela harkat dan martabat Kesultanan Banjar. Dalam syair tersebut menyinggung pula keberadaan kerajaan Tjingal dan Manoenggoel.
Syair Banjar Lainnya
- Syair Brahma Syahdan karya Gusti Ali Basyah Barabai
- Syair Madi Kencana karya Gsuti Ali Basyah Barabai
- Syair Teja Dewa karya Anang Mayur Babirik
- Syair Nagawati karya Anang Mayur Babirik
- Syair Ranggandis karya Anang Ismail Kandangan
- Syair Siti Zubaidah karya Anang Ismail Kandangan
- Syair Tajul Muluk karya Kiai Mas Dipura Martapura
- Syair Nur Muhammad karya Gusti Zainal Marabahan
- Syair Ibarat karya Mufti Haji Abdurrahman Siddik Al-Banjary
- Syair Burung Simbangan
- Syair Burung Bayan dengan Burung Karuang
Referensi