Susi Susanti menjadi sensasi bulutangkis pada usia 14 tahun dan berkembang menjadi atlet paling dicintai di Indonesia. Melalui bimbingan pelatihnya, Liang Chiu Sia, dan didorong oleh janji suci pada ayahnya, Susi mendapat pengakuan dunia dengan meraih medali emas Olimpiade pertama untuk Indonesia. Ketika sang negeri terjungkal dalam gejolak ekonomi, Susi membuktikan pada dunia bahwa kepahlawanan tidak diukur dari tingginya prestasi, tetapi dari besarnya pengorbanan untuk tanah airnya. Tekad dan cinta Susi kepada Tuhan, keluarga, dan pasangan hidupnya-lah yang mengukir sejarah olahraga Indonesia.
Produksi film ini berawal dari Susi Susanti yang saat itu bertemu dengan Daniel Mananta di sebuah acara. Saat itu Daniel bertanya tentang pengalaman Susi sebagai atlet. Ia kemudian tertarik untuk memfilmkan pengalamannya karena mengetahui bahwa perjuangannya sebagai atlet bukan hanya di lapangan. Susi mengatakan bahwa ada pihak lain juga yang tertarik untuk memfilmkan kisah hidupnya, namun film tersebut tidak jadi diproduksi.[8]
Produksi film Susi Susanti: Love All sudah dimulai dari tahun 2017. Di pertengahan produksi, Sim F dipilh menjadi sutradara dan mulai pengembangan naskah, dan di 2018 mulai proses pencarian pemeran.[9] Susi Susanti juga membantu pembuatan film dengan menceritakan pengalamannya, serta menyuplai properti seperti aneka medali, piala, dan dokumentasi foto.[8]
Proses reading dilakukan selama 4 bulan.[9]Laura Basuki yang berperan sebagai Susi Susanti dan Dion Wiyoko sebagai Alan Budikusuma juga harus dilatih selama 5 bulan dengan porsi latihan seorang atlet oleh pelatih Susi Susanti dulu, Liang Chu Sia untuk benar-benar bisa bermain bulu tangkis. Laura mengaku melatih kekuatan otot kaki setiap Senin sampai Jumat selama 3 jam. Kemudian berlatih bulu tangkis selama 3 jam.[10][11] Ia juga berlatih selama 3 bulan hanya untuk adegan split yang ditampilkan selama beberapa detik dalam film. Adegan tersebut diambil selama empat kali saat proses syuting untuk mendapatkan hasil maksimal.[12]
Syuting
Pengambilan gambar utama dimulai pada Agustus 2018.[13] Untuk menghadirkan suasana yang sama dengan latar cerita, Sim memilih lokasi syuting di beberapa kota seperti Tasikmalaya, Pangandaran, dan Jakarta. Daniel mengatakan biaya produksi yang dikeluarkan untuk film ini cukup besar. Ia tidak menyebutkan nominalnya, namun ia mengaku puas dengan hasilnya.[9]
Musik
Ilustrasi musik film ini dikerjakan oleh Aghi Narottama dan Bemby Gusti. Sedangkan, lagu tema dinyanyikan oleh Rossa dengan lagu berjudul "Karena Cinta Yang Menemani". Lagu tersebut diciptakan oleh dua personil grup band D'Masiv yaitu Rian Ekky Pradipta dan Nurul Damar Ramadan. Sebelum diputuskan menjadi lagu tema film ini, lagu tersebut awalnya diniatkan sebagai lagu resmi perhelatan Pesta Olahraga Asia 2018. Namun, karena suatu hal akhirnya batal.[14]
Penayangan
Film Susi Susanti: Love All tayang di bioskop Indonesia empat hari menjelang hari peringatan Sumpah Pemuda yaitu pada 24 Oktober2019. Daniel Mananta sebagai produser berencana memasarkan film ini ke negara-negara lain khususnya ke Tiongkok, Thailand, dan beberapa negara lainnya.[9]
Di situs BookMyShow Indonesia, Tri Wahyudi menulis film Susi Susanti Love All menginspirasi dan nasionalis. Penonton diajak melihat perjuangan sang legenda bulu tangkis dan gonjang-ganjing politik pada era tersebut. Para pemeran tampil solid, terutama Laura Basuki dan Dion Wiyoko. Dengan sinematografi yang ciamik, penonton dibawa bernostalgia ke masa kejayaan bulu tangkis.[18] Pengulas di situs CNN Indonesia menyebutkan Laura cukup pas pas memainkan peran Susi yang berambisius mewujudkan mimpi-mimpinya. Ia juga mengapresiasi sisi teknik seperti sinematografi, warna, serta musik scoring.[19] Maria Cicilia dari ANTARA menulis, film ini tidak hanya membahas olahraga, tetapi juga menyinggung gejolak politik Indonesia di bawah pimpinan Soeharto tentang warga keturunan Tionghoa di mana pada saat itu sulit mencari status kewarganegaraan.[20] Dita Andriani dari situs Kincir menulis, film ini berhasil membuat visual era 80an hingga 2000an. Lagu nasional “Indonesia Raya” dan “Tanah Airku” dalam film ini juga berhasil menggugah para penonton. Ia menulis bahwa film ini dapat menumbuhkan kembali rasa nasionalisme yang mulai terkikis.[17]