Panji Surya Putra Sahetapy (lahir 21 Desember 1993) adalah aktivis, penerjemah, dan aktor berkebangsaan Indonesia. Surya merupakan anak ketiga dari mantan pasangan suami-istri pemeran Dewi Yull dan Ray Sahetapy. Surya divonis tuli sejak lahir.[1]
Surya lahir pada 21 Desember 1993 dari pasangan aktor Ray Sahetapy dan aktris-penyanyi Dewi Yull. Selain itu, Surya juga merupakan generasi ke-5 Tirto Adhi Soerjo, tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia.[3] Surya divonis tuli sejak usianya 2 tahun. Namun, keterbatasan tersebut tak membuatnya menyerah. Ia pun belajar berkomunikasi dengan belajar bahasa isyarat sejak kecil karena memiliki kakak dan om Tuli, terapi berbicara bersama Ibunya dan Instruktur dari sekolah, membaca gerak bibir lawan bicaranya serta komunikasi tulisan. Surya kemudian membuktikan walaupun tak mendengar, ia mampu menguasai Bahasa Indonesia lisan, tulis, bahasa isyarat Indonesia, Bahasa Isyarat Amerika, isyarat internasional, serta Bahasa Inggris tulis.[4]
Pada awalnya, Surya masuk jenjang TK dan SD di sekolah khusus bagi penyandang disabilitas pendengaran. Namun, ketika Surya masuk ke SMP umum, ia merasa ada banyak hambatan, tidak seperti sekolah khusus penyandang disabilitas pendengaran, hingga kemudian ia memutuskan untuk bersekolah di rumah (home schooling).[2]
Surya memiliki keinginan untuk ke luar negeri, namun ia menyadari bahwa ia tidak bisa berbahasa Inggris. Alih-alih menghindar, ia malah mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris sewaktu sempat berkuliah di Universitas Siswa Bangsa Internasional (Sampoerna University), Jakarta Selatan. Setelah cuti kuliah selama 1,5 tahun hingga akhirnya ia berhasil untuk bersekolah di Institut Teknologi Rochester (RIT), National Technical Institute for the Deaf, Amerika Serikat dan mendapatkan gelar diploma (D3) pada 2019 jurusan Applied Liberal Arts (Konsentrasi: Bahasa Isyarat dan Kajian Tuli) dengan predikat Cum Laude. Ia pun menyelesaikan pendidikannya untuk meraih sarjana (S1) Studi Internasional di RIT dengan predikat Magna Cum Laude demi bisa kembali untuk membangun Indonesia.[2]
Aktivisme
Sebelumnya Surya sempat aktif di Gerakan Untuk Kesejahteraan Disabilitas Pendengaran Indonesia (Gerkatin), suatu organisasi yang berfokus untuk memperjuangkan hak disabilitas pendengaran dan linguistik-budaya, seperti akses bahasa Indonesia melalui teks, akses bahasa isyarat, akses kesetaraan dalam pekerjaan, akses kesehatan, akses pendidikan, dan sebagainya. Dia sempat menyelesaikan program magang di kantor Gubernur DKI Jakarta.[5] Bersama rekan-rekannya, Surya juga membuka kelas bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) di beberapa kota di Indonesia.[5][6] Pada tahun 2018, Surya dan kawan-kawannya mendirikan yayasan Handai Tuli untuk memajukan kesetaraan di antara masyarakat Tuli sebagai disabilitas linguistik-budaya dan masyarakat dengar di Indonesia.[7]
Pencapaian
Surya beberapa kali jadi perwakilan Indonesia di kompetisi dan kongres tingkat dunia. Pada Oktober 2013 lalu, ia mendapat peringkat ketiga dalam kompetisi Global IT for Youth with Disabilities di Bangkok, Thailand. Ia juga pernah jadi pembicara di VII World Congress of The World Federation of The Deaf di Istanbul, Turki. Surya juga pernah berkunjung ke markas NASA di Amerika Serikat sebagai delegasi tunarungu Indonesia.[8]
Pada 2014, Surya pernah mendapat undangan dari Ratu Elizabeth II ke Inggris, untuk menghadiri The Event Celebrated Our Work Towards a World Where Every Person is Equally Valued.[8]
Pada 2015, Surya mengikuti program magang di kantor Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota DKI Jakarta. Surya mendaftar untuk program magang periode Desember 2015 hingga Maret 2016. Ketika itu Surya masih menempuh semester IV di Universitas Siswa Bangsa Internasional (SBI) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.[9]
Pada tahun 2018, Presiden Joko Widodo merekrut Surya Sahetapy sebagai salah satu staf khusus kepresidenan. Namun, saat sudah diterima, Surya ternyata meraih beasiswa studi di Amerika Serikat. Jokowi pun meminta Surya untuk menyelesaikan pendidikannya terlebih dulu untuk kemudian bergabung dengan staf khusus kepresidenan.[10]