Suniarsih atau biasa disebut oleh masyarakat sebagai Desa Simpar merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Batas wilayah Desa Suniarsih di sebelah timur adalah Desa GambuhanKabupaten Pemalang, sebelah selatan adalah Desa Kedawung, Sebelah utara adalah Desa Sangkanayu dan Batunyana (berbatasan di daerah persawahan), dan sebelah barat adalah desa Dukuhtengah dan Karangmulya.
Desa Suniarsih terletak di lereng utara Gunung Slamet dan mempunyai ketinggian rata-rata 950 mdpl sehingga membuat suhu suniarsih cukup dingin.
Jumlah penduduk pada tahun 2022 sebanyak 2830 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 1468 orang dan perempuan sebanyak 1362 orang. Seluruh penduduk desa beragama Islam.[1]
Sejarah
Nama Suniarsih di ambil dari nama seorang putri dari kerajaan Singosari di Jawa timur yaitu Dewi Suniarsih. Konon ceritanya beliau pergi dari istana karena akan di jodohkan dengan orang yang tidak dicintainya. Sepanjang perjalanannya beliau selalu membantu orang yang kesusahan terutama orang yang sakit. Ya selain seorang putri yang sangat cantik dia juga mempunyai keahlian dalam bidang pengobatan.
Setelah sampai di sebelah barat wilayah desa (sawah Suniarsih sekarang) dia kemudian tinggal di sebuah rumah milik pasangan suami isri yang terkenal dengan sebuatan ki Makemdan Ni Makem. Di rumah itulah ia gunakan sebagai tempat istirahat dan digunakan untuk melayani pengobatan.
Karena terkenal kecantikan dan ahli dalam mengobati berbagai macam penyakit akhirnya banyak berdatangan orang-orang baik dari daerah sekitar maupun yang datang dari daerah yang jauh. Tujuan mereka sebagian ada yang ingin mempersuntingnya,tetapi dia selalu menolaknya dengan halus. Konon sampai akhir hayatnya tidak pernah menikah. Sedangkan bagi yang datang dengan tujuan untuk berobat di selalu berusaha mengobatinya dengan senang hati hingga sembuh.
Diantara orang-orang yang berdatangan tersebut banyak diantaranya akhirnya tinggal dan menetap di daerah ini. Mereka membangun rumah dan mempunyai keluarga hingga akhirnya terbentuklah sebuah pedukuhan yang ramai.
Karena yang pertama kali tinggal dan karena jasa-jasanya yang sangat banyak maka masyarakat menamai daerah tersebut dengan namanya yaitu Suniarsih.
Setelah sekian lama menjadi sebuah pedukuhan bahkan menjadi desa yang semakin ramai terjadilah musibah tanah longsor yaitu waktu di bawah pimpinan Bekel (sebutan Kepala Desa masa itu) bernama Cara. Pada waktu itu sang bekel sering mengadakan pesta Ronggeng dan pertunjukan wayang kulit yang merupakan larangan dari Dewi Suniarsih yang diwasiatkan di waktu hidupnya. Tanah longsor tersebut menyebabkan korban yang tak sedikit.
Melihat keadaan yang demikian membuat warga mempunyai gagasan untuk pindah dan mulai menyadari bahwa tanah yang mereka tempati ternyata tanah yang labil. Mereka mulai mencari tempat yang lebih aman. Sebagian besar diantara mereka berpindah ke sebelah barat pedukuhan Simpar masa itu (sekarang sekitar Masjid).Mereka kemudian berbaur dengan warga pedukuhan Simpar hingga sekarang menjadi satu desa dengan nama resmi desa Suniarsih.
Bagi sebagian besar masyarakat baik warga desa Suniarsih Sendiri maupun warga desa lainnya menyebut desa ini dengan sebutan Simpar. Bahkan nama pasar , terminal dan lainnya di sebut namanya dengan Simpar.Bahkan untuk trayek angkutanpun tidak ada yang menyebut Suniarsih melainkan Simpar.
Memang secara nyata bahwa yang disebut dengan desa Suniarsih sekarang adalah wilayah Simpar.
Simpar diambil dari nama seorang yang konon berasal dari Cirebon. Beliau orang yang pertama kali menetap di wilayah ini tepatnya di sebelah timur Kuburan Arca sekarang. Masyarakat menyebutnya dengan Mbah Simpur. Beliau terkenal sangat piawai dalam membuat aneka barang-barang dari besi.
Mbah Simpur juga terkenal seorang yang bijaksana dan ahli agama Islam. Sehingga banyak orang yang berguru padanya. Diantaranya ada yang tinggal dan menetap di daerah ini.
Mereka membuat bangunan untuk tinggal di sekitar mata air sungai Rambut. Karena semakin banyak yang membuat bangunan maka terbentuklah perkampungan yang di sebut dengan nama Simpar yang di ambil dari nama Mbah Simpur.[2]
Patung Pramuka
Hal pertama yang dilihat saat mengunjungi desa ini adalah Patung Pramuka. Patung yang sangat ikonik ini terletak di tengah pertigaan jalan yang menghubungkan desa Kedawung, Bojong, Tegal dan sekaligus berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Pemalang. Tepatnya desa Gambuhan, Pulosari, Pemalang.
Pasar Simpar
Di desa ini juga terdapat pusat perbelanjaan warga Suniarsih dan sekitarnya, yaitu Pasar Simpar. Pasar ini beroperasi di hari Sabtu dan Rabu, sedangkan untuk ruko-ruko didepan Pasar beroperasi setiap hari.
Satu tempat menarik di desa Suniarsih yaitu Bumi Perkrmahan Martoloyo, tempat ini terletak di sebelah utara Pasar Simpar dan bersebelah langsung dengan Pukesmas Pembantu Suniarsih dan SD Negeri Suniarsih. Tempat ini digunakan untuk melakukan kegiatan perkemahan baik secara resmi maupun komunitas non-resmi. Tempat yang luas ini juga dapat dijangkau oleh kendaraan roda empat karena terletak persis di samping Jalan Raya Suniarsih (Di alamat-alamat surat biasa tertulis sebagai Jln. Jamda).
BUMDesa Mugi Makmur
Di desa Suniarsih terdapat satu Badan Usaha Milik Desa yang bernama MUGI MAKMUR. Badan usaha ini didirikan pada tahun 2018 dan mulai beroperasi pada 2019 dengan satu Unit Usaha Percetakan dan Penjualan ATK.
Tempe Hitam
Terdapat industri rumah tangga tempe hitam di Suniarsih. Berbeda dengan pembuatan tempe biasanya, jamur yang digunakan dalam pembuatan tempe hitam bukan berasal dari ragi tempe yang banyak tersedia di pasaran melainkan dari daun pisang yang telah tertempel jamur dari pembuatan tempe sebelumnya. Belum diketahui apakah jenis jamur tersebut sama atau tidak sehingga menghasilkan dua jenis tempe yang berbeda. Tempe hitam bisa diolah menjadi berbagai macam makanan seperti tempe pada umumnya.
Pompa Hidrolik (Kintel)
Sejak tahun 1999, beberapa masyarakat Desa Suniarsih telah memanfaatkan Air di Kali Rambut (Balekambang) untuk kebutuhan rumah tangga dengan memasang pompa hidraulis. Pompa hidraulis memanfaatkan tekanan dari aliran sungai yang juga berbatasan dengan Desa Gambuhan untuk mengalirkan air ke rumah-rumah. Seluruh kebutuhan pompa baik uang untuk pembelian maupun pemasangan adalah hasil swadaya masyarakat. Pada tahun 2017, terdapat total 33 pompa hidraulis yang terpasang, dimana sebagian pompa dimiliki oleh warga Desa Gambuhan.
Makam Desa
Terdapat dua komplek pemakaman, yaitu Makam Arca dan Makam Depok. Makam Arca terletak di sebelah timur dengan Kali Rambut dan Makam Depok terletak disebelah barat desa, satu jalur dengan arah hutan dan persawahan.
Bendungan Peh
Di Sebelah barat desa terdapat suatu bendungan, Bendungan Peh atau Biasa disebut dengan Bendungan Tonjong berada di perbatasan Desa Suniarsih, Dusun Banyumudal (Desa Dukuhtengah) dan Dusun Dermalaya (Desa Karangmulya). Air dari bendungan ini digunakan untuk mengairi sawah melalui saluran irigasi dan juga dialirkan oleh pipa PDAM untuk memenuhi kebutuhan air daerah-daerah sekitar. Daerah Sekitar Bendungan Peh pernah dijadikan sebuah tempat wisata yang bernama Wisata Karangpring pada tahun 2017.
Fasilitas Umum
Selain fasilitas yang telah disebutkan, ada berbagai fasilitas umum lain yang terdapat di desa Suniarsih yang meliputi fasitilas pendidikan, olahraga, dan fasilitas lainnya. Seperti: