Suku Nikobar adalah istilah kolektif yang mengacu pada berbagai kelompok masyarakat berbahasa Austroasiatik di Kepulauan Nikobar, sebuah gugusan pulau di Teluk Benggala di utara Pulau Sumatra, yang merupakan bagian dari Wilayah Persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar milik negara India. Mereka menyebut diri mereka Holchu, yang berarti "sahabat".
Suku Nikobar termasuk dalam Daftar Suku Terjadwal yang dikeluarkan oleh pemerintah India.[2]
Sejarah
Orang Nikobar kemungkinan bukan orang pertama yang menghuni pulau itu, di mana mereka berbagi wilayah dengan suku Shompen yang tiba di pulau itu lebih dahulu. Pulau-pulau tersebut berada di bawah kekuasaan berbagai kerajaan Asia pada abad ke-16, Denmark dari tahun 1754–1869, Inggris Raya dari tahun 1869–1947, dan India dari tahun 1947. Saat ini, pulau-pulau tersebut dikelola oleh India sebagai bagian dari Wilayah Persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar.
Bahasa
Bahasa-bahasa Nikobar termasuk dalam rumpun bahasa Austroasiatik. Masing-masing pulau menuturkan bahasa yang berbeda dari rumpun ini. Rumpun ini dibagi menjadi empat cabang:
- Car: Car (Pū)
- Chaura–Teressa: Chaura (Tutet/Sanënyö), Teressa (Taih-Long/Lurö)
- Tengah: Nancowry (Nang-kauri/Mūöt), Camorta, Katchal (Tehnu)
- Selatan: Nikobar Selatan (Sambelong).
Agama
Sebagian besar suku Nikobar menganut agama Kristen, yang dibawa oleh seorang pria bernama John Richardson yang menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Nikobar. Sementara sebagian lainnya menganut kepercayaan tradisional yang bercorak animisme. Mereka percaya pada roh, hantu, dan arwah. Seseorang menjadi hantu setelah kematian ketika jiwa mereka meninggalkan raga dan roh dari semua orang Nikobar masih berkeliaran di sekitar pulau. Mereka meyakini jika para roh bertanggung jawab atas semua kejadian malang di daerah mereka, sehingga mereka memanggil dukun untuk menangani para roh jahat.
Ekonomi
Orang Nikobar terlibat dalam pertanian tradisional; mereka menyambung hidup dengan menanam kelapa, pandan, pinang, pisang, mangga, dan buah-buahan lainnya. Mereka juga pergi berburu, memancing, memelihara babi, membuat tembikar, dan membangun perahu. Kebanyakan orang Nikobar yang berusia lanjut adalah buta huruf, namun kini orang Nikobar yang berusia lebih muda menikmati layanan pendidikan gratis yang disediakan pemerintah. Suku Nikobar jadi semakin terdidik dari waktu ke waktu dan banyak dari mereka yang mulai bekerja dalam berbagai sektor sebagai dokter, guru, polisi, juru tulis, dan pekerjaan lainnya.[3][4]
Referensi