Suara Indonesia (surat kabar)
Menurut buku Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007, Suara Indonesia terbit di ujung zaman liberalisme politik Orde Lama. Untuk bertahan dalam politik Demokrasi Terpimpin yang mengguncang-guncang, Suara Indonesia memilih politik redaksi yang kompromistis agar bisa bertahan dari pembredelan oleh Presiden Soekarno. Suara Indonesia melakukan kompromi dengan mengikuti arus kehendak pemerintah seperti menurunkan kepala- kepala berita seputar pemerintahan yang sebagian besar didominasi manuver politik Presiden Soekarno.[1] Surat kabar ini dijual dengan harga berbeda setiap edisinya. Harga edisi Senin Rp0,5, Selasa Rp1, Rabu dan seterusnya hingga Sabtu Rp0,5.[1] Selain menyiarkan informasi, Suara Indonesia mengiklankan Bali sebagai potensi pariwisata yang prospektif. Mulai edisi 9 Januari 1958, Suara Indonesia menghadirkan pelajaran bahasa Inggris sebagai upaya mengembangkan potensi pariwisata Bali.[1] Referensi
Daftar Pustaka
|