Stupa Rawak adalah sebuah stupaBuddha yang terletak di wilayah selatan Gurun Taklamakan di Xinjiang, China. Lokasi Rawak berada di daerah Kerajaan Khotan dahulu dan dilalui oleh Jalur Sutra. Di sekitar stupa, terdapat pula beberapa bangunan yang lebih kecil yang pernah dihiasi dengan patung-patung besar. Bagian pekarangan dari kuil Rawak dikelilingi dengan sebuah tembok yang memiliki ukiran terakota dan lukisan. Stupa dan bangunan lainnya di Rawak membentuk sebuah mandala tiga dimensi.[1] Situs Rawak kini terletak sekitar 40 km di sebelah utara Hotan (Hanzi: 和田).
Penggalian
Terdapat beberapa aktivitas ekskavasi atau penggalian yang pernah dilakukan di Rawak. Pada tahun 1901, arkeolog Aurel Stein pertama kali mengunjungi Rawak pada bulan April di ekspedisi pertamanya di Asia Tengah.[2] Ia menemukan stupa besar yang ia sebut sebagai "bangunan paling menakjubkan sejauh ini yang pernah kulihat di reruntuhan di wilayah Khotan." Sebagian dari stupa tersebut dan hampir seluruh bagian situs terkubur oleh pasir dengan tebal hingga 25 kaki. Di beberapa tempat yang tidak tertutup pasir, Stein menemukan serpihan-serpihan dari stuko berwarna dan patung-patung yang tergeletak di atas tanah.
Penggaliannya selama delapan hari menemukan 91 patung stuko Buddha dan bodhisattva yang berukuran besar dan beberapa patung yang lebih kecil. Pasir yang mengubur reruntuhan situs juga berperan menjadi pelindung artefak dari angin serta menopang stuko yang dapat jatuh. Ketika Stein meniggalkan Rawak, ia menaruh kembali pasir di antara artefak-artefak. Stein menulis, "Satu-satunya hal yang dapat dilakukan terhadap pahatan-pahatan besar ini adalah menguburnya kembali dengan aman di bawah pasir setelah pemotretan dan pendeskripsian, serta yakin bahwa mereka tetap tidak akan terganggu di bawah pelindungnya — hingga tiba saatnya, yang mungkin masih jauh di masa depan, ketika Khotan telah memiliki museum lokalnya sendiri."[3]
Stein megunjungi Rawak kembali di ekspedisi keduanya pada September 1906. Kebanyakan dari patung-patung besar telah hilang akibat dari aksi pemburu harta. Stein menulis, "... dindingnya, yang dulu kulihat di found dilapisi dengan barisan panjang relief stuko, yang kebanyakan berukuran besar, kini hanya memajang tembok bata. Kepedulianku ketika mengubur kembali semua benda ini di dalam pasir setelah aku menemukannya terbukti sia-sia, serta dari spesimen seni pahat Khotan yang ditemukan, kini yang tersisa, aku khawatir, hanya foto-foto yang kupunya."[4] Pada kunjungan ini, Stein menggali reruntuhan yang terdapat antara stupa besar dan kompleks situs yang diketahui dengan nama Tati dari Hanguya. Di situ Stein menemukan banyak relief terakota yang ia rasa berasal dari abad ke-5 hingga 6.
Sebuah ekspedisi gabungan Jerman dan Swiss yang dipimpin oleh Dr. Emil Trinkler mengnjungi Rawak pada tahun 1928.[5] Ekspedisi tersebut mengumpulkan sejumlah besar informasi ilmiah seperti geologi dan iklim di Rawak. Selain itu, ekspedisi juga mengumpulkan 6 peti berisi benda arkeologi.[6] Pada tahun 1929, arkeolog China Huang Wenbi, yang merupakan bagian dari ekspedisi China-Swedia yang dipimpin oleh Sven Hedin, membuat kunjungan singkat ke Rawak.
Sejarah dan penanggalan
Stupa Rawak menunjukkan perkembangan pendirian stupa di atas pondasi persegi, yang ditemukan di wilayah Tarim seperti di Niya, menjadi bentuk tanda silang dengan ditambahnya tangga di setiap sisi. Hal tersebut juga dapat ditemukan Stupa Kanishka yang berasal dari masa Kushan dan Top-i-Rustam di Balkh. Bentuk tersebut mengikuti deskripsi yang tertulis di dalam Divyavadana, yang menggambarkan sebuah stupa memiliki empat tangga, tiga undak, dan sebuah kubah seperti telur.[7] Rawak menurut penilaian beberapa ilmuwan berasal dari abad keempat dan kelima. Penilaian tersebut didukung oleh temuan-temuan seperti uang logam, gaya pahatan patung, dan karakteristik khusus seperti ruang pusaka yang ditempatkan tinggi pada kubah. Ciri tersebut umum ditemukan di stupa abad ke-4 dan 5 di Taxila dan ditemukan pula di Stupa Maura-Tim di Kashgar. Stein menyebutkan bahwa Rawak kemungkinan berasal dari penghujung abad ketiga dan awal abad ke-4 berdasarkan gaya stupanya serta pahatan dan lukisannya.[8][9]
Rhie, Marylin Martin (2007), Early Buddhist Art of China and Central Asia, Volume 1 Later Han, Three Kingdoms and Western Chin in China and Bactria to Shan-shan in Central Asia, Leiden: Brill