Stasiun Gresik
Stasiun Gresik (GS), pada masa kolonial Belanda bernama Station Grisee, adalah stasiun kereta api nonaktif yang terletak di Pekelingan, Gresik, Gresik; pada ketinggian +2 m; termasuk dalam Wilayah Penjagaan Aset VIII Surabaya. Dalam sejarahnya, stasiun ini merupakan pertemuan antara dua jalur kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, yaitu segmen Sumari–Gresik dan Gresik–Kandangan. Jalur yang pertama kali dibangun adalah segmen Sumari–Gresik, diresmikan pada tanggal 1 Juni 1902, sedangkan jalur yang menuju Kandangan diresmikan pada tanggal 3 Januari 1924.[4][5] Namun jalur Sumari–Gresik dibongkar oleh pekerja romusa Jepang pada tahun 1943.[6] Bangunan stasiun yang masih bergaya Tudor-NIS dengan bahan dinding kayu kini sudah banyak berlubang; jalur kereta sudah ditutup dan ditimbun ditempati rumah warga di sekitar stasiun, serta bekas jalur menuju Stasiun Indro sudah menjadi sebuah gang kecil. Namun, masih banyak bekas jalur kereta api dari Stasiun Gresik ke Stasiun Indro yang masih dapat dilihat, terutama di sisi timur Jalan Harun Tohir. Dahulu stasiun ini merupakan stasiun padat penumpang yang naik maupun turun dari kereta. Namun, seiring berkembangnya Kota Gresik yang arah perkembangannya semakin menjauhi Stasiun Gresik (Kawasan Gresik Tua), akhirnya stasiun ini ditutup pada Oktober 1975 karena kalah bersaing dengan moda transportasi darat lainnya, seperti bus, angkot, dan kendaraan pribadi. Kini asetnya masih dikuasai oleh PT Kereta Api Indonesia, dan masih menyisakan bangunan yang utuh dengan kanopi (overkapping) serta handel bertipe Alkmaar buatan Belanda. Pada 11 Mei 2021, PT KAI menandatangani memorandum kesepahaman (MoU) dengan PT Trans Jaya Persada (TJP) untuk mereaktivasi kawasan stasiun ini beserta dengan jalur ke stasiun Indro. PT TJP akan mengoperasikan stasiun ini dengan menyewa lahan milik KAI untuk kerja sama angkutan barang.[7] Galeri
Referensi
|