Karya Masmundari umumnya mengambil objek kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang dilihatnya, misalnya pesta pernikahan, Lebaran, atau penggusuran di kota Gresik yang ditorehkan pada kertas lukis yang dibentuk menyerupai lentera. Gaya inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan damar kurung. Alirannya cenderung bersifat naratif, bahkan ada yang menyebut termasuk aliran naif. Ini dapat dilihat, misalnya, melalui penggunaan simbol anak panah untuk menggambarkan angin.
Pada tahun 2021, tepatnya tanggal 27 November, karya-karya dan pengetahuan Masmundari diabadikan dalam Museum Virtual berbasis Web yang diciptakan oleh Yayasan Gang Sebelah, bernama museummasmundari.com
Riwayat hidup
Masmundari tidak menyadari fakta bahwa ia terlahir sebagai seorang pelukis. Dia bahkan tak tahu bahwa ia telah mampu hidup dari lukisan lampion. Masmundari dikenal publik sejak dimulai karya lukisan damar kurungnya dipamerkan kali pertama di Bentara Budaya Jakarta pada tahun 1987. Sebagai satu-satunya pelukis damar kurung yang tersisa pada zamannya, Masmundari menjadi legenda hari ini. Tahun 2015 ini bertepatan dengan10 tahun sepeninggal Masmundari. Kepergiannya pada 24 Desember 2005 silam di usia 100 tahun lebih, menjadi duka yang mendalam di jagat seni rupa indonesia. Sejak itu pula, damar kurung perlahan dianggap kian meredup dan menjadi artefak seni rupa yang seolah temaram. Masmundari dengan segala pencapaiannya seolah terlupakan dari ranah seni rupa Indonesia selama satu dekade terakhir. Lebih daripada itu, adalah Masmundari sosok pelaku seni (meski tanpa disadari) yang bersahaja dan inspiratif, telah bersusah payah bertahan dan konsisten, melestarikan dan melahirkan karakteristik seni lukis pada lampion yang kemudian dikenal dengan Damar Kurung.
Masmundari telah mempopulerkan damar kurung khas Gresik melalui karakteristik lukisannya yang menyebabkan banyak pihak merespons gagasan-gagasan Masmundari menjadi segala bentuk. Seperti arsitektur, lukisan, kriya, perayaan, dsb.
Ia memiliki anak perempuan bernama Rokayah dari pernikahannya dengan Rukman. Ketika Rokayah menginjak usia dewasa, ia menikah dengan Mas’ud dan melahirkan 5 orang anak yang bernama Nur Hayati, Nur Samaji, Nur Hidayah, Syarifudin, dan Ahmad Andriyanto. Sebelum Rokayah lahir, Masmundari pernah mengangkat anak dari adik kandungnya yang bernama Minto.
Penghargaan
Piagam Penghargaan dari Bupati Gresik Sebagai Seniman Berprestasi Nasional Tahun 1991
Kartini Award dari Radison Plaza Suite Hotel tahun 1996
Penghargaan Seni Tahun 1991 dari Tugu Park Foundation
Penghargaan dari Gubernur Imam Utomo sebagai Seniman Kreator bidang Seni Rupa Tahun 2002