Sri Setyorahayu

Sri Setyorahayu
Lahir(1949-02-27)27 Februari 1949
Bojonegoro, Jawa
PekerjaanPenyair
BahasaJawa
KebangsaanIndonesia
PendidikanFKSS IKIP Surabaya
Periode1970-an – sekarang
GenreGuritan, cerkak
Aliran sastraAngkatan 1966

Sri Setyorahayu (lahir di Bojonegoro pada tanggal 27 Februari 1949) adalah seorang penulis.[1] Ia mulai menulis pada usia 20 tahun dengan tulisan berupa guritan dan cerkak. Karyanya mulai mendapatkan apresiasi sejak dimuat di media berbahasa Jawa, di antaranya Penyebar Semangat, Jaya Baya, Kumandhang, dan Dharma Nyata.

Sri Setyorahayu mengenyam pendidikan Sekolah dasar (SD) lalu Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan melanjutkan sekolah di FKSS IKIP Surabaya. Setelah lulus, ia menjadi guru di salah satu SD di Bojonegoro. Namun, tidak lama kemudian keluarganya pindah ke Surabaya sehingga harus meninggalkan profesinya sebagai guru.

Karya-Karya

Kegemarannya dalam bidang menulis terus berlanjut sehingga mendapat penghargaan, di antaranya cerkak-nya yang berjudul "Mawarni" terpilih sebagai juara tiga dalam sayembara mengarang crita cekak yang diadakan oleh Dewan Kesenian Surabaya pada tahun 1972. Sri Setyorahayu merupakan salah satu penulis yang mampu bertahan sampai tahun 1990-an. Penulis lain semasanya yang sama-sama bertahan di antaranya Yunani, Titah Rahayu, Astuti Wulandari, dan ia sendiri.

Karya Sri Setyorahayu berupa cerkak yang turut mengorbitkan namanya antara lain, "Langite Isih Biru" yang dimuat dalam antologi Kumandhang (Balai Pustaka, 1979) suntingan Senggono. Karyanya ini dimuat pula dalam buku Javanesse Literature Since Independence (The Hague Martinus Nijhoff, 1979). Cerkak lainnya berjudul "Mawar Putih ing Pojoking Plataran" dimuat dalam antologi Dongeng Katresnan (Balai Pustaka, 1976).

Karya Sri Setyorahayu berupa guritan di antaranya, “Dak Antu Ing Wengi Iki”, “Sugeng Dalu Singaraja”, “Sapa Jenengmu Cah Ayu”, “Kembang Isih Mekar Ing Plataran Kampus”, dan “Narciscus”. Tulisannya tersebut terbit dalam antologi Lintang-Lintang Abyor (1983) yang disunting oleh Susetyo Darnawi. Ada pula guritan yang diterbitkan di majalah Dharma Nyata berjudul “Kita Ketemu Ing Guritan”,Surat Putih”,dan “Ing Kene Dina Iki ing Sawijining Dina”. Guritan tersebut diterbitkan kembali dalam Antologi Puisi Jawa Modern 1940 – 1980 (Balai Pustaka, 1985) yang disunting oleh Sadi Hutomo. Masih ada lagi guritan lainnya yang dimuat dalam Kaling Barleyan: Antologi Geguritan Penyair Wanita (FKKS IKIP Surabaya) berjudul “Esem”, “Narciscus”, “Kembang Isih Mekar ing Pelataran Kampus”, “Kangen”, “Saiki Wis Ora Ana Maneh Kembang Tanjung Semi”, “Kanggo Sapa”, “Layangan”, Dak Antu Ing Wengi Iki”, Rara Jonggrang”, dan “Sugeng Tindak”.

Rujukan

  1. ^ Prabowo, D.P. (2015). Ensiklopedi Sastra Jawa. Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. hlm. 500-501. ISBN SBN:978-979-185-235-7 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan).