Halaman ini berisi artikel tentang spektrum komunikasi radio. Untuk kegunaan spektrum yang lain, lihat Spektrum (disambiguasi).
Spektrum kasatmata (bahasa Inggris: visible spectrum) adalah bagian dari spektrum elektromagnetik yang dapat dilihat oleh mata manusia. Radiasi elektromagnetik pada rentang panjang gelombang ini disebut cahaya kasatmata atau cukup disebut cahaya. Mata normal manusia umumnya dapat mendeteksi panjang gelombang dari 380 sampai 750 nm (atau dalam frekuensi antara 400-790 terahertz).[1] Batas-batas ini tidak didefinisikan secara mutlak dan dapat bervariasi per individu.[2] Istilah spektrum optik kadang-kadang disamakan dengan spektrum kasatmata, tetapi beberapa penulis mendefinisikan spektrum optik dengan lebih luas, yang mencakup bagian dari spektrum elektromagnetik ultraviolet dan inframerah.[3]
Spektrum kasatmata tidak mengandung semua warna yang dapat dibedakan oleh sistem penglihatan manusia. Warna tak jenuh seperti merah muda atau variasi ungu seperti magenta, misalnya, tidak ada karena warna-warna tersebut hanya akan didapatkan dengan mencampurkan beberapa panjang gelombang. Warna yang hanya mengandung satu panjang gelombang disebut juga warna murni atau warna spektral.[4]
Panjang gelombang kasatmata sebagian besar melintas tanpa dilemahkan melalui atmosfer Bumi melalui wilayah "jendela optik" dari spektrum elektromagnetik. Contoh dari fenomena ini adalah ketika udara bersih menyebarkan cahaya biru lebih banyak daripada cahaya merah, sehingga langit tengah hari tampak biru (terlepas dari area di sekitar matahari yang tampak putih karena cahayanya tidak tersebar banyak). Jendela optik juga disebut sebagai "jendela yang terlihat" karena tumpang tindih dengan spektrum respons yang terlihat oleh manusia. Jendela inframerah dekat (NIR) terletak tepat di luar penglihatan manusia, serta jendela inframerah panjang gelombang menengah (MWIR), dan jendela panjang gelombang panjang atau inframerah jauh (LWIR atau FIR), meskipun hewan lain mungkin mengalaminya.
Panjang gelombang yang kasatmata didefinisikan oleh wilayah jendela optik dari spektrum elektromagnetik yang melewati Atmosfer Bumi hampir tanpa mengalami pengurangan intensitas atau sangat sedikit sekali. Contoh dari fenomena ini adalah ketika udara bersih menyebarkan cahaya biru lebih banyak daripada cahaya merah sehingga langit pada siang hari tampak biru (terlepas dari area di sekitar matahari yang tampak putih karena cahayanya tidak tersebar banyak). Jendela optik juga disebut sebagai "jendela kasatmata" karena tumpang tindih dengan spektrum respons yang terlihat oleh manusia. Jendela inframerah dekat (NIR) terletak tepat di luar penglihatan manusia, juga jendela inframerah panjang gelombang menengah (MWIR) dan jendela inframerah panjang gelombang jauh (LWIR atau FIR), meskipun hewan lain mungkin dapat melihatnya.
Banyak spesies yang dapat melihat panjang gelombang di luar jendela optik. Lebah dan serangga lainnya dapat melihat cahaya ultraviolet, yang membantu mereka mencari nektar di bunga. Spesies tanaman bergantung pada penyerbukan yang dilakukan oleh serangga sehingga yang berkontribusi besar pada keberhasilan reproduksi mereka adalah keberadaan cahaya ultraviolet, bukan warna yang bunga perlihatkan kepada manusia. Burung juga dapat melihat ultraviolet (300-400 nm).
Pada abad ke-17, Isaac Newton awalnya membagi spektrum menjadi enam warna, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Dia kemudian menambahkan nila sebagai warna ketujuh karena ia percaya bahwa tujuh adalah angka sempurna yang diturunkan dari sofistesYunani Kuno sehingga terdapat hubungan antara warna, nada musik, objek yang dikenal di Tata Surya, dan hari-hari dalam sepekan.[5] Mata manusia relatif tidak peka terhadap frekuensi nila, dan beberapa orang yang memiliki penglihatan yang baik tidak dapat membedakan nila dari biru dan ungu. Karena alasan ini, beberapa orang, termasuk Isaac Asimov,[6] kemudian menyarankan bahwa nila tidak boleh dianggap sebagai warna tersendiri, tetapi hanya sebagai bagian dari warna biru atau ungu. Bukti menunjukkan bahwa apa yang dimaksud Newton dengan "nila" dan "biru" tidak sesuai dengan makna modern dari warna-warna tersebut. Perbandingan antara pengamatan Newton tentang warna prismatik dengan citra warna dari spektrum cahaya kasatmata menunjukkan bahwa "nila" sesuai dengan apa yang sekarang disebut biru, sedangkan "biru" yang dimaksud oleh Newton sesuai dengan sian.[7][8][9]
Meskipun spektrum optik adalah spektrum yang kontinu sehingga tidak ada batas yang jelas antara satu warna dengan warna lainnya, tabel berikut memberikan batas kira-kira untuk warna-warna spektrum:[10]
^Pedrotti, Frank L.; Pedrotti, Leno M.; Pedrotti, Leno S. (December 21, 2017). Introduction to Optics. Cambridge University Press. hlm. 7–8. ISBN9781108428262.