Soeara Berbisa adalah film Hindia Belanda tahun 1941. Film ini diproduseri Ang Hock Liem untuk Union Films dan disutradarai R Hu. Film hitam putih ini dibintangi Raden Soekarno, Ratna Djoewita, Oedjang, dan Soehaena. Alur kisahnya, yang ditulis Djojopranoto, mengisahkan dua pemuda yang memperebutkan hati seorang wanita sebelum mengetahui bahwa mereka berdua adalah saudara yang terpisah lama.
Selesai diproduksi antara September dan Oktober 1942, Soeara Berbisa menampilkan musik keroncong dan sebagian adegannya direkam di Jawa Barat. Film ini dirilis bertepatan dengan Idul Fitri dan ditujukan kepada semua kalangan. Iklannya menekankan bahwa film ini dapat ditonton oleh kaum pribumi dan Belanda. Sebuah ulasan di De Indische Courant memuji film ini. Meski film kedua terakhir Union ini baru ditayangkan tahun 1949, film ini sekarang dianggap hilang.
Alur
Atlet muda Mitra dan Neng Mardinah akan menikah. Namun, seorang pemuda yang bernama Mardjohan jatuh cinta dengan Mardinah, dan kemudian menyebarkan fitnah bahwa Mitra anak perampok. Tak tahan akan fitnah tersebut, Mitra pergi ke luar kota dan bekerja pada sebuah perkebunan. Ternyata penguasa perkebunan itu Mardjohan. Sekali waktu Mardjohan mengalami kecelakaan. Ia selamat karena ditolong Mitra. Di rumah, ibu Mardjohan mengenali Mitra sebagai anaknya yang telah lama hilang. Ternyata, Mitra adalah adik kandung Mardjohan.[a]
Produksi
Retna Djoewita (kiri) dan Raden Soekarno, pemeran utama dalam Soeara Berbisa
Soeara Berbisa, yang merupakan film buatan Union Films keenam, diproduksi oleh Ang Hock Liem dan disutradarai oleh R Hu, seorang sutradara beretnis Tionghoa yang bekerja pada perusahaan tersebut sejak 1940; teknisi suara Boen Kin Nam bertugas sebagai asisten sutradara. Permainan latar ditulis oleh Djojopranoto, yang menggantikan bekas penulis latar Union Saeroen setelah sebelumnya meninggalkan perusahaan rival Star Film setelah Wanita dan Satria (1941).[1] Film tersebut mulai dibuat pada September 1941,[2] dan pada bulan Oktober, film tersebut selesai dibuat.[3]
Soeara Berbisa dibintangi oleh Raden Soekarno dan Ratna Djoewita. Soekarno dan Soehana adalah pendatang baru,[4] sementara Oedjang dan Djoewita sebelumnya telah bekerja dengan Union; keduanya telah bekerja dengan Union sejak produksi pertama-nya, Kedok Ketawa, pada 1940, dan kemudian bermain peran dalam film Wanita dan Satria.[5] Film hitam-putih tersebut meliputi beberapa musik keroncong, dan pengambilan gambarnya dilakukan di wilayah Preanger yang berada di Jawa Barat.[6]
Peluncuran dan tanggapan
Union mengumumkan bahwa Soeara Berbisa akan diluncurkan bertepatan dengan hari libur Idul Fitri, yang dimulai pada 22 Oktober 1941,[4] dan mengiklankan penayangannya di Medan, Sumatera Utara, pada awal November 1941.[7] Namun, pada sebuah ulasan pada majalah Surabaya yang bernama De Indische Courant menyatakan bahwa film tersebut hanya tayang secara perdana di kota Jawa timur pada 14 Januari 1942.[6] Koran yang memberikan ulasan positif, menggambarkan Soeara Berbisa sebagai film yang menegangkan dengan momen lucu dan pemandangan yang indah. Ulasan yang berakhir dengan rekomendasi tersebut menyatakan bahwa orang-orang muda dan orang tua mereka dapat menonton film tersebut.[6]
Soeara Berbisa terbuka bagi para penonton dari semua umur.[8] Dengan tujuan mendirik para penonton, Union mengklaim bahwa "mulai memperhatikan dialognya, diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan kemauan penonton bangsa Indonesia".[b][4] Dalam surat kabar berbahasa Belanda, film tersebut diiklankan sebagai "kisah hebat dan menarik dari dua laki-laki muda di dunia olahraga pribumi",[c] yang tetap diproduksi secara "beradab" sedemikian rupa sehingga dapat dihargai oleh khalayak Eropa.[d][8]
Warisan
Produksi Union terakhir, Mega Mendoeng, disutradarai oleh Boen dan diluncurkan pada awal 1942. Film tersebut juga dibintangi oleh Soekarno, walaupun pada waktu itu ia bermain peran dengan pemain baru yakni Sofiati. Perusahaan tersebut ditutup setelah Pendudukan Jepang di Hindia Belanda pada Maret 1942,[9] dan kebanyakan karyawannya tidak pernah kembali ke industri film. Namun, Soekarno tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai pemain film sampai 1970an, meskipun secara umum namanya ditulis sebagai Rendra Karno.[10]
Soeara Berbisa dibuat pada akhir Februari 1949.[11] Film tersebut kemungkinan hilang. Film-film di Hindia Belanda direkam menggunakan film nitrat yang sangat mudah terbakar, dan setelah kebakaran menghancurkan sebagian besar gudang Produksi Film Negara pada tahun 1952, film lama yang direkam menggunakan nitrat dihancurkan dengan sengaja.[12] Namun, antropolog visual Amerika Karl G. Heider berpendapat bahwa seluruh film Indonesia yang berasal dari masa sebelum 1950 telah hilang.[13] Meskipun demikian, Kristanto menyatakan bahwa beberapa yang selamat berada di arsip-arsip Sinematek Indonesia, dan sejarawan film Misbach Yusa Biran menuliskan bahwa beberapa film propaganda Jepang yang selamat berada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.[14]
Biran, Misbach Yusa, ed. (1979). Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926–1978. Sinematek Indonesia. OCLC6655859.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Biran, Misbach Yusa (2012). "Film di Masa Kolonial". Indonesia dalam Arus Sejarah: Masa Pergerakan Kebangsaan (dalam bahasa Indonesian). V. Ministry of Education and Culture. hlm. 268–93. ISBN978-979-9226-97-6.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |trans_chapter= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"Filmnieuws: Sampoerna: 'Soeara Berbisa'". De Indische Courant (dalam bahasa Dutch). Surabaya. 15 January 1942. hlm. 2.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"Oedjang". filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-20. Diakses tanggal 20 May 2014.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"Ratna Djoewita". filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-20. Diakses tanggal 20 August 2013.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"Soeara Berbisa". filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-27. Diakses tanggal 27 July 2012.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"Soeara Berbisa". Pertjatoeran Doenia dan Film (dalam bahasa Indonesian). Batavia. 1 (5): 29. October 1941.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"Studio Nieuws". Pertjatoeran Doenia dan Film (dalam bahasa Indonesian). Batavia. 1 (4): 26–28. September 1941.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"Studio Nieuws". Pertjatoeran Doenia dan Film (dalam bahasa Indonesian). Batavia. 1 (5): 26–28. October 1941.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"Tirai Terbentang". Pertjatoeran Doenia dan Film (dalam bahasa Indonesian). Batavia. 1 (7): 28–29. December 1941.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"(untitled)". De Sumatra Post (dalam bahasa Dutch). Medan. 4 November 1941. hlm. 8.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"(untitled)". Soerabaijasch Handelsblad (dalam bahasa Dutch). Surabaya. 15 January 1942. hlm. 7.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"(untitled)". Pelita Rakjat (dalam bahasa Indonesian). Surabaya. 9 February 1949. hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-17. Diakses tanggal 2014-05-23.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)