Sleman, Sleman
Kapanewon Sleman (bahasa Jawa: ꦱ꧀ꦭꦺꦩꦤ꧀, translit. Sléman) adalah sebuah kapanewon atau setingkat kecamatan yang berada di Kabupaten Sleman, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kapanewon Sleman juga sekaligus menjadi ibu kota dari Kabupaten Sleman. BatasKepanewon Sleman memiliki batas-batas sebagai berikut:
IklimSleman memiliki iklim muson tropis (Am) dengan curah hujan sedang hingga rendah dari Juni hingga September dan curah hujan tinggi hingga sangat tinggi dari Oktober hingga Mei.
Pembagian AdministratifKapanewon Sleman terbagi menjadi 5 kalurahan.[4] Nama-namanya yakni: DemografiSukuPenduduk asli atau suku yang mendiami provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk di Kabupaten Sleman adalah suku Jawa, demikian juga di kecamatan Sleman. Suku lain selain Jawa tergolong sedikit di provinsi DI Yogyakarta. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, suku Jawa sebanyak 96,53% (3.331.355 jiwa) dari 3.451.006 jiwa penduduk.[5] Adapun suku lain selain Jawa yakni suku Sunda sekitar 0,69% dari total penduduk provinsi. Kemudian suku Melayu 0,45%, Tionghoa 0,33%, Batak 0,27%, Madura 0,15%, Minangkabau 0,15%, dan beberapa suku lainnya dari berbagai daerah di Indonesia yakni 1,43%, juga tinggal di sini.[5] BahasaSelain bahasa resmi nasional yakni bahasa Indonesia, bahasa yang umumnya atau banyak digunakan di tempat ini adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa yang ada di provinsi DI Yogyakarta termasuk sebagai bahasa Jawa dialek Yogyakarta-Solo.[6] Bahasa Jawa di Yogyakarta dan Solo memiliki perbedaan dialek dan subdialek, dengan bahasa Jawa yang ada di berbagai daerah di Indonesia, seperti di provinsi Lampung, Sumatera Utara, Bali (Kabupaten Buleleng), dan lainnya, perbedaan berkisar 51% hingga 80%.[6] AgamaTahun 2021, jumlah penduduk Kapanewon Sleman sebanyak 70.245 jiwa, dengan kepadatan 2.218 jiwa/km². Kemudian, persentasi penduduk kecamatan Sleman berdasarkan agama yang dianut yakni Islam 93,02%, kemudian Kekristenan 6,93% dimana Katolik 5,23% dan Protestan 1,70%. Sebagian lagi menganut agama Hindu 0,02%, kemudian Buddha 0,02% dan Konghucu 0,01%.[2] Kampus Universitas Mahakarya Asia (Unmaha) Referensi
|