Skandal OlympusSkandal Olympus merupakan salah satu skandal terbesar dalam bidang korporasi yang pernah terjadi di Jepang.[1] Olympus merupakan salah satu produsen kamera yang berasal dari Jepang. Skandal dilakukan dalam bentuk penyembunyian fakta mengenai kerugian investasi perusahaan. Olympus menggunakan dana akuisisi untuk menutupi kerugian yang dialaminya sejak tahun 1980.[2] Skandal Olympus diberitakan ke publik oleh Finance Times pada tahun 2011.[3] Skandal ini diketahui dari informasi yang disampaikan oleh Michael Woodford yang merupakan mantan Direktur Utama perusahaan Olympus.[2] Latar BelakangDIrektur Utama Olympus yang bernama Michael Woodford merupakan orang yang telah membongkar Skandal Olympus. Ia melakukan pengecekan informasi keuangan perusahaan dan menemukan banyak dana yang tidak digunakan sebagaimana mestinya. Woodford menemukan beberapa aliran dana ada aliran dana yang digunakan bukan untuk kepentingan perusahaan Olympus.[4] Woodford kemudian mempertanyakan masalah praktek akutansi yang dijalankan perusahaan Olympus kepada para eksekutif.[5] Woodford mengajukan pertanyaan atas serangkaian biaya transaksi yang digunakan untuk kesepakatan bisnis. Ia khususnya mempertanyakan biaya transaksi bisnis yang digunakan pada tahun 2006 hingga tahun 2008.[6] Para eksekutif perusahaan mengecam tindakan pembongkaran skandal ini. Para Dewan Eksekutif mengusir sekaligus memecat Woodford agar kecurangan yang mereka lakukan tidak terungkap.[4] Woodford dipecat setelah enam bulan menjadi Direktur Utama perusahaan Olympus. Pemecatan Woodford dilakukan pada bulan Oktober tahun 2011.[6] Setelah diusir, Woodford kembali ke apartemennya untuk mengemas barang-barang miliknya. Sebelum meninggalkan negara Jepang, Woodford tetap mengusut skandal Olympus. Woodford pergi menemui Jonathan Soble yang bekerja sebagai koresponden surat kabar Financial Times. Woodford memperlihatkan data-data keuangan Olympus yang tidak sesuai dengan investasi perusahaan. Financial Times akhirnya menerbitkan berita tersebut ke publik dan segera menjadi berita besar. Skandal ini akhirnya juga diberitakan oleh media-media pemberitaan internasional.[4] Skandal Olympus pertama kali diberitakan ke publik pada tahun 2011 oleh media pemberitaan bernama Finance Times.[3] Pengakuan Woodford mengenai Skandal Olympus akhirnya direspon oleh tim penyidik Jepang. Pada hari Rabu, tanggal 21 Desember 2011, tim penyidik melakukan penggeledahan di kantor pusat Olympus.[7] PenyangkalanPihak Olympus menyangkal informasi yang dibeberkan oleh Woodford kepada media pemberitaan.[3] Pihak manajemen Olympus menyangkal pemberitaan mengenai skandal yang terjadi. Penyangkalan ini dilakukan dengan memanggil pihak ketiga untuk melakukan investigasi keuangan perusahaan.[5] Namun pada akhirnya perusahaan Olympus membuat pengakuan mengenai kerugian yang selama ini disembunyikan oleh perusahaan selama dua dekade. Pihak manajemen mengakui bahwa mereka telah melakukan penyalahgunaan dana akuisisi. Mereka juga mengakui bahwa laporan keuangan Olympus telah dimanipulasi.[3] PengakuanPihak Olympus mengungkapkan sejumlah dana mencurigakan yang berhubungan dengan akuisisi perusahaan Gyrus. Perusahaan Gyrus merupakan produsen peralatan medis yang berasal dari Inggris. Dana senilai US$ 2,2 miliar (Rp 18,7 triliun) ini diberikan pada tahun 2008. Dana ini meliputi pembiayaan yang diberikan kepada penasihat Finansial Amerika Serikat senilai US 687 juta (Rp 5,83 triliun) dan pembayaran senilai US$ 773 juta (Rp 6,57 triliun) kepada tiga perusahaan investasi lokal. Kerugian investasi Olympus pada periode 1980-an ditutupi dengan menggunakan dana tersebut. Pihak Olympus mengaku menyalurkan dana tersebut ke banyak perusahaan investasi agar tidak dapat terdeteksi. Catatan mengenai pembayaran kepada perusahaan tersebut juga dihapuskan dari data keuangan perusahaan Olympus. Cara tersebut cukup sering digunakan pada tahun 1990. Model penyalahgunaan dana ini pernah diterapkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang pada saat terjadi krisis ekonomi di Jepang.[2] Perusahaan Olympus juga mengakui penyembunyian informasi kerugian selama dua tahun sebesar $1,5 miliar dollar (Rp 13,7 triliun). Laporan pendapatan yang telah diganti tersebut kemudian dikirim ke Bursa Saham Tokyo. Perusahaan Olympus bahwa perusahaan mengalami kerugian senilai 32,3 miliar yen (Rp 3,2 triliun) pada periode Maret hingga September 2011. Olympus juga mengurangi nilai keseluruhan aset dari 225 miliar Yen menjadi hanya 46 miliar Yen.[7] TersangkaPIhak yang bertanggung jawab atas Skandal Olympus adalah Tsuyoshi Kikukawa. Kukikawa merupakan mantan Direktur Utama perusahaan Olympus yang menjabat sebelum Woodford mengambil alih jabatan tersebut. Tersangka lain yang turut bertanggung jawab ialah Hisashi Mori yang merupakan Wakil Direktur Utama perusahaan Olympus. Seorang Auditor Internal bernama Hideo Yamada juga ikut bertanggung jawab. Yamada menjadi tersangka dikarenakan berusaha menutup-nutupi skandal tersebut.[2] DampakSkandal Olympus menjadi pemberitaan besar di berbagai media lokal karena menjadi skandal penipuan yang terbesar di Jepang sejak serangkaian skandal broker pada era 1990-an. Skandal penipuan terakhir kali terjadi di Jepang pada tahun 1997. Perusahaan yang terkena skandal saat itu adalah Yaimaichi Securities.[2] Dampak InternalSaham perusahaan Olympus mengalami penurunan drastis sejak terungkapnya Skandal Olympus. NIlai sahamnya berkurang sebanyak tiga puluh persen dari jumlah saham sebelum skandal ini terungkap.[5] Nilai pasar Olympus juga menurun sebanyak tujuh puluh persen sejak skandal ini terungkap.[2] Dampak EksternalSkandal Olympus telah merusak nama baik perusahan-perusahaan Jepang di berbagai negara yang melakukan kerja sama ekonomi dengan Jepang. Skandal Olympus juga merusak budaya bisnis negara Jepang yang terkenal bebas skandal. Skandal ini akan membuat Jepang dianggap tidak mematuhi prinsip-prinsip kapitalisme.[8] Skandal ini juga membuat bursa saham perusahaan-perusahaan Jepang lainnya turut mengalami penurunan. Sebagian besar saham di bursa saham Jepang mengalami aksi jual. Persediaan rata-rata Indeks Nikkei 225 mengalami penurunan sebesar 1,19 persen. Indeks Topix juga mengalami penurunan sebesar 1,7 persen. Dampak paling besar dirasakan oleh Nomura Holdings yang mengalami penurunan saham sebesar 16 persen.[9] GugatanTiga tahun setelah Skandal Olympus terungkap, bank-bank yang menjadi mitra perusahaan Olympus mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jepang. Bank yang mengajukan gugatan tersebut ialah Bank State Street, Bank Mitsubishi, dan Bank Nomura. Selain bank, sebuah perusahaan produsen peralatan medis bernama Terumo Korporasi juga mengajukan gugatan. Perusahaan Terumo dan bank-bank tersebut meminta ganti rugi atas dana investasi yang diberikan kepada investor yang memiliki saham di perusahaan Olympus.[10] Nippon Life Insurance juga meminta kepada pihak Olympus agar lebih transparan dalam mengungkap skandal tersebut. Nippon Life Insurance merupakan salah satu investor dengan saham terbesar di perusahaan Olympus.[2] Tindak-LanjutSetelah enam tahun sejak Skandal Olympus terungkap, Kikukawa dan lima orang lainnya divonis bersalah oleh Pengadilan Tokyo. Mereka menerima hukuman penjara dan kewajiban membayar denda senilai US$ 529 juta. Mereka diberikan hukuman yang disuspensi agar dapat membayar denda tersebut dalam jangka waktu tiga tahun.[6] Referensi
|